Proses Alih Media Naskah Kuno

23 penentuan format file digital dan pemilihan metode pengambilan objek digital capture; 2. Tahapan digitalisasi merupakan tindakan pengalihan format suatu media ke format digital yang dimulai dengan proses pengambilan objek digital. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kalibrasi peralatan yang akan digunakan, pengambilan objek digital baik menggunakan kamera digital, scanner atau alat konversi lainnya, editing, konversi, upload dan menyimpan data dalam cakram padat CD; dan 3. Tahapan pasca setelah digitalisasi. tahapan ini lebih menitik beratkan pada bagaimana objek digital ini disajikan serta dapat diakses oleh pengguna. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah lebih kepada pengecekkan serta pengontrolan kualitas berkas digital, kelengkapan serta urutan dari berkas digital. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa proses digitalisasi adalah suatu proses mengubah dokumen tercetak ke dalam bentuk digital melalui tahapan pra digitalisasi, tahapan digitalisasi dan pasca digitalisasi agar naskah kuno dapat digunakan oleh pengguna. Melalui digitalisasi, perpustakaan dapat menyimpan ribuan bahkan jutaan karya tulis maupun karya seni tanpa dibatasi ruang dan waktu.

2.4.3 Proses Alih Media Naskah Kuno

Proses alih media bahan pustaka elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki perbedaan dengan bahan pustaka tercetak. Menurut Syachrulramdhani 2011, 38 mengemukakan bahwa: Proses alih media bahan pustaka dimulai dari konversi yang dilakukan untuk menyamakan format dan mengatur penamaan file, pembuatan metadata untuk keperluan penelusuran berbasis web. Kemudian proses penyimpanan dokumen adalah proses penyimpanan dimana termasuk di dalamnya adalah pemasukan data data entry, editing, pembuatan indeks dan klasifikasi berdasarkan subjek dari dokumen dan proses pengaksesan dan pencarian kembali dokumen adalah proses bagaimana melakukan pencarian kembali dokumen-dokumen yang telah disimpan. Terakhir proses pendistribusian dokumen adalah proses penyebarluasan hasil 24 penyimpanan dokumen ke masyarakat pengguna sesuai bentuk penyimpanannya. Selain pendapat di atas Sulendra 2014, 4 mengemukakan bahwa alur kerja alih media naskah kuno adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan dan seleksi bahan pustaka Bahan pustaka yang akan dialihmediakan diperoleh dari intern lingkungan perpustakaan sendiri atau melalui kerjasama dengan instansi pemerintah maupun non pemerintah lainnya. 2. Pengecekan Kondisi Fisik Bahan Pustaka Sebelum bahan pustaka akan dialih mediakan maka dilakukan pengecekan kondisi fisik. Bila kondisi fisik bahan pustaka tidak rusak dapat langsung dialihmediakan, tetapi bila tingkat kerusakannya sudah tinggi, dilakukan konservasi terlebih dahulu sebelum dialihmediakan. 3. Scanning atau Capturing File Proses scanning dokumen asli direkomendasikan untuk menggunakan resolusi minimum 300 dpi dot per inch dan disimpan dalam bentuk dokumen elektronik dalam format tertentu TIFF, GIF, JPEG dll. untuk file gambar. Dokumen elektronik tersebut memiliki informasi yang sama dengan dokumen aslinya dalam rangka memberikan versi digital yang berumur panjang dan berkualitas tinggi. 4. Editing dan Compiling Proses ini mencakup pengeditan dokumen yang sudah di-scan atau di- capture dan pembuatan file-file turunan File JPEG 300 dpi atau File JPEG 100 dpi untukpengemasan dan penerbitan ke Web. Dilanjutkan dengan proses penyatuan file-file yang sebelumnya terpisah pada saat pengeditan. Proses compilling ini biasanya disatukan kedalam format PDF Portable Document Format. 5. Pengemasan Akhir Adalah pengemasan dokumen ke dalam bentuk multi media sehingga dokumen itu bisa dibaca seperti layaknya dokumen aslinya. Pengemasan hasil akhir alih media terdiri menjadi dua: dalam bentuk EXE dan bentuk HTML Hyper Text Markup Languange. Sedangkan dalam Standar Operasional Prosedur Digitalisasi Bahan Pustaka Perpustakaan Pengadilan Tinggi Agama Makassar 2008, 4, langkah- langkah yang harus dilakukan dalam pengalihan bahan pustaka atau naskah kuno tercetak ke dalam bentuk digital, yaitu: 25 1. Seleksi dan pengumpulan bahan yang akan dibuat koleksi digital. Bahan-bahan yang akan dialihmediakan dari tercetak ke dalam bentuk digital perlu diseleksi terlebih dahulu agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan digitalisasi koleksi perpustakaan. Bahan-bahan yang akan digitalisasi adalah bahan-bahan yang mengandung informasi spesifik, seperti bahan pustaka yang sudah lama seperti naskah kuno. Setelah dilakukan seleksi akan dilanjutkan kepada tahap selanjutnya dalam mengalihmediakan. 2. Pembongkaran jilid koleksi agar bisa dibaca oleh alat pemindai scanner. Proses ini dilakukan untuk memudahkan dalam pemindaian lembar demi lembar bahan tersebut. Untuk penggunaan mesin pemindai atau scanner, maka pembongkaran dokumen tercetak dari jilidnya sudah menjadi keharusan. 3. Pembacaan halaman demi halaman dokumen menggunakan scanner kemudian disimpan dalam format file PDF Portable Document Format. Operator hanya tinggal memasukkan sejumlah lembar misalnya 30 atau 50 lembar atau lebih sesuai kemampuan alat pemindai kedalam bak kertas. Mesin pemindai secara otomatis akan mengambil lembar demi lembar sampai persediaan lembaran di bak kertas habis. Hasil dari proses ini adalah dokumen dalam bentuk eletronik atau file komputer. 4. Pengeditan. Hasil pemindaian yang sudah dalam bentuk elektronik masih perlu juga dilakukan pengeditan. Editing dilakukan seperti pemotongan pinggiran halaman, pembalikan halam dan lain-lain sehingga hasilnya menjadi lebih bagus dan mudah dibaca. Selain itu, perlu dilakukan penggabungan halaman dan bookmarking agar halaman-halaman dokumen dapat diakses dengan cepat. 5. Pembuatan serta pengelolaan metadata. Pembuatan serta pengelolaan metadata basisdata dilakukan agar dokumen tersebut dapat diakses dengan cepat. Pembuatan basisdata dapat menggunakan perangkat lunak apa saja dan bisa digunakan oleh semua pustakawan dan pengguna perpustakaan. 6. Melengkapi basis data dokumen dengan abstrak jika diperlukan. Terutama untuk dokumen-dokumen yang berisi informasi ilmiah serta monograf lainnya. Sedangkan untuk dokumen yang berisi informasi singkat dan semacamnya, cukup ditambahkan keterangan atau anotasi. 7. Pemindahan atau penyimpanan upload ke server. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan dokumen tersebut, menata serta mengkopinya dalam CD-ROM Compact Disc Read-Only Memory dan DVD Digital Video Disc. 8. Penjilidan kembali dikumen yang sudah dibongkar. Dokumen yang telah dibongkar, jika masih diperlukan bentuk tercetaknya maka harus dilakukan penjilidan kembali. Setelah 26 dilakukan penjilidan naskah tersebut dapat dikembalikan ke rak atau tempat penyimpanan. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengalihan naskah kuno tercetak ke dalam bentuk digital yaitu melakukan pembongkaran pada naskah untuk di scanning dan editing naskah agar mudah dibaca, tahap terakhir upload naskah agar bisa dilayankan kepada pengguna. Setelah ketiga proses itu selesai, naskah yang telah dibongkar dijilid kembali untuk dikembalikan pada tempat penyimpanannya.

2.5 Perangkat keras untuk Mengoperasikan Naskah Kuno Digital