Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi di Lapangan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Infiltrasi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui laju infiltrasi air daerah penelitian untuk itu dibutuhkan data hasil pengukuran laju infiltrasi di lapangan dengan mengunakan alat single ring infiltrometer. Seperti yang telah dijelaskan pada bab III bahwa analisis data laju infiltrasi pada penelitian ini menggunakan metode Horton.

4.1.1 Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi di Lapangan

Pengukuran laju infiltrasi dilakukan pada tanggal 2 Maret 2014 dengan kondisi tanah belum jenuh menggunakan alat single ring infiltrometer. Alat single ring infiltrometer adalah suatu pipa besi yang bergaris tengah 25 –30 cm dengan tinggi 60 cm. Pada bagian atas pipa terdapat pelat yang berfungsi memudahkan dan melindungi ring pada saat ditekan. Gambar 4.1 Dimensi Single Ring Infitrometer Universitas Sumatera Utara Untuk pelaksanaan pengukuran infiltrasi dengan ring infiltrometer dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut Harto, 1981: 1. Menentukan lahan yang akan diukur 2. Membersihkan lahan yang akan di ukur 3. Mempersiapkan alat-alat pada lokasi pengukuran 4. Menekan ring infiltrometer kedalam tanah sedalam 50 cm 5. Membersihkan tanah-tanah yang terkelupas di dalam ring infiltrometer setelah dilakukan penekanan. 6. Kemudian air dituangkan sampai silinder penuh dan ditunggu sampai air tersebut seluruhnya terinfiltrasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan retak-retak tanah yang merugikan pengukuran 7. Air dituangkan kembali kedalam silinder sampai penuh 8. Setelah air penuh, stopwatch dinyalakan, dan air didiamkan selama waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini durasi waktu dapat dilakukan secara bertahap, 3 menit, 4 menit, 4 menit, 5 menit, 5 menit, 5 menit, 10 menit dan seterusnya. 9. Setelah 3 menit di diamkan, penurunan yang terjadi diukur dan dicatat pada table yang telah disiapkan. 10. Air dituangkan kembali secepatnya ke dalam silinder sampai penuh. Kemudian didiamkan kembali selama 4 menit. Besar penurunan muka air setelah 4 menit kemudian diukur dan dicatat kembali pada tabel pencatatan. Hal pada poin 10 tersebut dilakukan terus menerus, untuk durasi waktu 4, 5, 5, 5, dan 10 menit sampai laju penurunan muka air konstan atau penurunan muka air ke-n sama dengan laju penurunan muka air ke n+1. Dalam hal ini berarti laju infiltrasi sudah tetap. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 di bawah ini adalah gambar dokumentasi proses penetrasi menggunakan single ring infiltrometer. a b c d Gambar 4.2 a Pembersihan Lahan, b Proses pemasukan Ring Infrometer dalam tanah, c Proses Penetrasi Ring Infiltrometer dan d Proses Pengamatan Laju Infiltrasi Universitas Sumatera Utara

4.1.1.1 Laju Infiltrasi Tanah Sebelum Terdapat Lubang Resepan Biopori

Tabel 4. 1 Hasil Perhitungan Laju Infiltrasi Pada Tanah Normal Di Kawasan Penelitian No T menit Waktu Kumulatif jam Penurunan cm fo cmjam Fc cmjam Log fo-fc 1 3 0.050 2.2 44 16.2 1.444 2 4 0.117 2.5 34.5 16.2 1.262 3 4 0.183 2.4 33 16.2 1.225 4 5 0.267 2.1 25.2 16.2 0.954 5 5 0.350 1.9 22.8 16.2 0.819 6 5 0.433 1.7 20.4 16.2 0.623 7 10 0.600 2.7 16.2 16.2 8 10 0.767 2.7 16.2 16.2 9 10 0.933 2.7 16.2 16.2 Sumber: Hasil Perhitungan Keterangan: fo = Laju infiltrasi dan fc = Laju infiltrasi konstan. Data yang diperoleh melalui hasil pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan ring infiltrometer akan dianalisis menggunakan metode Horton. Tahapan perhitungan metode Horton dapat dijelaskan sebagai berikut: f = fc + f0 – fc x e -kt log f t -fc = log f -fc -kt log e m= k loge Dari tabel di atas, berdasarkan rumus Horton maka dapat ditransposisikan seperti perhitungan-perhitungan sebagai berikut: ft – fc = f – fc f0.050 – fc = 44 – 16.2 = 27.8 f0.117 – fc = 34.5 – 16.2 = 18.3 Kemudian kedua persamaan tersebut di log kan menjadi: log f t -fc = log f -fc -kt log e log f . -fc = log . = . log f . -fc = log . = . Universitas Sumatera Utara Setelah persamaan tersebut di log kan, maka hasil analisis grafik log fo –fc terhadap waktu dapat dibuat seperti yang ditunjukan Gambar 4.3. Gambar 4. 3 Grafik Log fo-fc terhadap Waktu Metode Horton Dari grafik di atas dengan regresi linier didapatkan nilai kemiringan m sebesar 0.498. Tanda negatif menunjukkan bahwa ft berkurang dengan bertambahnya waktu. Setelah diketahui nilai m maka dapat dihitung nilai k sebagai berikut: m= − k loge - . = − k loge k log e = − - . k log e = . k log . = . k = 4.624 Universitas Sumatera Utara Dari nilai k di atas maka rumus laju infiltrasi ft terhadap waktu dapat dihitung dengan memasukkan nilai k seperti pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Analisis Laju Infiltrasi pada Tanah Normal di Kawasan Penelitian No. T menit Waktu Kumulatif jam Penurunan cm fo cmjam fc cmjam fo-fc cmjam Log fo-fc k -k x t ft cmjam 1 3 0.050 2.2 44 16.2 27.8 1.444 4.624 -0.2312 38.26 2 4 0.117 2.5 37.5 16.2 21.3 1.328 4.624 -0.5410 28.60 3 4 0.183 2.4 36 16.2 19.8 1.297 4.624 -0.8462 24.69 4 5 0.267 2.1 25.2 16.2 9 0.954 4.624 -1.2346 18.82 5 5 0.350 1.9 22.8 16.2 6.6 0.819 4.624 -1.6184 17.51 6 5 0.433 1.7 20.4 16.2 4.2 0.623 4.624 -2.0022 16.77 7 10 0.600 2.7 16.2 16.2 4.624 -2.7744 16.20 8 10 0.767 2.7 16.2 16.2 4.624 -3.5466 16.20 9 10 0.933 2.7 16.2 16.2 4.624 -4.3142 16.20 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: ft = Laju infiltrasi nyata cmjam, fc = Laju infiltrasi tetap cmjam, fo = Laju infiltrasi awal cmjam, k = Konstanta geofisik, dan t = Waktu jam. Universitas Sumatera Utara Dari perhitungan Tabel 4.2, dapat dibuat suatu grafik laju infiltrasi ft nyata terhadap waktu t Gambar 4. 4. Gambar 4. 4 Grafik ft Horton Pada grafik di atas dapat dilihat, pengukuran infiltrometer yang menunjukan bahwa laju infiltrasi mulai konstan pada waktu setelah 0.433 jam dengan laju infiltrasi 16.2 cmjam atau 16.2 mmjam. Berdasarkan Tabel 2.1, tekstur tanah dengan kecepatan infiltrasi 7.5 - 15 cmjam termasuk kelas sedang. Dari grafik pada Gambar 4. 4 terlihat bahwa secara umum laju infiltrasi maksimum terjadi pada permulaan pengukuran. Dengan bertambahnya waktu, laju infiltrasi kemudian menurun untuk kemudian kurva mulai mendatar, yang menunjukkan bahwa laju infiltrasi telah mencapai nilai yang konstan. Penyebab dari bentuk kurva yang seperti itu, karena pada mulanya infiltrasi terjadi pada keadaan kadar air tanah yang tidak jenuh, sehingga yang terjadi adalah tarikansedotan matriks tanah dan gravitasi. Dengan masuknya air kedalam profil tanah yang lebih 38,26 28,6 24,69 18,82 17,51 16,77 16,2 16,2 16,2 10 20 30 40 50 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 laj au i nf il tr asi c m j am Waktu jam Universitas Sumatera Utara dalam lagi dan semakin basahnya profil tanah tersebut maka tarikansedotan matriks tanah menjadi berkurang. Dengan penambahan air yang terus menerus, ini membuat permukaan tanah.menjadi jenuh sehingga tarikansedotan matriks tanah menjadi sedemikian kecilnya hingga dapat diabaikan. Dengan demikian yang tinggal hanya tarikan gravitasi, yang membuat air dapat bergerak ke bawah. Pada saat itu laju infiltrasi adalah konstan, yang ditunjukkan oleh kurva yang mendatar. Dari perhitungan diatas terdapat perbedaan antara intensitas hujan yang terjadi pada kawasan perumahan dengan kecepatan infiltrasi pada tanah di kawasan perumahan, dimana intensitas curah hujan untuk PUH 2 tahun adalah 195.791 mmjam atau 19.58 cmjam sedangkan laju infiltrasi sebesar 16.2 cmjam I f , sehingga air limpasannya merupakan selisih antara intensitas hujan dengan kecepatan infiltrasi, yaitu sebesar 3.38 cmjam.

4.1.1.2 Laju Infiltrasi Tanah Setelah Terdapat Lubang Resapan Biopori

Pengukuran laju infiltrasi pada lokasi penelitian setelah terdapat lubang resapan biopori. Lubang resapan biopori dibuat dengan spesifikasi kedalaman 1 meter dan diameter 10 cm. Lubang diisi dengan sampah daun dan pengujian dilakukan 14 hari setelah pengisian sampah ke dalam lubang resapan biopori setelah terjadi pengomposan. Hasil pengukuran laju infiltrasi pada lokasi penelitian untuk tanah setelah terjadi pengomposan pada lubang resapan biopori dijelaskan pada tabel 4.3 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Hasil Perhitungan laju infiltrsasi pada tanah setelah terdapat lubang resapan biopori No. T menit Waktu Kumulatif jam Penurunan cm Fo cmjam Fc cmjam Log fo-fc 1 1 0.017 9.7 582 114 2.67 2 2 0.050 7.5 225 114 2.04 3 4 0.117 12 180 114 1.82 4 4 0.183 10.7 160.5 114 1.67 5 5 0.267 10.1 121.2 114 0.86 6 5 0.350 9.8 117.6 114 0.56 7 5 0.433 9.5 114 114 8 5 0.517 9.5 114 114 9 5 0.600 9.5 114 114 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: fo = Laju infiltrasi dan fc = Laju infiltrasi konstan. Data yang diperoleh melalui hasil pengukuran laju infiltrasi dengan menggunakan ring infiltrometer akan dianalisis menggunakan metode Horton. Tahapan perhitungan metode Horton dapat dijelaskan sebagai berikut: f = fc + f0 – fc x e -kt log f t -fc = log f -fc -kt log e m= k loge Dari tabel di atas, berdasarkan rumus Horton maka dapat ditransposisikan seperti perhitungan-perhitungan sebagai berikut: ft – fc = f – fc f0.017 – fc = 194.00– 57.00 = 137 f0.050 – fc = 112.50–57.0 = 55.5 Kemudian kedua persamaan tersebut di log kan menjadi: log f t -fc = log f -fc -kt log e log f 0.017 -fc = log =2.137 Universitas Sumatera Utara log f 0.050 -fc = log . = 1.744 Setelah persamaan tersebut di log kan, maka hasil analisis grafik log fo –fc terhadap waktu dapat dibuat seperti yang ditunjukan Gambar 4.5. Gambar 4.5 Grafik Log fo-fc terhadap Waktu Metode Horton Dari grafik di atas dengan regresi linier didapatkan nilai kemiringan m sebesar -0.2001. Tanda negatif menunjukkan bahwa ft berkurang dengan bertambahnya waktu. Setelah diketahui nilai m maka dapat dihitung nilai k sebagai berikut: m= − k loge - . = − k loge k log e = − - . k log e = . k log . = . k=11.507 2,67; 0,017 2,04; 0,05 1,82; 0,117 1,67; 0,183 0,86; 0,267 0,56; 0,35 0; 0,433 0; 0,517 0; 0,6 y = -0,1981x + 0,4933 -0,1 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 2,2 2,4 2,6 2,8 3 Waktu Ku m u latif jam log fo-fc y = -0.2001x + 0.4902 Universitas Sumatera Utara Dari nilai k di atas maka rumus laju infiltrasi ft terhadap waktu dapat dihitung dengan memasukkan nilai k seperti pada Tabel 4.21. Tabel 4.4 Hasil Analisis Laju Infiltrasi pada Tanah Normal di Kawasan Perumahan No. T menit Waktu Kumulatif jam Penurunan cm fo cmjam fc cmjam fo-fc cmjam Log fo-fc k -k x t Ft cmjam 1 1 0.017 9.7 582 114 468 2.67 11.507 0.196 498.709 2 2 0.050 7.5 225 114 111 2.04 11.507 0.575 176.464 3 4 0.117 12 180 114 66 1.82 11.507 1.346 131.181 4 4 0.183 10.7 160.5 114 46.5 1.67 11.507 2.106 119.661 5 5 0.267 10.1 121.2 114 7.2 0.86 11.507 3.072 114.334 6 5 0.350 9.8 117.6 114 3.6 0.56 11.507 4.027 114.064 7 5 0.433 9.5 114 114 11.507 4.982 114 8 5 0.517 9.5 114 114 11.507 5.949 114 9 5 0.600 9.5 114 114 11.507 6.904 114 Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan: ft = Laju infiltrasi nyata cmjam, fc = Laju infiltrasi tetap cmjam, fo = Laju infiltrasi awal cmjam, k = Konstanta geofisik, dan t = Waktu jam. Universitas Sumatera Utara Dari perhitungan Tabel 4.4, dapat dibuat suatu grafik laju infiltrasi ft nyata terhadap waktu t Gambar 4.6. Gambar 4.6 Grafik ft Horton untuk tanah terdapat lubang resapan biopori Pada grafik di atas dapat dilihat, pengukuran infiltrometer yang menunjukan bahwa laju infiltrasi mulai konstan pada waktu setelah 0.433 jam dengan laju infiltrasi 57 cmjam atau 57 mmjam. Sehingga dari perhitungan terlihat nilai peningkatan laju infiltrasi dari tanah normal terhadap tanah dengan lubang resapan biopori. Perbandingan laju infiltrasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Perbandingan Laju Infiltrasi pada Tanah Normal dan Tanah dengan LRB Laju Infiltrasi cmjam Kenaikan Laju Resapan Sebelum Terdapat LRB Setelah Terdapat LRB 16.2 114 703.7 Sumber : Hasil Perhitungan Universitas Sumatera Utara

4.2 Uji Permeabilitas di Laboratorium