V-1
Gambar 3.2. Cause and Effect Diagram
3.5.2. Menggunakan Data Numerik atau Kuantitatif
9
Alat
– alat yang digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas yang
menggunakan dara numeric atau kuantitatif antara lain yaitu pareto diagram,
histogram dan peta kendali control chart.
9
Pande, S Peter.2000. The Sig Sixma Way, Bagaimana GE, Motoroladan Perusahaan Terkenal lainnnya Mengasah Kinerja Mereka.
Yogyakarta:penerbit ANDI Yogyakarta . Hal.290
3.6.2.1.Diagram Pareto
Pareto digunakan untuk menstratifikasi data kedalam kelompok-kelompok dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Dengan berntuknya berupa
diagram batang, pareto membantu untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian atau penyebab masalah yang paling umum. Untuk menggunakan diagram pareto, perlu
Universitas Sumatera Utara
V-1 dipastikan bahwa harus memiliki data diskrti atau kategori. Diagram ini tidak akan
bekerja dengan ukuran-ukuran seperti berat atau temperature data kontinus. Analisis pareto didasarkan pada “Hukum 8020”- bahwa 80 pengeluaran atau
kerugian didalam sebuah organisasi dibuat oleh hanya 20 masalah. Angkanya tidak selalu tepat 80 dan 20 tetapi efeknya sering kali sama. Kegunaan Diagram
pareto adalah 1.
Menyaring data masalah menurut wilayah dan menemukan wilayah mana yang memiliki paling banyak masalah
2. Membandingkan data defect menurut tipe dan mengetahui defect mana yang
paling umum 3.
Membandingkan masalah menurut hari dalam minggu atau bulan atau waktu dalam hari untuk mengetahui selama periode mana masalah paling sering
terjadi 4.
Menyaring complain pelanggan menurut tipe complain untuk mengetahui complain apa yang paling umum.
Adapun cara melakukan Analisis Pareto yaitu
10
1. Tentukan klasifikasi kategori Pareto untuk grafik.
2. Pilih suatu interval waktu untuk analisis.
3. Tentukan kejadian total misalnya biaya, jumlah kerusakan, dll untuk setiap
Universitas Sumatera Utara
V-1 kategori. jika ada beberapa kategori yang menyebabkan hanya bagian kecil
dari total, kelompokkan ini ke dalam kategori yang disebut “lain-lain”. 4.
Hitung persentase dari setiap kategori dengan membagi kategori total dengan keseluruhan dan kalikan dengan 100.
5. Urutkan peringkat dari kejadian total terbesar sampai terkecil.
6. Hitung persentase kumulatif dengan menambah persentase untuk setiap
kategori pada beberapa kategori yang terdahulu. 7.
Buat bagan dengan sumbu vertikal kiri berskala dari 0 sampai sedikitnya 100, dengan 100 pada sisi kanan sama tingginya dengan total keseluruhan
pada sisi kiri. 8.
Beri label sumbu horizontal dengan nama kategori. Kategori paling kiri harus terbesar, kedua terbesar berikutnya, dan seterusnya.
9. Gambar dalam batang yang mewakili jumlah setiap kategori. Tinggi batang
ditentukan oleh sumbu vertikal kiri. 10.
Gambar satu garis yang menunjukkan kolom persentase kumulatif dari table analisis pareto. Garis persentase kumulatif ditentukan dengan sumbu vertikal
kanan.
10
Pyzdek, Thomas. 2002. The Six sigma Handbook, Panduan lengkap Untuk Greenbelts, Blackbelts, dan Manajer pada Semua Tingkatan.
Jakarta: Salemba Empat. Hal.245-246
Adapun contoh gambar diagram pareto dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Universitas Sumatera Utara
V-1
Gambar 3.3. Diagram Pareto 3.6.2.2.Histogram
11
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Histogram merupakan suatu potret dari
proses yang menunjukkan yaitu : a.
Distribusi dari pengukuran b.
Frekuensi dari setiap pengukuran itu Histogram ini juga menunjukkan kemampuan proses dan apabila
memungkinakan histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal misalnya rata-rata. Dalam histogram, garis
vertical menunjukkan banyaknya observasi tiap-tipa kelas, diagram ini sangat cocok untuk data yang dikelompokkan.
11
Indranata, iskandar. 2008. Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas . Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.Hal. 245-246
Histogram dapat dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh antara lain tendensi sentral, frekuensi terbesar modus, titik tengah median, nilai rata-rata
mean dan simpangan baku standar deviasi. Dengan demikian histogram dapat
Universitas Sumatera Utara
V-1 dipergunakan sebagai suatu alat untuk:
1. Mengomunikasikan informasi tentang informasi dalam proses
2. Membantu manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus
kepada usaha perbaikan terus menerus continuous improvement efforts. Tujuan menggunakan histogram yaitu :
a. Mengatahui denga mudah penyebaran data yang ada
b. Mempermudah melihat dan menginterpretasikan data
c. Sebagai alat pengendalian proses sehingga dapat mencegah timbulnya masalah.
Contoh Histogram dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar.3.4. Histogram
3.6.2.3.Peta Pengendali Control Chart
12
Kontrol adalah fase mengontrol kinerja proses X dan menjamin cacat
Universitas Sumatera Utara
V-1 tidak muncul. Alat yang paling umum digunakan adalah diagram kontrol. Fugnsi
umum diagram kontrol adalah: a.
Membantu mengurangi variabilitas b.
Memonitor kinerja setiap saat c.
Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan d.
Trend dan kondisi diluar kendali terdeteksi secara cepat Secara umum digram kontrol dapat digolongkan dalam 2 kategori, yaitu:
1. Diagram kontrol variable yaitu memiliki tipe data kontinu dan datanya
diperoleh sebagai hasil pengukuran sebagai contoh, pengukuran berat, suhu, tekanan dan lain-lain, sedangkan
2. Diagram kontrol atribut yaitu memiliki tipe data diskrit dan datanya diperoleh
sebahai hasil perhitungan. Sebagai contoh, menghitung jumlah cacat atau proporsi cacat produk.
12
Hendradi, Tri C.2006.Statistik Six sigma dengan Minitab.Yogyakarta: CV Andi.Hal 160-174
3.6.2.3.1.Peta p
13
Universitas Sumatera Utara
V-1 Peta p digunakan untuk mengamati proporsi produk cacat dibandingkan
dengan keseluruhan produksi. Secara simbolis, dapat ditulis yaitu: p
X
n Di mana: p = proporsi produk cacat di dalam sampel atau subgrup n = jumlah semua
sampel yang diambil dalam inspected X = jumlah produk cacat di dalam sampel atau subgrup
Prosedur yang umum digunakan untuk membuat Peta p: 1.
Menentukan karakteristik kualitas. 2.
Menentukan ukuran subgrup dan metodenya. 3.
Mengumpulkan data. 4.
Menghitung nilai tengah dan batas-batas kontrolnya UCL dan LCL. Nilai tengah dihitung dengan rumus:
p
x
n
Sedangkan UCL dan LCL dapat dihitung dengan rumus:
UCL 3
p 1 p
LCL 3
p 1 p
p p
n N
13
Pyzdek, Thomas. 2002. The Six sigma Handbook, Panduan lengkap Untuk Greenbelts, Blackbelts, dan Manajer pada Semua Tingkatan.
Jakarta: Salemba Empat. Hal. 352
Di mana: p = rata-rata proporsi produk cacat dari seluruh subgrup n = jumlah sampel yang diperiksa di dalam subgrup
Universitas Sumatera Utara
V-1 5. Menghitung nilai revisi dari nilai tengah dan batas-batas kontrol.
np np
d
p
new
n n
d
di mana: np
d
= jumlah produk cacat dari subgrup yang berada di luar batas kontrol n
d
= jumlah subgrup yang terdapat melewati batas kontrol p
=
p
new
UCL p 3
p 1 p
LCL p 3
p 1 p
n n
3.6.2.3.2.Peta np
Grafik np dapat diterapkan kepada setiap variable dimana pengukuran kinerja yang tepat adalah hitungan suatu unit dan ukuran sub kelompok
dipertahankan tetap. Perhatikan bahwa grafik np dapat dipergunakan, grafik p juga dapat digunakan.
Sebagaimana halnya semua grafik kontrol, grafik np terdiri dari tiga pedoman: garis tengah, suatu batas kontrol bawah, dan suatu batas kontrol atas.
Baris tengah adalah rata-rata hitungan kerusakan sub kelompok dan dua batas kontrol ditetapkan pada kurang atau lebih 3 stadar deviasi. Jika proses adalah
dalam kontrol statistik, maka sebenarnya semua hitungan subkeolmpok akan berada diantara batas kontrol, dan mereka akan berfluktuasi secara acak sekitar
baris tengah. Adapun rumusnya yaitu : Np = hitungan kerusakan sub kelompok
Universitas Sumatera Utara
V-1
np
penjumlaha n dari hitungan kecaca tan subkelompo k
jumlah subkelompo k Menghitung nilai tengah dan batas-batas kontrolnya UCL dan LCL UCL
np
+ 3 np 1 p
dan
LCL =
np
- 3 np 1 p
3.6.Kinerja Proses dan Process Capability 3.6.1.
Kinerja Proses
14
Kinerja proses adalah gambaran dari seberapa baik suatu proses kerja yang
dijalankan. Kinerja proses diukur berdasarkan perbandingan level kinerja proses
aktual dengan level kinerja proses ideal. Dari kebanyakan pelaksanaan proses kerja, level kerja dapat tidak berlangsung konstan. Misalnya, proses sistem
pembayaran produk jasa telekomunikasi, proses penagihan dan pembayaran dari pelanggan biasanya sedikit menghadapi permasalahan error pada bulan - bulan
awal. Namun pada bulan - bulan berikutnya, error akan bertambah seiring dengan masalah - masalah kepuasan terhadap produk, pelayanan dan faktor - faktor
psikologis konsumen lainnya. Kondisi ini disebut dengan Variabilitas proses Process Variability.
15
14
Anang Hidayat.2007.Strategi Six sigma Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis Jakarta:Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.Hal. 45-62.
Universitas Sumatera Utara
V-1
15
Vincent Gaspersz.2005. Pedoman Implementasi Program Six sigma Terintegrasi dengan ISO
9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama..Hal. 13-282
Keberhasilan implementasiprogram peningkatan kualitas Six sigma ditunjukkan melalui peningkatan kapabilitas proses dalam menghasilkan produk
menuju tingkat kegagalan nol zero defect. Oleh karena itu,konsep perhitungan kapabilitas menjadi sangat penting untuk dipahami dalam implementasi program
Six Sigma . Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal 2 jenis data,
yaitu: 1.
Data atribut Attributes Data merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencacatan dan
analisis. Data atribut bersifat diskrit. Jika suatu catatan hanya merupakan suatu ringkasan atau klasifikasi yang berkaitan dengan sekumpulan persyaratan yang
telah ditetapkan, maka catatan itu disebut deng an “atribut”.
2. Data variabel Variables Data merupakan data kuantitatif yang diukur
menggunakan alat pengukuran tertentu untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data variabel bersifat kontinu. Jika suatu catatan dibuat berdasarkan
keadaan actual, diukur secara langsung, maka karakteristik kualitas yang diukur itu disebut sebagai variabel.
3.6.2. Analisis Process Capability