Penyiapan Hewan Percobaan Analisis Data

22

3.9 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan berat 150 - 200 g. Sebelum pengujian dikondisikan terlebih dahulu selama satu minggu dengan kondisi lingkungan, makanan, dan minuman yang sama. Setelah satu minggu, dipilih tikus yang sehat ditandai dengan berat badan yang stabil atau meningkat.

3.10 Pengujian Efek Diuretik pecut kuda

Hewan yang digunakan sebanyak 25 ekor tikus putih jantan yang setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Tikus dipuasakan tidak diberi makan selama ± 12 jam dengan tetap diberi minum, kemudian bobot tikus ditimbang. Tikus diberikan NaCl 0,9 secara oral dengan dosis 20 mlkg bb. Masing-masing tikus diberi perlakuan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif diberikan CMC-Na 0,5, kontrol positif diberikan furosemid 10 mgkg bb, dan pemberian bahan obat ekstrak etanol pecut kuda dosis 100, 150, 200 mgkg bb. Tikus diletakkan di dalam kandang metabolik yang telah dimodifikasi. Volume urin yang diekskresikan dicatat setiap jam dan akumulasinya selama 5 jam sebagai urin total dan cek pH urin serta ditentukan kadar elektrolit natrium dan kalium dalam urin Parmar dan Prakash, 2006.

3.10.1 Pengukuran pH urin

Pengukuran pH urin dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Caranya: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standart netral pH 7,0 dan larutan dapar pH asam 4,0 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissu. Sampel yang dalam bentuk cairan urin dibuat dalam konsentrasi 23 1 yaitu ditimbang 1 gram sampel dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sampel Rawlins, 2003. 3.10.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium Larutan baku kalium konsentrasi 1000 µgml dipipet sebanyak 2,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides konsentrasi 50 µgml. Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet 1; 2; 3; 4; dan 5 ml dari larutan baku 50 µgml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides larutan ini mengandung 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10,0 µgml dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen.

3.10.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium

Larutan baku natrium konsentrasi 1000 µgml dipipet sebanyak 2,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides konsentrasi 50 µgml. Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 ml dari larutan baku 50 µgml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides larutan ini mengandung 1,00; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00 µgml dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara asetilen. 24

3.10.4 Penentuan Kadar Natrium dan Kalium dengan Spektrofotometer Serapan Atom

Sebanyak 1 ml urin dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml kemudian dicukupkan dengan akuades sampai 50 ml. Dipindahkan ke dalam erlemeyer dan ditambahkan 5 ml HNO 3 pekat dan beberapa batu didih. Didihkan secara perlahan-lahan kemudian diuapkan dengan hotplate hingga volume urin total tinggal 20 ml, saring. Filtrat dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dicukupkan dengan akuades sampai garis tanda. Faktor pengenceran untuk penentuan kadar natrium pada urin adalah 5 kali, faktor pengenceran untuk penentuan kadar kalium pada urin adalah 2,5 kali. Selanjutnya diukur menggunakan alat SSA SNI, 2004.

3.11 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis variansi ANAVA dengan tingkat kepercayaan 95 dan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Analisis Statistik ini menggunakan program SPSS 17.0. 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl, suku Verbenaceae Lampiran 1 halaman 47.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia pecut kuda menunjukkan simplisia berwarna coklat, tekstur rapuh, berbau khas, berasa sepat, sifatnya pahit. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia pecut kuda terlihat adanya rambut, rambut kelenjar, jaringan palisade, pembuluh kayu dengan penebalan jala, fragmen mesofil dan epidermis Lampiran 4 halaman 51. Menurut Ditjen POM 2000, standarisasi suatu simplisia dan ekstrak adalah pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai untuk berbagai parameter produk. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia dan ekstrak pecut kuda dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia dan ekstrak pecut kuda No Parameter Hasil Simplisia Ekstrak 1 Kadar air 8,61 7,82 2 Kadar sari larut dalam air 20,16 - 3 Kadar sari larut dalam etanol 28,31 - 4 Kadar abu total 5,44 2,08 5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,42 0,87 Hasil penetapan kadar air simplisia dan ekstrak etanol pecut kuda diperoleh 8,61 dan 7,82, hal ini sesuai dengan standarisasi kadar air simplisia