Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

30 Mubarak 2009, dalam Marliana 2011 mengemukakan bahwa “Septic Tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang, sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut”.

2.7 Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Manusia

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia feces adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada feces dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Pembuangan tinja secara layak merupakan kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah berjangkit Chandra, 2007.Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah Chandra, 2007: 1. Pencemaran tanah, pencemaran air, dan kontaminasi makanan Sebagian besar kuman penyakit yang mencemari air dan makanan berasal dari feses hewan dan manusia. Mereka mencakup bakteri, virus, protozoa, dan cacing dan masuk bersama air atau makanan, atau terbawa oleh mulut oleh jari-jari yang Universitas Sumatera Utara 31 tercemar. Sekali ditelan, sebagian besar di antara mereka berkembang di saluran makanan dan diekskresikan bersama feses. Tanpa sanitasi yang memadai, mereka dapat memasuki ke badan air yang lain, yang selanjutnya dapat menginfeksi orang lain. Banyak organisme-organisme kelompok enterik ini dapat bertahan dalam waktu lama di luar badan. Mereka dapat bertahan di limbah manusia dan kadang- kadang di dalam tanah dan ditularkan ke air serta bahan makanan. Organisme yang lebih tahan dapat ditularkan secara mekanis oleh lalat. 2. Perkembangbiakan lalat. Peranan lalat dalam penularan penyakit melalui tinja faecal-borne-diseases sangat besar. Lalat rumah, selain senang menempatkan telurnya pada kotoran kuda atau kotoran kandang, juga senang menempatkannya pada kotoran manusia yang terbuka dan bahan organik lain yang sedang mengalami penguraian. Lalat itu hinggap dan memakan bahan itu, mengambil kotoran dan organisme hidup pada tubuhnya yang berbulu, termasuk bakteri yang masuk ke saluran pencernaannya, dan sering meletakkannya di makanan manusia. Pada iklim panas, prevalensi penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja biasanya lebih tinggi karena, pada saat ini, lalatnya paling banyak dan paling aktif. Sementara itu beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : 1. Tifus Tifus merupakan penyakit yang menyerang usus halus. Penyebabnya adalah Salmonella typhi, dengan reservoir adalah manusia. Gejala utama adalah panas yang terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu Universitas Sumatera Utara 32 rata -rata 2 minggu setelah infeksi. Penularan dapat terjadi dari orang ke orang, atau tidak langsung lewat makanan, minuman yang terkontaminasi bakteri. Sesekali, Salmonella itu keluar bersama tinja ataupun urine, memasuki lingkungan dan berkesempatan menyebar Slamet, 2007. 2. Disentri Disentri amoeba disebut juga Amoebiasis disebabkan oleh E. histolytica, suatu protozoa. Gejala utama penyakit adalah tinja yang tercampur darah dan lendir. Berbeda dari Disentri basillaris, disentri ini tidak menyebabkan dehidrasi. Penyakit ini sering pula ditemukan tanpa gejala yang nyata, sehingga seringkali menjadi kronis. Tetapi, apabila tidak diobati dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti asbes hati, radang otak, dan perforasi usus. Amoebiasis ini seringkali menyebar lewat air dan makanan yang terkontaminasi tinja dengan kista amoeba serta dapat pula dibawa oleh lalat. Karena amoeba membentuk kista yang tahan lama di dalam lingkungan di luar tubuh, maka penularan mudah terjadi dengan menyebarnya kista-kista tersebut Slamet, 2007. 3. Kolera Penyakit Kolera disebabkan oleh Vibrio cholerae. Kolera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan banyak kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat terjadi dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui. Orang dewasa dapat meninggal dalam waktu setengah sampai dua jam, disebabkan dehidrasi. Reservoir bakteri kolera adalah manusia yang menderita penyakit, sedangkan penularan dari orang Universitas Sumatera Utara 33 ke orang, ataupun tidak langsung lewat lalat, air, serta makanan dan minuman Slamet, 2007. 4. Schistosomiasis Shistosomiasis atau Bilharziasis adalah penyakit yang disebabkan cacing daun yang bersarang di dalam pembuluh darah balik sekitar usus dan kandung kemih. Reservoirnya selain penderita, juga anjing, kijang, dan lain-lain hewan penderita Schistosomiasis. Telur Schistosoma ini keluar dari tubuh penderita bersama urine ataupun tinja. Untuk dapat hidup terus telur itu harus berada di perairan, menetas menjadi larva miracidium dan untuk dapat berubah menjadi larva yang infektif, maka ia harus masuk ke dalam tubuh siput air. Miracidium di dalam siput berubah menjadi larvacercaria, keluar dari tubuh siput, berenang bebas di perairan. Larva ini dapat memasuki kulit orang sehat, yang kebetulan berada di air tersebut misalnya di sawah. Larva kemudian ikut dengan peredaran darah, memasuki paru-paru, kemudian ke hati di mana ia menjadi dewasa dan kemudian bermigrasi ke dalam pembuluh darah balik sekitar usus ataupun kandung kemih. Jumlah telur cacing yang banyak akan mendesak dinding pembuluh darah sehingga robek dan terjadi perdarahan. Gejala 4-6 minggu setelah infeksi berupa kencing dan berak darah. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian yang langsung, tetapi menimbulkan kelemahan karena terjadinya perdarahan. Komplikasi-komplikasi dapat terjadi, yakni rusaknya jaringan hati sehingga terjadi cirrhosis atrofis dan kadang-kadang cacing dapat ikut dengan peredaran darah ke dalam otak dan menimbulkan kerusakan. Cacing ini sudah banyak menyebabkan kerugian dan penderitaan, karena pengobatannya kurang efesien, pemberantasan terhadap Universitas Sumatera Utara 34 cacing sulit dilaksanakan, karena spektrum reservoirnya yang luas, dan meninggalkan banyak cacat dan kelemahan Slamet, 2007. 5. Diare Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengantanpa darah danlendir dalam tinja Mansjoer, 2002. Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam tujuh besar, yaitu virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, malabsorpsi, alergi, dan immunodegesiensi Widoyono, 2008. Penyakit diare sebagian besar 75 disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme berikut Widiyono, 2008: a. Melalui Air yang Merupakan Media penularan utama diare. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik yang tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. b. Melalui Tinja yang Terkontaminasi Tinja yang sudah terkontaminasi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkaan penyakit diare kepada orang yang memakannya. 6. Bermacam-macam cacing gelang, kremi, tambang, pita Universitas Sumatera Utara 35 Penyakit cacing tambang hookworm disease adalah suatu infeksi saluran usus oleh cacing penghisap darah. Penyebabnya adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale yaitu nematoda yang dikeluarkan lewat tinja dari manusia yang terinfeksi. Cara pemindahannya adalah larva dalam tanah yang lembabbasah dan menembus kulit, biasanya kulit kaki Suparmin, 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja, antara lain Chandra, 2007: 1. Agens penyebab penyakit 2. Reservoir 3. Cara menghindar dari reservoir ke pejamu potensial 4. Cara penularan ke pejamu baru 5. Pejamu yang rentan sensitif. Apabila salah satu faktor di atas tidak ada, penyebaran tidak akan terjadi. Pemutusan rantai penularan juga dapat dilakukan dengan sanitasi barrier. Universitas Sumatera Utara 36 Kerangka Konsep Kerangaka konsep untuk menetukana hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Kerangaka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel Independen variabel Dependen Gambar 2.11 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka konsep tersebut yang menjadi variabel independennya adalah karakteristik individu pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, sosial budaya, kepemilikan jamaban keluarga jenis jamban, keberadaan jamban, ketersediaan air. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah tindakan buang air besar sembarangan di Desa Sosor Tolong Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan di tahun 2016. Kepemilikan Jamban Keluarga Tindakan Buang Air Besar Sembarangan BABS Karakteristik Individu : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Penghasilaan 4. Pengetahuan 5. Sikap Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Tinjauan Sanitasi Jamban Keluarga Di Desa Penen Kecamatan Sibiru-Biru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000

0 28 52

Peningkatan Cakupan Kepemilikan Jamban Setelah Pemberian Stimulan Jamban Di Desa Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Wilayah Kerja Puskesmas Pajar Bulan Kecamatan Semidang Alas Kabupaten Bengkulu Selatan

2 70 97

Respon Masyarakat Desa Sitio Ii Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Terhadap Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Oleh Rumah Sakit Umum Daerah Doloksanggul

2 59 107

Kajian Pemanfaatan Rotan Di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

1 46 82

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK RUMAH DENGANPERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan(BABS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan II Kabupaten Sragen.

0 2 21

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK RUMAH DENGANPERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan(BABS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan II Kabupaten Sragen.

1 12 16

PENDAHULUAN Hubungan Karakteristik Pemilik Rumah Dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan(BABS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sambungmacan II Kabupaten Sragen.

0 2 9

LPSE Kabupaten Humbang Hasundutan Doloksanggul

0 3 1

Stop Buang Air Besar Sembarangan. Commun

0 2 98

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERILAKU BUANG AIR BESAR (BAB) SEMBARANGAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo)

0 0 15