26
2.3.7 Sikap
Apabila peningkatan sikap tidak diimbangi dengan tindakan nyata, maka akan memberikan peluang besar untuk merugikan kesehatan pribadi maupun
lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku masyarakat yang masih sering buang air besar sembarangan. Menurut Sunaryo 2004 faktor penentu sikap seseorang
salah satunya adalah faktor komunikasi sosial. Informasi yang diterima individu tersebut dapat menyebabkan perubahan sikap pada diri individu tersebut. Positif
atau negatif informasi dari proses komunikasi tersebut tergantung seberapa besar hubungan sosial dengan sekitarnya mampu mengarahkan individu tersebut
bersikap dan bertindak sesuai dengan informasi yang diterimanya. Selain itu juga didukung dengan pendapat Green 2000 ketidakcocokan perilaku seseorang
dengan sikapnya akan menimbulkan berbagai masalah psikologis bagi individu yang bersangkutan sehingga individu akan berusaha mengubah sikapnya atau
perilakunya. Sikap merupakan predisposisi untuk berperilaku yang akan tampak
aktual dalam bentuk perilaku atau tindakan.
2.4 Kepemilikan Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC
Madjid, 2009. Jamban keluarga terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa cemplung yang dilengkapi dengan
unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.
Universitas Sumatera Utara
27
2.5 Syarat-Syarat Pembangunan Jamban Keluarga
Pembuangan tinja atau kotoran manusia adalah merupakan sumber penularan penyakit serta dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, untuk mengatasi
masalah tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maka harus dilakukan pengisolasian dan pengolahan terhadap
tinjakotoran tersebut. Upaya pengisolasian dapat dilakukan dengan membuat sarana pembuangan kotoran, tinja yang memenuhi syarat kesehatan.
Menurut Proverawati dan Rahmawati 2012, syarat jamban yang sehat adalah : 1.
Tidak mencemari sumber air minum jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan tinja minimal 10 meter.
2. Tidak berbau.
3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
4. Tidak mencemari tanah sekitarnya.
5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
7. Penerangan dan ventilasi yang cukup.
8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
2.6 Macam-macam Type Pembuangan Tinja
Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya, dikenal bermacam-macam tempat pembuangan kotoranjamban, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
28 a.
Jamban Cemplung Bentuk kakus inilah adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada
masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang mempergunakan kakus macam ini, maka kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat
penampungan. Jamban cemplung yaitu jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan kotorantinja ke dalam tanah dan
mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau Proverawati dan Rahmawati, 2012.
b. Jamban Plengsengan
Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “Melengseng” yang berarti miring.
Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ketempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring. Jadi, tempat jongkok dari
kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat penampungan, tapi agak jauh. c.
Jamban Bor Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan
mempergunakan bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang disebut “Bor Auger” dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang yang dibuat
harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada jamban cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter jamban bor jauh lebih
kecil.
Universitas Sumatera Utara
29 d.
Angsatrine Water Seal Latrine Jamban ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotorang yang berada di tempat penampungan tidak tercium
baunya karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung.
e. Jamban Di atas Balong Empang
Membuat jamban diatas balong yang kotorannya dialirkan ke balong adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya,
terutama di daerah yang terdapat banyak balong. Menurut Mubarak 2009, dalam Marliana 2011 b
ahwa “Sebelum kita berhasil mengalihkan kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang diharapkan, dapatkah cara
tersebut diteruskan dengan memberikan persyaratan tertentu”, antara lain : 1.
Air balong tersebut jangan dipergunakan untuk mandi. 2.
Letak jamban harus sedimikian rupa, sehingga kotoran manusia selalu jatuh di air.
3. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bak balong tersebut atau
yang sejajar dengan jarak 15 meter. 4.
Aman dalam pemakaiannya. f.
Jamban Septic Tank Jamban septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobik. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anerobik.
Universitas Sumatera Utara
30 Mubarak 2009, dalam Marliana 2011 mengemukakan bahwa “Septic Tank bisa
terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa misalnya dengan memasang beberapa sekat atau
tembok penghalang, sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut”.
2.7 Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia