43 kurang. Jika pihak perpustakaan memiliki sumber daya manusia yang
dapat menerjemahkan naskah kuno digital maka pemanfataan koleksi tersebut juga pasti lebih banyak. Selain itu pihak perpustakaan juga
belum membuatkan bib liografi naskah tersebut.”
I
3
: “Kendala umum yang sering ditemukan pada lapangan yaitu tidak ada
naskahnya. Jika naskah tidak ada maka kegiatan ini tidak bisa dilakukan. Hambatan yang sering ditemukan yaitu masyarakat yang
memiliki naskah tidak semuanya ingin memberikan naskah tersebut untuk dilakukan digitalisasi. Selanjutnya hambatan yang juga
ditemukan yaitu mengenai teknis dalam digitalisasi. Hambatan lainnya yaitu dana yang cukup besar. Biaya yang dimaksud bukan
mengenai peralatan dalam alih media tetapi mengenai perjalanan dalam
mencari naskah
dan waktunya
sampai dilakukan
pendigitalan.”
4.1.2 Temuan Penelitian
Temuan hasil penelitian dapat dilihat dari beberapa hasil wawancara yang telah diinterpretasikan dengan teori yang telah ada pada kajian pustaka dan dapat
dijabarkan dalam beberapa poin sebagai berikut:
4.1.2.1 Proses Alih Media Naskah Kuno dalam Bentuk Digital
Dalam melakukan alih media naskah kuno dalam bentuk digital Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat merujuk kepada buku
44 pedoman yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional dapat dilihat dari hasil
wawancara dengan informan berikut: I
1
: “Pedoman yang digunakan dalam proses alih media naskah kuno pada perpustakaan ini merujuk kepada pedoman pembuatan e-book dan
standar alih media yang dikeluarkan oleh perpustakaan nasional Republik Indonesia. Didalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh
perpustakaan nasional menjelaskan semua seluk beluk mengenai tahap awal sampai akhir proses alih media digital.
Menurut Kepala Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka dalam buku pedoman pembuatan e-book dan standar alih media
menjelaskan dan menjabarkan secara lebih rinci mengenai proses transformasi digital bahan pustaka. Tidak hanya itu saja, di dalam buku pedoman tersebut juga
menjelaskan standar yang telah sesuai dalam alih media digital. Kegiatan awal alih media naskah kuno dilakukan pada tahun 2008.
Proses alih media adalah proses mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Ada 3 tiga tahapan utama dalam melakukan proses digitalisasi
atau alih media menurut Hendrawati 2014, 29 adalah sebagai berikut: 1.
Tahapan pra digitalisasi prosedur awal merupakan tahap persiapan sebelum dilaksanakannya proses pengambilan objek digital.
Kegiatan pertama yang dipersiapkan adalah lebih bersifat persiapan asministrasi, diantaranya: inventarisasi dan seleksi bahan pustaka,
survey kondisi fisik bahan pustaka, evaluasi dan analisis metadata serta penentuan format file digital dan pemilihan metode pengambilan objek
digital capture;
2. Tahapan digitalisasi merupakan tindakan pengalihan format suatu
media ke format digital yang dimulai dengan proses pengambilan objek digital.
Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan kalibrasi peralatan yang akan digunakan, pengambilan objek digital baik menggunakan kamera
45 digital, scanner atau alat konversi lainnya, editing, konversi, upload dan
menyimpan data dalam cakram padat CD; dan 3.
Tahapan pasca setelah digitalisasi. tahapan ini lebih menitik beratkan pada bagaimana objek digital ini disajikan serta dapat diakses oleh
pengguna. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah lebih kepada
pengecekkan serta pengontrolan kualitas berkas digital, kelengkapan serta urutan dari berkas digital.
Proses alih media naskah kuno dalam bentuk digital yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Barat dan tim FIB Unand
melakukan tahapan yang hampir sama dengan teori di atas dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:
I
2
: “Proses alih media naskah kuno yang paling penting sekali yaitu ahli
waris bersedia koleksi naskahnya dilakukan digitalisasi. Setelah itu koleksi naskah tersebut dikumpulkan pada suatu ruangan untuk
dilakukan foto terhadap naskah. Pada ruangan tersebut dihitung jumlah naskah yang telah terkumpul. Jika ada naskah yang kotor dan
rusak maka di bersihkan serta diperbaiki terlebih dahulu. Setelah dibersihkan dan diperbaiki lakukan pemotretan, setelah dilakukan
pemotretan dengan menggunakan kamera yang langsung terhubung dengan komputer atau laptop. Selanjutnya dilakukan pengeditan dan
pendigitalisasian lembar demi lembar naskah untuk dikemas ke dalam bentuk CD atau DVD.”
I
3
: “Proses alih media naskah kuno pada instansi tersebut yaitu
mengumpulkan atau mencari naskah kuno yang tersimpan pada masyarakat di sekitar Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengumpulkan
naskah kuno tersebut tidaklah mudah karena pemilik atau pewaris
46 naskah tidak mudah memberikan koleksi naskah tersebut kepada
siapa pun. Oleh sebab itu. pihak perpustakaan meminta bantuan kepada tim FIB Unand dengan menggunakan metode pendekatan
secara kebudayaan. Biasanya jika didekati dengan kebudayaan masyarakat akan mengeluarkan koleksi yang dimilikinya dan juga
dapat juga diberikan kepada pihak perpustakaan untuk dirawat sebagaimana mestinya. Tetapi apabila tidak diizinkan mengambil
naskah aslinya pihak perpustakaan hanya melakukan foto setiap lembar naskah tersebut. Pemotretan dilakukan menggunakan kamera
DSLR canon yang memiliki resolusi minimal 300 dpi dan kepadatan warna 24 bit. Kualitas foto harus dalam format TIFF atau RAW.
Setelah naskah kuno difoto langkah selanjutnya dilakukan proses penyuntingan editing untuk mengatur fokus kualitas gambar agar
jelas. Setelah itu dibuatkan nama file dari masing-masing naskah tersebut dan selanjutnya disimpan dalam bentuk CD. Setelah
disimpan dalam bentuk CD dilakukan penamaan berkas berdasarkan tahun dan lokasi didapatkan naskah
tersebut.” Dari kutipan wawancara di atas dapat dikatakan hal yang paling utama
sekali sebelum melakukan kegiatan alih media naskah kuno adalah ahli waris bersedia memberikan koleksi naskahnya kepada tim perpustakaan untuk
dilakukan digitalisasi. Apabila naskahnya tidak ada maka tim perpustakaan akan kesulitan melakukan kegiatan digitalisasi. Dalam melakukan kegiatan alih media
ini pihak perpustakaan bekerja sama dengan tim dari FIB Unand untuk
47 mendapatkan koleksi naskah yang dimiliki oleh ahli waris dengan cara melakukan
pendekatan secara kebudayaan. Tahapan-tahapan dalam melakukan alih media naskah kuno adalah sebagai berikut: pemotretan, pengeditan dan penyimpanan
foto naskah dalam bentuk cakram padat CD. Pihak perpustakaan tidak melakukan scanning terhadap koleksi naskah yang akan didigitalisasi karena
naskah tersebut sudah rentan mengalami kerusakan. Oleh sebab itu, hanya dilakukan pemotretan sebagai proses alih media naskah kuno.
Tahapan alih media naskah kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat dijabarkan sebagai
berikut: 1 pemotretan, dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR Canon dengan standar yang dianjurkan adalah minimum foto naskah memiliki resolusi
minimal 300 dpi dan kepadatan warna 24 bit. Kualitas foto yang disimpan harus dalam format TIFF atau dari format RAW ke format TIFF dan tidak
diperkenankan dalam format JPEG atau format JPEG ke format TIFF; 2 Penyuntingan editing, setelah dilakukan pemotretan selanjutnya dilakukan
proses penyuntingan editing foto naskah dengan mengatur fokus gambar agar kualitas gambar jelas; 3 Pengemasan packaging, dilakukan dengan pembuatan
file naming yang berisi nama file dan penomorannya agar naskah tersusun dari halaman pertama sampai halaman akhir. Pembuatan file naming harus sesuai
dengan halaman naskah. Setelah selesai naskah disimpan dalam bentuk digital dalam format CD yang dibuat dalam dua copy yang pertama untuk disimpan pada
Bidang Deposit, Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka agar dapat dilayankan ke pengguna perpustakaan dan yang kedua sebagai back up persiapan
48 apabila terjadi kerusakan pada CD seperti CD tidak dapat terbaca dan; 4
Penamaan berkas, setelah selesai proses pengemasan packaging selanjutnya proses penamaan berkas atau pemberian label pada CD naskah berdasarkan tahun
dan lokasi naskah kuno. Proses alih media naskah kuno di Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada flowchart berikut ini:
49 tidak
baik
baik
Gambar 4.1 Flowchart Proses Alih Media Naskah Kuno dalam Bentuk Digital di BPAD Provinsi Sumatera Barat
Penelusuran naskah dengan cara mencari dan survey
langsung ke lapangan
Pengecekan Kondisi
Fisik Dilakukan Konservasi
Pemotretan menggunakan Kamera DSLR
Penyuntingan atau Pengeditan editing
Pembuatan File Naming atau Penamaan Berkas
Pengemasan atau disimpan dalam bentuk CD
packaging Kondisi
Fisik
Bidang Deposit, Pengamatan dan
Pelestarian Bahan Pustaka
Back up Selesai
50 Keterangan:
Symbol Terminal simbol untuk permulaan atau akhir dari suatu program
Symbol Decision simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa jawabanaksi
Symbol Process simbol yang menunjukkan pengolahan
Alur Kerja Proses Kerja
Proses ahli media naskah kuno dapat dilihat dari gambar berikut ini: 1
Double klik shortcut “EOS Utility”, lalu pilih “camera setting atau Remote shooting
”
Gambar 4.2 Tampilan EOS Utility
51 2
Muncul icon seperti gambar di bawah dan tentukan terminal file gambar
Gambar 4.3 Terminal File Gambar
3 Klik tombol eksekusi maka akan keluar program “Digital Photo
Profesional ” seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.4 Tampilan Digital Photo Profesional
52 4
Klik tombol pada gambar maka akan keluar gambar seperti di bawah ini:
Gambar 4.5 Tampilan Eksekusi Naskah Kuno
5 Untuk menentukan fokus gambar, dengan cara mengatur posisi lensa pada
kamera dan pada tampilan yang tersedia di gambar berikut:
Gambar 4.6 Tampilan Penyuntingan atau Pengeditan
53 6
Fokus gambar akan menjadi kualitas yang diinginkan
Gambar 4.7 Tampilan Akhir untuk Disimpan dalam CD Dapat dinyatakan bahwa proses awal dalam melakukan kegiatan alih
media naskah kuno dalam bentuk digital adalah memiliki koleksi naskah tersebut. Apabila koleksi naskah mengalami kerusakan diperbaiki terlebih dahulu. Setelah
diperbaiki tahapan awal yang dilakukan yaitu pemotretan lembar demi lembar naskah kuno. Apabila pemotretan telah selesai langkah selanjutnya melakukan
pengeditan editing, pengemasan ke dalam cakram padat CD dan setelah itu pemberian label nama pada CD naskah kuno digital. Berikut ini gambar koleksi
naskah kuno yang telah dialihmediakan:
54 Gambar 4.8 Naskah Kuno yang telah Dialihmediakan
Gambar 4.9 Penyimpanan CD atau DVD Naskah Kuno Digital Sumber daya manusia yang melakukan konservasi serta alih media naskah
kuno dalam bentuk digital di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera barat dapat dilihat dari wawancara berikut:
I
1
: “Tugas dan fungsi untuk melakukan kegiatan alih media ini dilakukan oleh kasubid dan staf deposit, pengamatan dan pelestarian bahan
pustaka serta di bantu oleh pihak ketiga atau disebut juga dengan konsultan dari tim FIB Unand. Pihak dati tim FIB Unand yang
terlibat sekitar 2 orang.” I
2
: “Jumlah pustakawan yang berada di kasubid deposit, pengamatan pelestarian memiliki staf 5 orang dalam melakukan alih media dan 2
orang dari tim FIB Unand.
55 I
3
: “Dari pihak perpustakaan jumlah staf yang melakukan kegiatan alih media ini ada 5 orang dan dari tim FIB Unand 2 orang. Kami dari
tim FIB Unand telah bekerja sama dengan pihak perpustakaan dalam melakukan kegiatan semenjak tahun 2008. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya kenapa mereka mengajak tim FIB Unand untuk bekerja sama adalah untuk melakukan pendekatan secara kebudayaan
untuk mendapatkan koleksi naskah tersebut. Dalam hal konservasi naskah kuno Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Sumatera Barat memiliki 5 orang staf tetapi dalam hal digitalisasi pihak perpustakaan tidak mempunyai staf khusus untuk menanganinya. Menurut Kabid
Deposit Pengamatan dan Pelestarian Bahan Pustaka telah ada salah seorang staf dari perpustakaan yang melakukan pelatihan khusus ke Jepang mengenai
digitalisasi bahan pustaka. Oleh karena itu, dalam melakukan alih media perpustakaan bekerja sama dengan tim FIB Unand untuk mengalihmediakan
naskah kuno, sedangkan pustakawan hanya melakukan konservasi terhadap naskah kuno yang mengalami kerusakan sebelum dilakukan digitalisasi.
4.1.2.2 Perangkat keras untuk Mengoperasikannya