58 dengan responden yang berpendidikan tinggi yaitu tamat SMA memiliki
pengetahuan yang lebih baik sehingga merasa perlu untuk memilki jamban keluarga karna masyarakat sudah lebih mengetahui tentang dampak yang
disebabkan oleh tinja. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi mempunyai tindakan BAB yang lebih baik dibandingkan
masyarakat dengan pendidikan rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanni Siregar 2011
mengenai pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong terhadap perilaku BAB di desa Sibuntuon dengan hasil penelitian dengan uji chi square
ditemukan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap tindakan Buang Air Besar Sembarangan BABS dengan nilai p=0,001 0,05.
5.1.2 Hubungan antara Pekerjaan dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan
Responden yang bekerja pada sektor non formal seluruhnya bekerja sebagai petani dan saat bekerja ada kemungkinan responden untuk buang air besar dimana
saja dikarenakan jambanWC tidak tersedia. Penghasilan yang hanya cukup untuk kebutuhan primer membuat masyarakat tidak mampu mendirikan jamban di
ladangkebun tempat responden lebih banyak menghabiskan waktu mereka sehari- hari. Orang yang bekerja pada sektor formal merasa perlu menjaga kesehatan
individu dan keluarga karena terbiasa dengan lingkungan pekerjaan yang bersih dan sehat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase yang bekerja di sektor formal tindakan BABS lebih sedikit dibanding persentase yang bekerja sektor informal
Universitas Sumatera Utara
59 dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
tindakan Buang Air Besar Sembarangan BABS. Menurut Soemardji 1999 menyatakan perbedaan tingkat partisipasi responden
yang tidak bekerja juga terkait dengan aspek psikologis, artinya masyarakat yang tidak bekerja mengkondisikan dirinya seperti merasa tidak perlu berpartisipasi.
Masyarakat yang pada umumnya berada pada tingkat ekonomi rendah sehingga sulit untuk membangun fasilitas jamban.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nur Widowati 2015 mengenai hubungan karakteristik keluarga dengan perilaku buang air besar sembarangan di wilayah
kerja Puskesmas Sambungan II dengan hasil penelitian dengan uji chi square ditemukan bahwa pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap
tiindakan Buang Air Besar Sembarangan BABS dengan nilai p = 0,002 0,05.
5.1.3 Hubungan antara Penghasilan dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase reponden yang berpenghasilan sesuai UMK tindakan Buang Air Besar Sembarangan BABS lebih sedikit
dibanding persentase responden yang berpenghasilan tidak sesuai UMK dan secara statistik ada hubungan yang bermakna antara penghasilan dengan tindakan
Buang Air Besar Sembarangan BABS. Pada umumnya masyarakat memiliki penghasilan
tidak sesuai
UMK sehingga
masyarakat mengggunakan
penghasilannya hanya untuk kebutuhan primerkebutuhan sehari-hari dan tidak dapat menyisihkan penghasilan untuk kebutuhan sekunder yaitu upaya pengadaan
atau perbaikan jamban.
Universitas Sumatera Utara
60 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Palneti 2001, penghasilan yang
rendah memiliki pengaruh terhadap kepemilikan dan kedaan jamban keluarga di Desa Percut Deli Serdang. Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota
keluarga untuk memperoleh yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagianya. Demikian sebaiknya jika penghasilan rendah maka akan ada
hambatan dalam kebutuhan sehari-hari.
5.1.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Buang Air Besar Sembarangan