15 facebook, twitter, blog, belanja online, bermain game online, mencari berita atau
entertaiment .
2. Aktivitas Cyberloafing
Lim dan Chen 2012 membagi cyberloafing menjadi dua aktivitas, yaitu: a. Browsing Activity
Aktivitas cyberloafing ini merupakan kegiatan yang termasuk mengunakan akses internet perusahaan untuk browsing hal yang tidak
berkaitan dengan pekerjaan di tempat kerja. Salah satu contoh kegiatan browsing
seperti mengakses berita olahraga, infotaimen, dan sosial media. b. Emailing Activity
Emailing merupakan kegiatan mengirim, menerima, dan memeriksa email
yang tidak berkaitan dengan pekerjaan saat bekerja. Jenis cyberloafing yang menjadi fokus penelitian ini ialah jenis yang
dikemukakan oleh Lim dan Chen 2012, yaitu aktivitas browsing dan emailing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Blanchard dan Henle 2008 yang
menyatakan bahwa aktivitas browsing dan emailing merupakan hal umum yang sering dilakukan oleh karyawan di tempat kerja.
3. Faktor yang Mempengaruhi Cyberloafing
Ozler dan Polat 2012 mengemukakan faktor penyebab terjadinya cyberloafing
di tempat kerja, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
16 a. Faktor Individual
Terdapat beberapa faktor individual yang dapat mempengaruhi cyberloafing
, yaitu: 1 Persepsi dan Sikap
Individu yang memiliki sikap positif terhadap pemakaian komputer lebih mungkin menggunakan komputer kantor untuk alasan pribadi dan terdapat
hubungan positif antara sikap mendukung terhadap cyberloafing dengan cyberloafing
Liberman, dkk, 2011. Individu yang merasa bahwa penggunaan internet menguntungkan bagi performa kerja mereka lebih
mungkin terlibat dalam cyberloafing Vitak, Crouse Larouse, 2011. 2 SifatTrait Pribadi
Perilaku dari pengguna internet dapat menggambarkan berbagai motif psikologis dari individu tersebut Johnson and Culpa, 2007. Trait pribadi
seperti shyness rasa malu, loneliness kesepian, isolation isolasi, self- control
kontrol diri, self-esteem harga diri dan locus of control mungkin dapat mempengaruhi bentuk penggunaan internet.
3 Kebiasaan dan Adiksi Internet Kebiasaan mengacu pada rangkaian situasi-perilaku secara otomatis terjadi
tanpa instruksi, fungsi kognisi dan pertimbangan dalam menghadapi isyarat tertentu di lingkungan Woon Pee, 2004. Diperkirakan lebih
dari 50 perilaku media merupakan sebuah kebiasaan LaRose, 2010. Adiksi internet dalam tingkat tinggi dapat mengarah kepada perilaku
penyalahgunaan internet Chen, 2008.
Universitas Sumatera Utara
17 4 Faktor Demografis
Garrett dan Danziger 2008 menemukan bahwa status pekerjaan, persepsi otonomi di tempat kerja; tingkat pendapatan, pendidikan, dan jenis
kelamin merupakan prediktor yang signifikan dari cyberloafing. 5 Keinginan untuk Terlibat, Norma Sosial dan Kode Etik Personal
Ditemukan bahwa persepsi seseorang mengenai pentingnya larangan etika dalam hal cyberloafing secara negatif terkait dengan penerimaan perilaku,
dan berhubungan positif dengan keinginan seseorang untuk terlibat dalam penyalahgunaan. Selain itu, keyakinan normatif individu yaitu,
pandangan negatif mengenai cyberloafing mengurangi keinginan seseorang untuk terlibat dalam cyberloafing. Vitak, dkk, 2011.
b. Faktor Organisasi Terdapat beberapa faktor organisasi yang dapat mempengaruhi karyawan
untuk melakukan cyberloafing. Beberapa faktor organisasi tersebut yaitu: 1 Pembatasan Penggunaan Internet
Dengan membatasi penggunaan komputer saat bekerja melalui kebijakan perusahaan atau pencegahan penggunaan internet dapat mengurangi
kesempatan karyawan menggunakan internet untuk tujuan pribadi, sehingga perusahaan dapat meningkatkan regulasi diri karyawan Garrett
Danziger, 2008. Dan juga, karyawan yang menghadapi hukuman yang
Universitas Sumatera Utara
18 lebih berat bagi perilaku menyimpang di tempat kerja lebih cenderung
tidak terlibat dalam perilaku cyberloafing Vitak, dkk, 2011. 2 Hasil yang Diharapkan
Penelitian menemukan bahwa karyawan cenderung tidak melakukan kegiatan yang mereka anggap memiliki konsekuensi negatif yang serius
bagi organisasi mereka dan menyakiti kepentingan pribadi mereka Lim Teo 2005; Blanchard Henle, 2008; Lim Chen, 2012; Vitak dkk, 2011;
Woon Pee, 2004. 3 Dukungan Manajerial
Dukungan manajerial terhadap penggunaan internet saat bekerja tanpa menjelaskan bagaimana menggunakan internet dengan jelas malah dapat
meningkatkan penggunaan internet karyawan baik untuk tujuan bisnis maupun untuk tujuan pribadi. Dukungan ini dapat disalahartikan oleh
karyawan sebagai sebuah dukungan terhadap segala tipe penggunaan internet, sehingga memunculkan cyberloafing. Diperkirakan bahwa ketika
penggunaan internet menjadi semakin rutin bagi karyawan, maka karyawan akan cenderung melakukan cyberloafing, terutama karena
penelitian telah menunjukkan bahwa keyakinan tentang penggunaan teknologi dapat dipengaruhi oleh komitmen manajerial dari perusahaan itu
sendiri Liberman dkk, 2011. 4 Pandangan Rekan Kerja mengenai Norma Cyberloafing
Penelitian menunjukkan bahwa norma karyawan dengan supervisor yang membenarkan cyberloafing berpengaruh secara positif terhadap
Universitas Sumatera Utara
19 cyberloafing
. Blau 2006 menyatakan bahwa karyawan melihat rekan kerjanya sebagai role model dalam organisasi dan menyebabkan
cyberloafing ini dipelajari dengan meniru perilaku yang dilihatnya dalam
lingkungan organisasi Liberman dkk, 2011. 5 Sikap Kerja Karyawan
Cyberloafing sebagai perilaku penyimpangan kerja telah terbukti
merupakan respon emosional atas pengalaman kerja yang tidak menyenangkan, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sikap kerja
karyawan dapat memengaruhi cyberloafing Liberman dkk, 2011. Penelitian sebelumnya telah menemukan bukti empiris yang menunjukkan
bahwa karyawan lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku menyimpsng ketika mereka miliki sikap kerja yang kurang baik Garrett dan Danziger,
2008. Terdapat tiga sikap kerja karyawan, yaitu: a Injustice Ketidakadilan
Lim 2002 menemukan ketiga bentuk keadilan organisasi berpengaruh secara negatif terhadap cyberloafing dan menemukan
bahwa ketika karyawan mempersepsikan dirinya berada dalam ketidakadilan dalam bekerja, maka salah satu caranya untuk
menyeimbangkan hal tersebut adalah dengan melakukan cyberloafing. b Komitmen Kerja
Penelitian menemukan bahwa ketika karyawan memiliki komitmen pada pekerjaannya maka mereka cenderung untuk tidak terlibat dalam
penggunaan internet untuk tujuan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
20 c Kepuasan Kerja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki kepuasan kerja tinggi memiliki perasaan lebih positif terhadap
penyalahgunaan internet. Dalam studi tindak lanjut, beberapa responden mengungkapkan bahwa mereka melihat penggunaan
internet untuk tujuan pribadi sebagai kegiatan yang dapat membantu meringankan stres kerja Woon Pee, 2004. Namun terdapat
penelitian yang menyatakan jika kepuasan menurun, kemungkinan untuk terlibat dalam cyberloafing meningkat Vitak, dkk, 2011.
Sedangkan Garrett dan Danziger 2007 tidak menemukan hubungan antara kepuasan kerja dan cyberloafing.
6 Karakteristik Pekerjaan Studi skala yang lebih kecil menemukan efek positif dari cyberloafing,
penelitian tersebut menunjukkan bahwa menghabiskan waktu mengerjakan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan dapat mengurangi kebosanan,
kelelahan, atau stres, kepuasan kerja yang lebih besar atau kreativitas, meningkatkan dalam kesejahteraan, rekreasi dan pemulihan, dan karyawan
secara keseluruhan menjadi lebih bahagia.
c. Faktor Situasional Sebuah penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
tersedianya fasilitas untuk melakukan cyberloafing dengan tindakan cyberloafing
itu sendiri Woon Pee, 2004. Penelitian lain menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
21 bahwa kedekatan jarak secara fisik dengan supervisor secara tidak langsung
dapat mempengaruhi perilaku cyberloafing. Hal ini dipengaruhi oleh persepsi karyawan terhadap kontrol organisasi.
Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku cyberloafing di atas, penelitian ini hanya akan berfokus pada faktor organisasi
yaitu sikap kerja karyawan khususnya pada bagian keadilan organisasi sebagai salah satu variabel penelitian.
B. KEADILAN ORGANISASI 1.