Adapun unsur “barang siapa” yang dibuktikan oleh Penuntut Umum dalam dakwaan adalah orang yang bernama FERDIAN PURWO SETIO yang
berprofesi sebagai seorang anggota Samapta Polda Sumut yang dihadapkan di muka persidangan sebagai Terdakwa atau pelakusubjek tindak pidana yang
didakwakan yang kebenaran identitasnya sesuai surat dakwaan yang telah diakui oleh Terdakwa sendiri dan dibenarkan pula oleh para saksi. Dengan
berdasarkan kebenaran identitas tersebut di atas, maka unsur “barang siapa”
ini telah terbukti. Dan juga, selama persidangan terdakwa dalam keadaan sehat secara fisik maupun psikis sehingga dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya selaku subjek hukum.
b. Unsur secara melawan hukum menguntungkan diri sendiri atau orang lain,
memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebahagian adalah kepunyaan orang
lain yang dilakukan secara bersekutu
Unsur melawan hukum dimuat dalam surat dakwaan Penuntut Umum mengartikan bahwan perbuatan yang dilakukan Terdakwa menimbulkan
akibat yang bertentangan dengan hukum. Sifat melawan hukum ini hanya menjadi unsur dari strafbaar feit apabila dalam rumusan delik nyata-nyata
disebut. Jika tidak disebutkan sifat itu bukan unsur tetapi hanya tanda ciri saja dari setiap delik, sebab suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan pidana,
karena tak dapat dibenarkan oleh hukum atau karena bertentangan dengan
Universitas Sumatera Utara
hukum.
50
Terdakwa dalam hal ini melakukan perbuatannya dengan sadar dan tidak berwewenang atau tidak ada hak yang melekat padanya.
Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain yang mengartikan bahwa Terdakwa melakukan perbuatannya tersebut untuk memperoleh tujuan yang
dikehendakinya atau orang lain yaitu memperoleh suatu keuntungan atas sesuatu barang berupa sejumlah uang yang seluruhnya atau sebahagian adalah
kepunyaan korban. Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain tersebut diikuti dengan penyerahan barang yang kemudian diikuti juga dengan
perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan. Unsur secara melawan hukum menguntungkan diri sendiri atau orang lain,
dengan memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan supaya memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebahagian adalah
kepunyaan oranglain yang dilakukan secara bersekutu dinyatakan terpenuhi berdasarkan fakta-fakta yang terungkap yaitu bahwa Terdakwa dihubungi
oleh Abdul Tamba yang mengatakan ada pekerjaan untuk menangkap seseorang penjual sabu-sabu. Setelah bertemu, terdakwa bersama dengan
teman-temannya langsung melakukan penangkapan ke tempat kos korban, yang sebelumnya telah diketahui terdakwa bahwa Abdul Tamba menyuruh
kedua temannya untuk menemui korban agar mengajak korban untuk menggunakan sabu-sabu. Setelah tertangkap, terdakwa beserta temannya yang
lain membawa korban dan menyuruh korban untuk menghubungi
50
Mohammad Ekaputra, Op.Cit., hal 107.
Universitas Sumatera Utara
orangtuanya. Setelah dihubungi, Abdul Tamba meminta uang tebusan sebesar Rp 200 Juta agar korban dilepaskan, kemudian setelah adanya negosiasi
antara Abdul Tamba dengan orangtua korban akhirnya menyepakati untuk melakukan penyerahan uang sebesar Rp 50 Juta.
Korban melakukan penyerahan barang kepada Terdakwa merupakan akibat dipaksa dengan kekerasan atau pun ancaman kekerasan. Korban melakukan
penyerahan sesuatu barang melalui orangtuanya yang berupa uang sejumlah 50 Juta dikarenakan adanya ancaman kekerasan, dimana orang tua korban
diancam apabila tidak memberikan uang tersebut, maka korban tidak akan dilepaskan.
Bahwa berdasarkan fakta di atas, maka unsur secara melawan hukum menguntungkan diri sendiri atau orang lain, memaksa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan supaya memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebahagian adalah kepunyaan orang lain telah terbukti secara sah dan meyakinkan
menurut hukum. Penerapan Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP merupakan unsur turut serta
dalam melakukan pemerasan secara bersekutu. Terhadap hal ini, terdakwa disebut sebagai dader atau orang yang turtut serta melakukan tindak pidana
pemerasaan sebagaiamana diatur dalam Pasal 55 KUHP tersebut. Sesuai dengan bukti-bukti dan keterangan saksi-saksi dimuka persidangan, bahwa yang berperan
utama dalam melakukan tindak pidana pemerasan bukan terdakwa melainkan temannya yaitu ABDUL TAMBA, terdakwa hanya turut serta melakukan
Universitas Sumatera Utara
pemerasan dimana terdakwa secara jelas menginginkan dan mendukung tujuan dari tindak pidana tersebut, yang diperkuat dengan bukti-bukti bahwa terdakwa
dihubungi oleh ABDUL TAMBA yang mengatakan ada pekerjaan. Kemudian, terdakwa ikut membawa korban ke Jalan Krakatau Medan dan Jalan Gatot
Subroto Medan, terdakwa mengemudikan mobil yang mereka kendarai, dan selanjutnya menjaga korban di dalam mobil pada saat penyerahan uang oleh
orang tua korban kepada ABDUL TAMBA. Setelah penyerahan uang dilakukan, terdakwa disuruh untuk melepaskan korban, dan kemudian pergi bersama dengan
ABDUL TAMBA serta teman-temannya ke Jalan Bromo untuk membagikan uang hasil pemerasan tersebut. Terdakwa mendapatkan bagian sebesar Rp
5.000.000 lima juta rupiah. Maka Pasal yang didakwakan terhadap terdakwa yaitu Pasal 55 ayat
1 ke-1 KUHP orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan perbuatan itu, telah memenuhi unsur-unsur dimana turut melakukan
berarti bahwa sedikit-dikitnya ada dua yaitu orang yang melakukan pleger dan orang yang turut melakukan medepleger perbuatan tersebut. Dalam hal ini,
terdakwa hanya sebagai turut melakukan, dan yang melakukan adalah ABDUL TAMBA.
Berdasarkan uraian di atas, maka menurut penulis terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam hal turut serta melakukan
tindak pidana pemerasan sesuai dengan Pasal 368 ayat 1 KUHP Jo Pasal 55 ayat
Universitas Sumatera Utara
1 ke-1 KUHP, sehingga penerapan hukum terhadap terdakwa tersebut sudah wajar dan patut sesuai dengan perbuatannya.
Penerapan Pasal 368 ayat 1 KUHP Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sudah tepat dengan di dukung alat bukti berupa keterangan saksi-saksi, petunjuk,
dan keterangan terdakwa serta barang bukti. Dimana alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP adalah :
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan terdakwa
Dan sesuai dengan Pasal 183 KUHAP yaitu : “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
” Dalam perkara ini, Jaksa Penuntut Umum menghadirkan tiga alat bukti
yaitu keterangan saksi-saksi, petunjuk, dan keterangan terdakwa serta barang bukti. Adapun yang menguatkan pembuktian tersebut yaitu :
1. Keterangan saksi
Keterangan saksi dalam perkara ini yaitu terdapat tiga orang saksi Arga Paramanto Siagian, Antoni Pangaribuan, dan Panata Fringady
Universitas Sumatera Utara
Manurung,ST. Keterangan saksi dianggap sah apabila dilakukan dengan mengucapkan sumpah atau janji, keterangan saksi diberikan di
sidang pengadilan, terdiri lebih dari satu orang saksi. Kekuatan pembuktian saksi apabila saksi melihat sendiri, saksi mendengar
sendiri, dan saksi alami sendiri.
51
Dalam perkara ini, saksi-saksi telah disumpah dan memberikan kesaksian di muka persidangan, dan juga
sebagai saksi yang melihat, dan alami sendiri. Sehingga, kekuatan pembuktian sudah dianggap tepat dan sesuai
dengan ketentuan hukum menurut KUHAP. 2.
Petunjuk Alat bukti yang kedua yaitu adanya petunjuk berupa persesuaian
antara keterangan saksi-saksi dengan keterangan terdakwa di persidangan. Kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk sama dengan
alat bukti yang lain, hanya mempunyai sifat kekuatan pembuktian “yang bebas”.
52
Bebas yang dimaksud yaitu bahwa hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian yang diwujudkan oleh petunjuk, dan harus
di dukung dengan satu alat bukti lain. Dalam hal ini, petunjuk di dukung dengan alat bukti lain yaitu keterangan saksi-saksi dan
keterangan terdakwa. 3.
Keterangan terdakwa
51
Yahya Harahap, Op.Cit., hal 286.
52
Ibid, hal 317.
Universitas Sumatera Utara
Alat bukti keterangan terdakwa merupakan alat bukti yang terakhir, dalam perkara ini terdakwa Ferdian Purwo Setio telah mengakui
perbuatannya dan juga membenarkan semua keterangan saksi-saksi. Keterangan terdakwa mempunyai nilai yang sah apabila memenuhi
asas sebagai landasan berpijak antara lain :
53
a. Keterangan itu dinyatakan di sidang pengadilan
b. Tentang perbuatan yang ia lakukan, atau yang ia ketahui sendiri
atau alami sendiri. Sebagai asas kedua, supaya keterangan terdakwa dapat dinilai sebagai alat bukti, keterang itu merupakan
pernyataan atau penjelasan : 1.
Tentang perbuatan yang “dilakukan terdakwa” 2.
Tentang apa yang diketahui sendiri oleh terdakwa 3.
Apa yang dialami sendiri oleh terdakwa 4.
Keterangan terdakwa hanya merupakan alat bukti terhadap dirinya sendiri.
4. Barang bukti
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP tidak menyebutkan secara jelas mengenai apa yang dimaksud dengan
barang bukti. Namum, dalam Pasal 39 ayat 1 KUHP disebutkan mengenai apa-apa saja yang dapat disita yaitu :
53
Ibid, hal 320.
Universitas Sumatera Utara
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya; c.
Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;
d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukan melakukan tindak
pidana; e.
Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.
Adapun barang bukti yang dihadirkan di muka persidangan adalah uang tunai sebesar Rp 2.000.000 dua juta rupiah. Uang tersebut merupakan
barang bukti yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan yaitu merupakan sisa dari pembagian uang hasil pemerasan.
Maka, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di muka persidangan, maka penerapan Pasal 368 ayat 1 KUHP Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sudah
tepat dan sesuai dengan unsur-unsur yang telah terpenuhi dan dibuktikan dipersidangan. Dengan terpenuhinya unsur-unsur pada dakwaan pertama, maka
dakwaan yang kedua tidak perlu dipertimbangkan lagi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan