Sedangkan dalam Pasal 56 KUHP berbunyi, “Dihukum sebagai orang
yang membantu melakukan kejahatan” yaitu :
8
a. Mereka yang dengan sengaja memberikan bantuan dalam melakukan
kejahatan tersebut. b.
Mereka yang dengan sengaja memberikan kesempatan, sarana-sarana, atau keterangan-keterangan untuk melakukan kejahatan tersebut.
Berdasarkan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP, dapat kita jumpai beberapa perkataan seperti pelaku dader, melakukan plegen, menyuruh melakukan
doen plegen, turut melakukan doen plegen, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk deelneming atau keturut sertaan yang ada menurut Pasal 55
dan Pasal 56 KUHP adalah :
9
1. Doen plegen atau menyuruh melakukan atau orang yang di dalam
doktrin sering disebut sebagai middellijk daderschap
Di dalam suatu doen plegen jelas terdapat seseorang yang menyuruh orang lain melakukan suatu tindak pidana, dan seseorang lainnya yang disuruh
melakukan tindak pidana. Dalam hukum pidana, orang yang menyuruh orang lain melakukan suatu tindak pidana disebut sebagai middellijke dader yaitu seseorang
yang tidak langsung, sebab ia tidak langsung melakukan sendiri tindak pidana
8
Ibid.
9
Ibid, hal 613.
Universitas Sumatera Utara
tersebut, melainkan melalui perantara orang lain. Sedangkan orang lain yang disuruh melakukan suatu tindak pidana disebut sebagai materrieele dader.
10
Syarat-syarat dalam menyuruh melakukan yaitu : a.
Ada yang berkehendak melakukan tindak pidana b.
Tidak melaksanakan sendiri tindak pidana tersebut c.
Menyuruh orang lain untuk melakukan tindak pidana d.
Orang-orang yang disuruh adalah orang-orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana Pasal 44 KUHP
2. Medeplegen atau turut melakukan ataupun yang juga sering
disebut sebagai mededaderschap
Dalam turut serta melakukan atau medeplegen terdapat seorang pelaku dader dan sesorang atau lebih pelaku yang turut serta melakukan tindak pidana,
oleh karena itu bentuk deelneming ini juga sering disebut dengan mededaderschap. Menurut Simons, daders dapat dibagi menjadi alleen daders
yakni pelaku-pelaku yang dengan sendiri melakukan tindak pidana, kemudian middellijk daders yakni pelaku-pelaku yang tidak melakukan sendiri tindak
pidananya melainkan menyuruh orang lain melakukannya, yang akhirnya mededaders memiliki arti yaitu pelaku-pelaku yang turut serta melakukan suatu
tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku yang lain.
11
10
Ibid, hal 622.
11
Ibid, hal 628.
Universitas Sumatera Utara
3. Uitlokking atau menggerakkan orang lain
Van Hamel merumuskan uitlokking sebagai suatu deelneming atau keturutsertaan berupa kesengajaan menggerakkan orang lain yang dapat
dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri untuk melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan cara-cara yang telah ditentukan oleh undang-undang
karena telah tergerak, orang tersebut kemudian telah dengan sengaja melakukan tindak pidana yang bersangkutan.
12
Untuk adanya suatu uitlokking haruslah dipenuhi dua syarat objektif yaitu :
13
Bahwa perbuatan yang telah digerakkan untuk dilakukan oleh orang lain itu harus menghasilkan suatu voltooid delict atau suatu
delik yang selesai, atau menghasilkan suatu strafbare poging atau suatu percobaan yang dapat dihukum
Bahwa tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang itu disebabkan karena orang tersebut telah tergerak oleh suatu
uitlokking yang dilakukan oleh orang lain dengan menggunakan salah satu cara yang telah disebutkan dalam Pasal 55 ayat 1
angka 2 KUHP.
12
Ibid, hal 648.
13
Ibid, hal 652.
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang memberikan batasan atau syarat yang harus dipenuhi orang uitlokker dalam menggerakkan orang lain melakukan suatu tindak pidana
yaitu : a.
Pemberian, yang dimaksud pemberian adalah pemberian sesuatu dari uitlokker kepada orang yang digerakkan .
b. Janji, meliputi segala sesuatu yang menimbulkan kepercayaan
kepada orang yang digerakkan dan akan memberikan keuntungan kepadanya. Janji tu bukan hanya berupa memberikan hadiah uang
atau benda-benda lain tetapi juga segala macam kemurahan yang dijanjikan akan diberikan kepada orang yang digerakkan sebagai
tanda jasa atas perbuatannya. c.
Penyalahgunaan kekuasaan, menunjuk pada arrest Hoge Raad tanggal 10 oktober 1940 nomor 815 yang mengatakan, disitu tidak
terdapat suatu uitlooking dengan cara menyalahgunakan kekuasaan, apabila perbuatan material itu telah dilakukan orang
lain, yaitu pada waktu hubungan kerja itu sudah tidak ada lagi. Kekuasaan yang disalahgunakan dapat berupa kekuasaan menurut
jabatan ataupun
kekuasaan seorang
majikan terhadap
pembantunya.
14
14
Ibid, hal 656.
Universitas Sumatera Utara
d. Kekerasan, penggunaan kekarasan atau ancaman dengan kekerasan
itu sifatnya tidaklah boleh sedemikian rupa sehingga orang yang telah digerakkan untuk melakukan tindak pidana itu berada di
dalam overmacht. Sebab apabila orang yang telah digerakkan untuk melakukan tindak pidana itu berada dalam keadaan
demikian, dan ini berarti bahwa orang tidak lagi dihadapkan dengan suatu uitlokking melainkan doen plegen.
15
e. Tipu daya, yaitu dengan rangkaian kata-kata bohong untuk
menimbulkan sesuatu di dalam jiwa yang digerakkan untuk melakukan apa yang dikehendaki uitlokker.
f. Memberikan kesempatan, daya upaya, atau keterangan, yaitu
dikenal sebagai cara-cara membantu Pasal 56 ayat 2e KUHP. Apabila
keterangan-keterangan yang
bersangkutan telah
menimbulkan kehendak untuk melakukan suatu tindak pidana, maka terdapat pembujukan melakukan. Akan tetapi, apabila
keterangan-keterangan itu tidak menimbulkan suatu tindak pidana melainkan hanya bersifat memudahkan atau melancarkan suatu
tindak pidana, maka terdapat suatu membantu melakukan. Mereka yang disebut sebagai uitlokking harus memenuhi syarat
berikut yaitu : 1.
Ada orang yang berkeinginan untuk melakukan tindak pidana
15
Ibid, hal 656.
Universitas Sumatera Utara
2. Tidak melaksanakan sendiri niatnya
3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana
4. Telah ditentukan secara limitatif oleh undang-undang
5. Orang yang digerakkan adalah orang-orang yang dapat
dipertanggungjawabkan 6.
Pertanggungjawaban orang yang menggerakkan bersifat terbatas
4. Medeplichtigheid atau membantu melakukan