Latar Belakang Masalah Tinjauan Yuridis Terhadap Turut Serta Melakukan Tindak Pidana Pemerasan Yang Dilakukan Oleh Oknum Polri (studi Putusan No.80/Pid.B/2010/PN.Mdn)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi berbagai macam tindak pidana baik itu golongan masyarakat atas, menengah, maupun sampai pada masyarakat golongan bawah. Tindak pidana merupakan ancaman yang sangat mempengaruhi tatanan kehidupan, sebab tindak pidana tersebut dapat mengacaukan ketenangan masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Tindak pidana ini merupakan suatu penyakit yang sewaktu-waktu dapat dialami oleh setiap individu ataupun kelompok masyarakat, dimana pelaku dari tindak pidana tersebut banyak berasal dari kalangan masyarakat ekonomi rendah dan dengan status sosial yang rendah. Salah satu jenis tindak pidana yang sering terjadi dalam masyarakat adalah tindak pidana pemerasan. Berbagai macam cara dilakukan oleh pelaku untuk melancarkan tindak pidana pemerasan yang dilakukannya sehingga membuat korbannya lengah dan menuruti perintah dari si pelaku, salah satu dari cara terebut adalah dapat berupa ancaman atau intimidasi. Adapun cara yang dipakai oleh sipelaku untuk mengkelabui korbannya sangat dipengaruhi oleh latar belakang si pelaku sehingga ia mudah menjalankan aksinya. Salah satu latar Universitas Sumatera Utara belakang si pelaku yang paling dominan dipergunakan untuk mengkelabui korbannya adalah karena si pelaku sebagai salah satu aparat penegak hukum yaitu Polri. Kepolisian Republik Indonesia atau Polri merupakan alat negara sebagai aparat penegak hukum yang bertugas memelihara keamanan yang memberikan perlindungan, menjunjung tinggi hak-hak asasi masyarakat dalam negara, menjaga keamanan dan ketertiban, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan bagi masyarakat. Namun yang menjadi kenyataan di masayarakat adalah ketika seorang oknum Polri yang diadili dalam kasus tindak pidana pemerasan yang dilakukannya dijatuhi hukuman yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Sesunggguhnya suatu hal yang tidak memenuhi rasa keadilan yang dituntut dalam Negara Indonesia sebagai Negara Hukum. Hal inilah yang menjadi permasalahan yang berkembang belakangan ini sehingga menimbulkan tanda tanya besar bagi masyarakat “ mengapa aparat penegak hukum yang melakukan tindak pidana dijatuhi hukuman yang berbeda dan bahkan tidak sesuai dengan peraturan hukum yang mengaturnya? “. Kita telah mengetahui bahwa Polri memiliki fungsi dan tugas yang mulia sebagai aparat penegak hukum. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan Universitas Sumatera Utara kepada masyarakat. Sedangkan yang menjadi tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UU Nomor 2 Tahun 2002 adalah : a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat b. Menegakkan hukum c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat Pengaturan lebih rinci mengenai tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 13 diatas, dalam Pasal 14 UU Nomor 2 tahun 2002, dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pokoknya, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. Melaksanakan Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang – undangan d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum Universitas Sumatera Utara f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang – undangan lainnya h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikoligi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolingan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instantsi danatau pihak berwenang k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang – undangan Selain dari fungsi, dan tugas dari Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah diuraikan di atas, Kepolisian juga memiliki Kode Etik Kepolisian Universitas Sumatera Utara sebagai norma atau aturan bagi anggota Polri dalam berbuat sesuai dengan tugas dan fungsinya serta sekaligus menjamin mutu moral profesi Kepolisian diminta masyarakat. Kode etik ini merupakan pedoman yang bersifat khusus, karena mengandung makna dan filosofi yang sangat mendalam bagi kepolisian itu sendiri, namun suatu hal yang tidak dapat dipungkiri masih banyak anggota kepolisian yang menjalankan tugasnya justru tidak mematuhi pedoaman tersebut. 2 Pelanggaran ataupun perbuatan pidana anggota Kepolisian yang tidak sesuai dengan kode etik Kepolisian tentunya akan berakibat hukum. Ketentuan mengenai Kode Etik Polri sebagaimana diatur dalam Peraturan Kapolri No 14 Tahun 2011 sebagai pembaharuan dari Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2006 dan Peraturan Kapolri No. 8 tahun 2006 Tentang organisasi dan tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, merupakan kaidah moral dengan harapan tumbuhnya komitmen yang tinggi bagi seluruh anggota Polri agar menaati dan melaksanakan mengamalkan Kode Etik Profesi Polri dalam segala kehidupan sehari-hari dan dalam pengabdian masyarakat, bangsa, dan Negara. Kode etik bagi profesi Kepolisian tidak hanya didasarkan pada kebutuhan professional, tetapi juga telah diatur secara normatif dalam undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri yang ditindaklanjuti dengan peraturan Kapolri, dalam Pasal 4 Undang-undang No. 2 tahun 2002 menjelaskan bahwa Kepolisian Negara 2 Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika : Palu, 2006, hal 140. Universitas Sumatera Utara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, sehingga Kode Etik profesi Polri mengikat seluruh anggota Polri. Jika melihat keseluruhan uraian fungsi dan tugas serta Kode Etik Kepolisian tersebut, seharusnya Polri adalah aparat penegak hukum yang dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat, namun kenyataan yang sering terjadi adalah Polri sering sekali melakukan tindakan yang bertentangan dengan fungsi, tugas, dan wewenang serta Kode etik Profesi yang dimilikinya. Masyarakat juga memiliki harapan-harapan yang sangat besar terhadap polisi sebagai aparat penegak huku m yaitu harapan untuk bisa “Bekerja sama”, “Kembali ke Fitrah” yaitu mengharapkan peranan polisi lebih besar lagi dalam memberikan ketenangan, dan ketentraman sebagai wujud pengayom masyarakat, “Lindungi Kami” merupakan harapan masyarakat untuk mendapatkan perlindungan yang layak terlebih terhadapa masyarakat golongan bawah, dan “Harapkan Keamanan” merupakan harapan masyarakat terhadap polisi untuk mewujudkan keamanan baik ditingkat perkotaan maupun pedesaan. 3 3 Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap POLRI, Cipta Manunggal : Jakarta, 1995, hal 76-77. Universitas Sumatera Utara Kasus tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh oknum Polri semakin banyak terjadi dikalangan masyarakat, seperti contoh di Jakarta seorang polisi berpangkat Aiptu melakukan pemerasan terhadap tersangka narkoba sebanyak Rp 40 Juta. Aiptu BGS melakukan pemerasan terhadap keluarga tersangka narkoba di Surabaya, Jawa Timur dengan meminta uang sebanyak Rp 40 Juta, dan Aiptu BGS hanya dikenakan hukuman penjara 12 hari, teguran, dan penundaan pendidikan selama satu tahun serta dimutasi ke unit Sabhara oleh Polri. 4 Selain itu, hal yang sama juga terjadi di Medan yaitu dua polisi terlibat perampokan dan pemerasan terhadap korban yang merupakan Bandar shabu-shabu. Empat tersangka yang diantaranya terdapat dua oknum polisi yaitu Brigadir Charlie dan Brigadir Tien Pardede melakukan perampokan terhadap Susyanto warga jalan Gaperta Ujung yang merupakan bandar shabu-shabu, dan melakukan pemerasan serta menyekap istri dan anaknya. Korban mengalami luka tembakkan di bagian kiri pahanya sebanyak dua kali. 5 Hal serupa juga terjadi di Jakarta, AKBP PN selaku anggota Direktorak Tindak Pidana Narkotika Badan Reserse Kriminal melakukan pemerasan terhadap bandar narkoba 6 Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menelusuri lebih dalam mengenai tindak pidana turut serta melakukan pemerasan yang dilakukan oleh 4 Yova Adhiansyah, Polisi Peras Tersangka Narkoba, Jakarta, 2015, Sindo News, http:daerah.sindonews.comread106592923 diakses tanggal 1 februari 2016 Pukul 17.30. 5 Herdiansyah Talib, Dua Polisi Terlibat Perampokan dan Pemerasan, Medan, 2015, Medan Satu, http:medansatu.comberita551 diakses tanggal 1 februari 2016 pukul 17.36. 6 Sabrina Asril, Kasus Pemerasan Oleh AKBP PN, Jakarta, 2015, Kompas Nasional, http:nasional.kompas.comread2015061815212041 diakses tanggal 1 Januari 2016 pukul 17.48. Universitas Sumatera Utara oknum Polri secara bersama-sama dengan pelaku lainnya berkas terpisah yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Medan dengan Putusan No. 80Pid.B2010PN-MDN. Pengadilan negeri yang mengadili perkara tersebut telah menjatuhi hukuman kepada terdakwa Ferdian Purwo Setio selama 3 bulan penjara. Dalam perkara tersebut terdakwa dituntut oleh penuntut umum selama 6 enam bulan penjara, dari tuntutan tersebut sebenarnya sudah dilihat begitu ringannya tuntutan Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa. Hal ini sangatlah tidak sesuai dengan Kitab Undang –undang Hukum Pidana yang mengatur tindak pidana pemerasan tersebut. Dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP tindakan tersebut diancam hukuman selama 9 sembilan tahun penjara. Begitu juga dengan Majelis Hakim yang memutus perkara tersebut sehingga hanya memutuskan vonis 3 tiga bulan penjara tanpa mempertimbangkan latar belakang tuntutan Jaksa Penuntut Umum selama 6 enam bulan penjara yang jelas-jelas sangat menyimpang dari ancaman yang tertulis di Pasal 368 KUHP. Selain itu, penulis juga akan membahas mengenai penerapan hukuman yang diterapkankan terhadap terdakwa. Berdasarkan masalah di atas, maka penulis mengambil judul yaitu Tinjauan Yuridis Terhadap Turut Serta Melakukan Tindak Pidana Pemerasan Yang Dilakukan Oleh Oknum Polri studi Putusan No.80Pid.B2010PN.Mdn. Universitas Sumatera Utara

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Aparat Kepolisian Yang Menyebabkan Kematian(Studi Putusan Nomor : 370/Pid.B/2013/Pn.Sim)

1 112 102

Tinjauan Kriminologi Dan Hukum Pidana Tentang Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Terhadap Anak Kandungnya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Tulungagung Nomor : 179/Pid.Sus/2012/PN.Ta)

5 134 138

Pertanggungjawaban Pidana Penyalahgunaan Narkoba Oleh Oknum Polri

6 92 95

Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pidana Event Organizer Terhadap Tindak Pidana Kelalaian Yang Menyebabkan Meninggalnya Orang Dalam Konser Musik (Studi Putusan NO.713/Pid.B/2008/PN.Bdg)

2 78 95

Penegakan Hukum Terhadap Oknum Polri Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 479/Pid.B/2011/Pn.Mdn)

1 50 102

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

Tindak Pidana Kelalaian Berlalu Lintas Yang Menyebabkan Orang Lain Meninggal Dunia Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Putusan Nomor : 579/Pid.Sus/2013/PN.DPS)

0 2 11

Tinjauan Kriminologi Terhadap Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)

0 11 90