3. Pengertian Pertimbangan Hakim
Dalam membuat putusan mengenai suatu perkara pidana tertentu, tentunya Hakim memiliki pertimbangan- pertimbangan tertentu, yang mendukung
putusan yang akan dibuat, yaitu hal- hal mengenai pemikiran dan pendapat Hakim tentang perkara yang bersangkutan didukung dengan fakta yang terungkap di
persidangan, meliputi aspek- aspek yang bersifat yuridis, filosofis, dan sosiologis, sehingga keadilan yang ingin dicapai, diwujudkan, dan dipertanggungjawabkan
dalam putusan Hakim, dengan berorientasi pada keadilan hukum, keadilan moral, dan keadilan masyarakat.
27
Pertimbangan Hakim meliputi pertimbangan- pertimbangan dari beberapa aspek sebagai berikut : aspek yuridis, filosofis, dan
sosiologis. Aspek yuridis merupakan aspek pertimbangan Hakim yang pertama dan utama dan berpatokan kepada Undang-undang yang berlaku. Hakim sebagai
aplikator Undang-Undang harus memahami Undang-Undang dengan mencari Undang-Undang yang berkaitan dengan perkara yang sedang dihadapi. Hakim
harus menilai apakah Undang-Undang tersebut adil, kemanfaatannya, atau memberikan kepastian hukum jika ditegakkan, sebab salah satu tujuan hukum itu
unsurnya adalah menciptakan keadilan. Mengenai aspek filosofis, merupakan aspek yang berintikan pada kebenaran dan keadilan, sedangkan aspek sosiologis,
mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Pertimbangan filosofis dan sosiologis sangat memerlukan pengalaman dan
27
Ahmad Rivai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika : Jakarta, 2011, hal 126.
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang luas serta kebijaksanaan yang mampu mengikuti nilai- nilai dalam masyarakat yang terabaikan.
28
Menurut Lilik Mulyadi hakikat pada pertimbangan yuridis hakim merupakan pembuktian unsur-unsur dari suatu tindak pidana yang dapat
menunjukkan perbuatan terdakwa tersebut memenuhi dan sesuai dengan tindak pidana yang didakwakan oleh penuntut umum sehingga pertimbangan tersebut
relevan terhadap amar atau diktum putusan hakim.
29
Ketentuan mengenai pertimbangan hakim diatur dalam Pasal 197 ayat 1 d KUHP yang berbunyi :
“Pertimbangan disusun secara ringkasmengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang
yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa.” Hal ini dijelaskan pula dalam Pasal 183 KUHP yang menyatakan
bahwa : “Hakim tidak boleh menjatuhkanpidana kepada seorang kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
danbahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.” Dasar hakim dalam menjatuhkan putusan pengadilan perlu didasarkan
kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek. Salah
28
Ibid.
29
Lilik Mulyadi, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana; Teori, Praktik, Teknik Penyusunan,dan Permasalahannya, Citra Aditya Bakti : Bandung, 2007, hal 193.
Universitas Sumatera Utara
satu usaha untuk mencapai kepastian hukum kehakiman, di mana hakim merupakan aparat penegak hukum melalui putusannya dapat menjadi tolak ukur
tercapainya suatu kepastian hukum.
4. Pengertian Penerapan Hukum