30
C. DINAMIKA PENGARUH KEADILAN ORGANISASI TERHADAP CYBERLOAFING
Menurut Lim 2002, cyberloafing merupakan salah satu bentuk dari penyimpangan kerja, yaitu penyimpangan produksi kerja. Salah satu penyebab
terjadinya penyimpangan kerja ialah faktor keadilan organisasi Bennett Robinson, 2000; Fox, Spector, Miles, 2001. Hal tersebut disebabkan adanya
suatu gagasan mengenai keadilan retributif, yang menyatakan ketika seseorang memberikan perlakuan tidak adil kepada orang lain, maka orang tersebut pantas
untuk dihukum agar dapat mengembalikan keseimbangan dalam keadilan Carlsmith, Darley, Robinson, 2002; Okimoto, Wenzel, Feather, 2009.
Sehingga memungkinkan karyawan untuk melakukan perilaku menyimpang yang dapat merugikan perusahaan, seperti cyberloafing, pada saat karyawan merasakan
adanya ketidakadilan di tempat kerja.
Teori social exchange Blau, 1964 merupakan teori yang sesuai untuk
menjelaskan hubungan antara keadilan organisasi dengan cyberloafing. Dalam kerangka berpikir teori social exchange, karyawan yang melakukan hal yang tidak
pantas, merupakan sebuah respon terhadap perlakukan tidak adil yang diberikan organisasi kepada karyawan tersebut Greenberg Scott, 1996. Cyberloafing
merupakan salah satu perilaku yang tidak pantas untuk dilakukan karyawan di tempat kerja. Pandangan ini menggambarkan keadilan organisasi dan cyberloafing
sebagai dinamika sebab-akibat yang menyatakan bahwa ketika karyawan merasa diperlakukan tidak adil maka memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku
Universitas Sumatera Utara
31 negatif, salah satunya seperti penyalahgunaan internet di perusahaan Zoghbi,
2009. Jika dikaitkan langsung dengan cyberloafing, berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ogut, dkk 2013 menyatakan bahwa keadilan organisasi berpengaruh negatif terhadap cyberloafing, dengan kata lain ketika karyawan
merasa bahwa organisasi tidak adil maka dapat memungkinkan karyawan untuk melakukan cyberloafing. Penelitian tersebut menyatakan bahwa cyberloafing
merupakan salah satu cara negatif yang dilakukan karyawan untuk mengatasi ketidakadilan di tempat kerja. Hal tersebut hampir sama dengan melakukan coffee
break pada saat jam kerja, melakukan panggilan pribadi, atau mengobrol dengan
rekan kerja. Greenberg 1993 membagi keadilan organisasi menjadi empat dimensi,
yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural, keadilan interpersonal dan keadilan informasional. Ditinjau berdasarkan keadilan distributif, ketidakadilan yang
dirasakan karyawan pada dimensi ini dapat memunculkan reaksi tertentu, salah satu reaksinya adalah dapat memicu rasa marah atau reaksi yang tidak
menyenangkan Homans, 1961 Sehingga karyawan yang merasakan ketidakadilan dalam hal imbalan di tempat kerja, dapat memunculkan reaksi
negatif yang mengarah pada organisasi. Sesuai dengan pernyataan Ogut, dkk 2013 bahwa salah satu reaksi negatif yang dapat dilakukan karyawan untuk
mengatasi ketidakadilan ialah dengan melakukan cyberloafing. Ditinjau dari dimensi keadilan interpersonal dan informasional, Barling
dan Phillips 1993 dalam penelitiannya menggunakan istilah keadilan
Universitas Sumatera Utara
32 interaksional yang merupakan gabungan antara keadilan interpersonal dan
keadilan informasional. Penelitian tersebut menemukan bahwa keadilan interaksional memiliki pengaruh terhadap perilaku withdrawal di tempat kerja,
yang merupakan salah satu bentuk dari counterproductive work behavior CWB. Dengan itu dapat dikatakan bahwa karyawan yang merasakan ketidakadilan
interaksional interpersonal dan informasional lebih mungkin untuk melakukan bentuk perilaku dari CWB, seperti cyberloafing.
Secara keseluruhan, tindakan seperti CWB dan cyberloafing yang dilakukan karyawan tidak harus dibedakan berdasarkan dimensi dari keadilan
organisasi Cohen-Charash Spector, 2001. Pada penelitian ini, secara keseluruhan dimensi keadilan organisasi diasumsikan mempengaruhi cyberloafing
yang dilakukan karyawan.
D. HIPOTESA PENELITIAN