V-1
17
Praveen gupta. 2004. The Six sigma Performance Handbook, A Statistikal Guide to Optimizing Results.
New York: MC. Grow Hill. Hal.235-241
18
Vincent Gaspersz.2005. Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP.
Jakarta :Gramedia Pustaka Utama..Hal. 244-248
3.7.1. Penggunaan FMEA Desain
FMEA desain akan membantu menghilangkan kegagalan-kegagalan yang
terkait dengan desain. Tujuan dari FMEA desain adalah menentukan apakah suatu desain produk itu tepat atau sesuai dengan aplikasi, dan mengurangi banyaknya mode
kegagalan yang terkait dengan desain yang pernah dialami oleh pelanggan. Manfaat penggunaan FMEA desain dalam peningkatan kualitas Six Sigma adalah
meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan reputasi dan penjualan produk, mengurangi kebutuhan untuk perubahan-perubahan rekayasa engineering changes
sehingga menurunkan biaya dan mengurangi waktu sikluspengembangan produk. Elemen-elemen kunci dalam FMEA desain adalah
1. Ketepatan waktu timelines
2. Kerja sama team work
3. Dokumentasi documentation
Suatu FMEA desain harus dikerjakan atau dilakukan oleh Tim Six Sigma pada tahap awal dalam siklus pengembangan produk, setelah desain konseptual
diputuskan tetapi sebelum pengadaan peralatan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
V-1 3.7.2.
Penggunaan FMEA Proses Pada dasarnya sasaran dari proses manufacturing adalah menghasilkan
produk yang memenuhi semua spesifikasi sepanjang waktu. FMEA proses akan
mengidetifikasi penyimpangan-penyimpangan melalui deteksi atau pencegahan perubahan dalam variabel- variabel proses seperti kondisi diluar spesifikasi yang
ditetapkan misalnya ukuran yang tidak tepat, tekstur dan warna yang tidak sesuai, ketebalanyang tidak tepat danlain-lain.
Manfaat penggunaan FMEA proses dalam peningkatan kualitas Six Sigma adalah mengidentifikasi masalah-masalah potensial sebelum produk itu
diperoduksi, membantu menghindari scrapdan pekerjaan ulang rework, mengurangi biaya kegagalan produk yang dialami oleh pelanggan sehingga akan
meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menjamin suatu start-up produksi yanglebih mulus.
Metodologi FMEA terdiri dari penilaian mode kegagalan untuk severity, penyebab potensial untuk occurance, dan pengendalian untuk detection.
a. Rating keparahan severity, menyangkut keseriusan dari efek kegagalan
potensial pada fungsional produk atau pada saat digunakan oleh pelanggan. Severity
dapat menjadi masukan dalam mengurangi efek yang merugikan pada proses secara langsung. Rating keparahan diberi nilai pada skala satu sampai
sepuluh, dengan sepuluh dinyatakan sebagai tingkat yang paling parah, dan 1 mengimplikasikan efek yang paling kecilminimal. Adapun tabel rating
keparahan severity dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Universitas Sumatera Utara
V-1
Tabel 3.2. Rating Severity Efek
Rank Kriteria
Berbahaya tanpa ada Dapat membahayakan konsumen
10 Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
peringatan Tidak ada peringatan
Berbahaya dan ada 9
Dapat membahayakan konsumen Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
Peringatan Ada peringatan
Mengganggu kelancaran lini produksi Sangat tinggi
8 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat
disortir apakah sudah baikbisa rework Pelanggan tidak puas
Sedikit mengganggu kelancaran lini produksi Tinggi
7 Sebagian besar menjadi scrap, sisanya dapat
disortir apakah sudah baikbisa rework Pelanggan tidak puas
Sedang 6
Sebagian kecil menjadi scrap, sisanya tidak perlu disortir sudah baik
Rendah 5
100 produk dapat di-rework Produk pasti dikembalikan oleh konsumen
Sebagian besar dapat di-rework dan sisanya Sangat rendah
4 sudah baik
Kemungkinan produk dikembalikan oleh konsumen
Hanya sebagian kecil yang dapat di-rework Kecil
3 dan sisanya sudah baik
Rata-rata pelanggan komplain Sangat kecil
2 Komplain hanya diberikan oleh pelanggan
tertentu Tidak ada
1 Tidak ada efek buat konsumen
Universitas Sumatera Utara
V-1
Sumber : Dydem, 2003
b. Rating kejadian occurrence menggambarkan frekuensi terjadinya kegagalan
potensial. Frekuensi terjadinya kegagalan dapat diestimasi melalui pengalaman
pada proses
dan data
historis kinerja.
Pada data
historispengalaman, frekuensi terjadinya kegagalan dapat diestimasi dengan melihat data kegagalan pada proses yang sama. Nilai rating occurence
diberikan skala antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki nilai kumulatif yang tinggi atau sangat sering atau selalu
terjadi, dan nilai 1 mengimplikasikan situasi yang sangat jarang atau tidak pernah terjadi. Adapun tabel rating kejadian occurrence dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Rating Occurrence Kejadian
Rank Kriteria
Sangat tidak mungkin 1
1 dalam 1.000.000 Jarang kemungkinan
2 1 dalam 20.000
Sangat kecil kemungkinan 3
1 dalam 15.000 Kecil kemungkinan
4 1 dalam 1.000
Cukup rendah kemungkinan 5
1 dalam 400 Sedang kemungkinan
6 1 dalam 80
Cukup tinggi kemungkinan 7
1 dalam 40 Tinggi kemungkinan
8 1 dalam 20
Sangat tinggi kemungkinan 9
1 dalam 8 Tinggi sekali kemungkinan
10 1 dalam 2
Sumber : Dydem, 2003
c. Rating deteksi detection, menggambarkan kemungkinan relatif terjadinya
kegagalan yang dapat dideteksi melalui kontrol yang tepat seperti inspeksi, pengujian, atau pengendalian proses. Detection diberikan skala nilai dari 1
Universitas Sumatera Utara
V-1 sampai 10, dimana nilai 10 mengimplikasikan kesulitan dalam pendeteksian,
dan nilai 1 mengimplikasikan kepastian pendektesian. Adapun tabel rating deteksi detection dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rating Detection Deteksi
Rank Kriteria
Sangat mungkin 1
Kontrol akan hampir pasti mendeteksi adanya efek Sangat tinggi
2 Kontrol memiliki probabilitas sangat tinggi untuk
kemungkinan mendeteksi adanya kegagalan
Kemungkinan 3
Memiliki efektivitas tinggi untuk dideteksi Tinggi
Kemungkinan 4
Memiliki efektivitas cukup tinggi untuk dideteksi cukup tinggi
Kemungkinan 5
Memiliki efektivitas sedang untuk dideteksi sedang
Kemungkinan 6
Memiliki efektivitas cukup rendah untuk dideteksi agak rendah
Kemungkinan 7
Memiliki efektivitas rendah untuk dideteksi Rendah
Kemungkinan 8
Memiliki efektivitas sangat rendah di setiap sangat rendah
kategori yang berlaku Tabel 3.4. Rating Detection
Deteksi Rank Kriteria
Hampir tidak 9
Kontrol memiliki probabilitas sangat rendah untuk mungkin
mendeteksi adanya efek Sangat tidak
10 Kontrol akan hampir pasti tidak mendeteksi adanya
mungkin Efek
Sumber : Dydem, 2003
Universitas Sumatera Utara
V-1 Penerapan FMEA dapat dilakukan dengan langkah-langkah yaitu:
1. Defenisikan pastikan item yang diamati
2. Pastikan fungsi kegunaan masing-masing item yang diamati
3. Identifikasi jenis kesalahan yang mungkin muncul dari tiap item
4. Tentukan penyebab kesalahan yang muncul dari tiap item
5. Identifikasi dampak dari tiap kesalahan kegagalan yang muncul tanpa
mempertimbangkan kontrol yang ada 6.
Identifikasi dan buat urutan kendali untuk tiap kegagalan yang muncul
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah suatu kerangka yang memuat langkah langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada bagian ini
akan dijelaskan secara rinci semua urutan pelaksanaan penelitian mulai dari tahap awal yaitu penentuan lokasi dan tempat penelitian sampai pada tahap akhir yaitu
kesimpulan dan saran.
4.1. Lokasi dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Growth Sumatera Industry yang beralamat di
Jl. K.L. Yos Sudarso Km.10, Mabar, Medan
Universitas Sumatera Utara