55 dalam urin mengindikasikan adanya efek diuretik yang dihasilkan dari ekstrak
pecut kuda.
4.4.5 Hasil kadar Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan tubuh. Masukan natrium yang tinggi dapat
meningkatkan ekskresi kalium. Hubungan ini diperkirakan disebabkan sebagian oleh reabsorbsi kalium secara pasif mengikuti natrium dan air pada tubulus
proksimal dan sepanjang lengkung Henle. Berdasarkan pengukuran kurva kalibrasi untuk kalium diperoleh
persamaaan garis regresi yaitu Y=0,211817x-0,00329 dengan nilai r = 0,9998. Hal ini menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara
X konsentrasi dan Y absorbansi. Hasil pengukuran kadar kalium dalam urin tikus putih jantan pada kelompok uji dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.5.
Tabel 4.7 Kadar kalium dalam urin tikus pada kelompok uji
No Kelompok
Pengujian Kadar Kalium meql
Rata- rata ±
SD meql
Nilai Signifi
kansi p
T.I T.II
T.III T.IV
T.V
1 Kontrol
CMC-Na 0,5
22,57 23,72
25,65 23,74
28,91 24,91 ±
2,49 -
0,000
2 EEPK
dosis 100 mgkg bb
28,36 30,12
32,83 31,03
38,41 35,55 ±
3,85 0,009
0,000
3 EEPK
dosis 150 mgkg bb
30,32 35,46
36,33 33,07
43,78 37,99 ±
5,03 0,017
0,003
4 EEPK
dosis 200 mgkg bb
34,05 44,08
37,72 35,40
50,97 40,44 ±
7,03 0,001
0,076
5 Furosemi
d Dosis 10 mgkg
bb 41,23
50,49 50,78
48,23 54,69
49,08 ± 4,96
0,000
56 Keterangan: Nilai p pada baris I dibandingkan dengan kontrol negatif
Nilai p pada baris II dibandingkan dengan kontrol positif p Signifikan
T.I – T.V Tikus 1 - Tikus 5
Gambar 4.5 Kadar Kalium pada urin tikus putih jantan
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa dari perolehan hasil rata-rata untuk kontrol negatif 24,91±2 , 4 9 meql; EEPK dosis 100 mgkg bb
35,55±3,85 meql; EEPK dosis 150 mgkg bb 37,99±5,03 meql; EEPK dosis 200 mgkg bb 40,44±7,03 meql; furosemid 10 mgkg bb 49,08±4,96 meql.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, EEPK dengan dosis 100 mgkg bb, 150 mgkg bb, dan 200 mgkg bb menunjukkan efek diuretik terhadap kadar kalium
dalam urin. Dari ketiga dosis tersebut, EEPK dengan dosis 200 mgkg bb mempunyai efek pengeluaran kalium yang paling baik terhadap volume urin
dengan nilai signifikansi p ≥ 0,05.
Pemberian EEPK dengan dosis 100, 150, 200 mgkg bb mempunyai efek diuretik terhadap pengeluaran kalium lebih besar dibandingkan dengan tikus
kontrol negatif tetapi tidak lebih banyak daripada kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa furosemid lebih kuat untuk pengeluaran natrium dalam urin
57 tikus sedangkan CMC Na 0,5 adalah sebagai kontrol negatif dalam penelitian
ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak dosis ekstrak yang diberikan maka semakin banyak mempengaruhi pengeluaran volume urin dan
ekskresi kalium sama halnya dengan peneliti sebelumnya bahwa peningkatan dosis dapat mempengaruhi pengeluaran kalium Foda, dkk., 2015.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar elektrolit natrium dan kalium dalam urin yang diekskresikan oleh tikus, maka dapat dihitung rasio Na
+
K
+
. Nilai rasio Na
+
K
+
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rasio kadar elektrolit Natrium dan Kalium dalam urin tikus
Kelompok pengujian Elektrolit meql ± SD
Na
+
K
+
Na
+
K
+
Kontrol CMC Na 0,5 37,13 ± 4,38
24,91 ± 2,49 1,49
EEPK dosis 100 mgkg bb 64,25 ± 7,84
35,55 ± 3,85 1,80
EEPK dosis 150 mgkg bb 69,56 ± 10,06
37,99 ± 5,03 1,83
EEPK dosis 200 mgkg bb 74,55 ± 1,87
40,44 ± 7,03 1,84
Furosemid dosis 10 mgkg bb 93,74 ± 9,09
49,08 ± 4,96 1,90
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan hasil nilai rasio Na
+
K
+
dari EEPK dosis 100, 150 dan 200 mgkg bb adalah 1,80, 1,83, 1,84. Pembanding yang
digunakan adalah furosemid yang merupakan golongan diuretik kuat boros kalium, nilai rasio Na
+
K
+
furosemid adalah 1,90 nilai tersebut lebih besar dari ketiga kelompok perlakuan karena furosemid merupakan diuretik yang
menyebabkan pengeluaran natrium yang banyak sehingga air yang diekskresikan juga mengeluarkan kalium yang lebih besar karena merupakan diuretik hemat
kalium.
58 Menurut Kebamo, et. al., 2015 rasio Na
+
K
+
dihitung untuk mengetahui indeks pengeluaran aldosteron aktivitas natriuretik. Aldosteron berfungsi
menjaga keseimbangan ion natrium dalam darah. Menurut Guyton 1994, apabila konsentrasi aldosteron meningkat maka sisa natrium akan direabsorbsi dari bagian
dalam tubulus distal dan duktus koligens sehingga pada dasarnya tidak ada natrium keluar ke dalam urin, sebaliknya jika konsentrasi aldosteron dikurangi
maka sisa natrium tidak direabsorbsi dari tubulus distal sehingga natrium keluar bersama urin.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan nilai rasio Na
+
K
+
dari semua kelompok pengujian terjadi peningkatan efek diuretik. Berdasarkan hasil statistik terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok uji dengan nilai
signifikan p 0,05. Hal ini diduga pemberian ekstrak etanol pecut kuda menyebabkan peningkatan pengeluaran zat-zat terlarut dalam urin akibat adanya
kandungan flavonoid. Flavonoid dapat meningkatkan volume urin dengan cara meningkatkan
laju kecepatan glomerulus Jonad, 2001. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kadar natrium pada urin tikus lebih besar dari kadar kalium sesuai dari fungsi
diuretik yang merupakan senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi air dan
garam-garam Mutschler, 1991.
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN