52 Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai pH urin rata-
rata untuk kontrol negatif 7,42±0,130, EEPK dosis 100 mgkg bb 7,52±0,08, EEPK dosis 150 mgkg bb 7,54±0,114, EEPK dosis 200 mgkg bb 7,56±0,134,
furosemid dosis 10 mgkg bb 7,6±0,1. Berdasarkan hasil statistik nilai pH urin total yang diperoleh, semua
kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif serta kelompok uji menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
dengan nilai signifikansi p ≥ 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
EEPK memiliki nilai pH yang sama dan tidak ada pengaruh antara kelompok pengujian.
Pada hasil pengukuran pH urin menunjukkan bahwa nilai pH pada semua kelompok pengujian berada dalam rentang pH normal. Pengukuran pH urin
dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak yang diuji termasuk dalam golongan diuretik penghambat karbonik anhidrase. Golongan diuretik penghambat karbon
anhidrase dapat menyebabkan pH urin menjadi basa. Penghambatan karbon anhidrase menyebabkan ekskresi HCO
3 -
yang cepat di urin. Hal ini seiring dengan penghambatan terhadap titrable acid dan adanya sekresi ammonia di sistem
duktus pengumpul yang mengakibatkan pH urin menjadi basa dan menimbulkan asidosis Edwin, 2012.
4.4.3 Hasil kadar Natrium
Elektrolit merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan
53 ekstraseluler. Elektrolit natrium ini akan membantu pengeluaran air seni yang
disebut efek diuresis Rasyid, 2011. Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasi untuk natrium diperoleh
persamaaan garis regresi yaitu Y=0,141763x–0,00196 dengan nilai r = 0,9999. Hal ini menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan
antara X konsentrasi dan Y absorbansi. Hasil pengukuran kadar natrium dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.6 Kadar natrium dalam urin tikus pada kelompok uji
N o
Kelompok Pengujian
Kadar Natrium meql
Rata- rata
± SD meq
L
Nilai Signif
ikansi p
T.I T.II
T.III T.IV
T.V
1 Kontrol
CMC Na 0,5
33,44 39,16
31,58 39,7
41,78 37,13
± 4,38
- 0,000
2 EEPK
dosis 100 mgkg bb
59,79 65,39
60,15 69,67
78,75 64,25
± 7,84
0,000 0,001
3 EEPK
dosis 150 mgkg bb
60,66 67,40
60,86 74,47
84,44 69,56
± 10,06
0,000 0,003
4 EEPK
dosis 200 mgkg bb
75,69 76,11
76,32 72,93
71,71 74,55
± 1,87
0,000 0,650
5 Furosemid
Dosis 10 mgkg bb
80,76 93,22
90,87 98,84
105,04 93,74
± 9,09
0,000 -
Keterangan: Nilai p pada baris I dibandingkan dengan kontrol negatif Nilai p pada baris II dibandingkan dengan kontrol positif
p Signifikan T.I – T.V Tikus 1 - Tikus 5
54
Gambar 4.4 Kadar Natrium pada urin tikus putih jantan
Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa dari hasil rata-rata yang diperoleh untuk CMC Na 0,5 37,13±4,38 meql; EEPK dosis 100 mgkg
bb 64,25±7,84 meql, EEPK dosis 150 mgkg bb 69,56±10,06 meql, dan EEPK dosis 200 mgkg bb 74,55±1,84 meql; furosemid dosis 10 mgkg bb
93,74±9,09 meql.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, EEPK dengan dosis 100 mgkg bb, 150 mgkg bb, dan 200 mgkg bb menunjukkan efek diuretik terhadap kadar natrium
dalam urin. Dari ketiga dosis tersebut, EEPK dengan dosis 200 mgkg bb mempunyai efek pengeluaran natrium yang paling baik terhadap volume urin
dengan nilai signifikan p ≥ 0,05.
Pemberian EEPK dengan dosis 100, 150, 200 mgkg bb mempunyai efek diuretik terhadap pengeluaran natrium lebih besar dibandingkan dengan tikus
kontrol negatif tetapi tidak lebih banyak daripada kontrol positif dengan nilai signifikansi p
≥ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa furosemid lebih kuat untuk pengeluaran natrium dalam urin tikus sedangkan CMC Na 0,5 adalah sebagai
kontrol negatif dalam penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak dosis ekstrak yang diberikan maka semakin banyak mempengaruhi
pengeluaran volume urin dan ekskresi natrium. Peningkatan pengeluaran natrium
55 dalam urin mengindikasikan adanya efek diuretik yang dihasilkan dari ekstrak
pecut kuda.
4.4.5 Hasil kadar Kalium