Data dan Perkembangan Pelanggaran Lalu Lintas Kota Medan

BAB III PERKEMBANGAN TINDAK PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA MEDAN PERIODE 2010-2015

A. Data dan Perkembangan Pelanggaran Lalu Lintas Kota Medan

Kota Medan terletak antara 98-99 derajat Bujur Timur dan antara 3-4 derajat Lintang Utara di lingkungan Provinsi Sumatera Utara. Berada pada ketinggian 11 meter di atas permukaan laut. Terbagi dalam 11 sebelas wilayah Kecamatan dengan 116 kelurahan sebelum perluasan. Secara administratif Daerah Tingkat II ini disebut Kotamadya dan dipimpin oleh seorang Walikota, sebelum Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 berlaku. 58 Sejak kedua Undang-Undang tersebut berlaku, apalagi setelah adanya Undang- Undang yang baru, berikut peraturan-peraturan pelaksanaannya ia disebut Daerah Kota dengan pemimpinnya tetap disebut Walikota. Kini kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan BPS Prov. Sumut, 2001:12-21. 59 Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Timur No.66IIIPSU1951 tanggal 14 Nopember 1951, Medan dinyatakan sebagai ‘Kota Besar’. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1957 dinyatakan sebagai ‘Kotapraja’ dan berdasarkan Undang- Undang No. 18 tahun 1965 dinyatakan sebagai ‘Kotamadya’. Sementara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1973 di atur pula tentang pemekaran wilayah dari pada 4 Kecamatan menjadi 11 Kecamatan, dengan luas kawasan dari 5.130 hektar menjadi 26.510 hektar, dengan mengambil sebagian dari wilayah Kabupaten Deli Serdang. Akibatnya, batas dari pada kota Medan juga mengalami penyesuaian menjadi: bagian Utara berbatas dengan Selat Sumatera, sebelah Selatan dengan Pancur Batu, Deli Tua dan Patumbak; bagian 58 Subanindyo Hadiluwih. “Undang-Undang Lalu-Lintas Sebagai Regulasi Tertib Lantas Kota Medan”, Jurnal Equality, Vol. 11 No. 2 Agustus 2006, Hlm. 1 59 Ibid. Universitas Sumatera Utara Timur berperinggan dengan Tanjung Morawa, Percut Sei Tuan dan Labuhan Deli; sementara di bagian Barat berjiran dengan Labuhan Deli, Hamparan Perak dan Sunggal. 60 Perluasan kawasan ini menimbulkan ciri-ciri perbedaan gaya hidup lifesyle dari pada penduduk, terutama berkenaan dengan status penduduk yang semula tergolong luar kota dengan penduduk kota. Paling tidak, mobilitas penduduk luar kota meningkat dengan perlunya pengadaan kendaraan bermotor sepeda motor, baik yang dipakai sendiri maupun yang dipergunakan sebagai ‘ojek’. Alat pengangkutan yang menjangkau bagian pedalaman dari pada kawasan pedesaan dan bagian-bagiannya. Demikian pula dengan penggunaan kendaraan berupa Mobil Penumpang Umum MPU yang jaringannya juga semakin luas. Hal ini dipergunakan bagi memenuhi kebutuhan untuk menjangkau sarana pendidikan, fasilitas kesehatan, pasar dan keperluan lainnya. Sementara sarana dan prasarana pembangunan jalan, dengan kondisi serta fasilitas yang lebih baik diperlukan untuk mensetarakan kehidupan di antara penduduk dalam kota dan luar kota, yang kini statusnya menjadi sama, kawasan kota Medan. 61 Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang memegang peranan sangat vital dalam memperlancar pembangunan yang kita laksanakan. Masalah lalu Peningkatan mobilitas penduduk dengan penggunaan kendaraan di jalan raya, juga berkenaan dengan ‘tradisi’ okupasi mereka yang akan mempengaruhi pola berlalu lintas di kota Medan. Misalnya pola okupasi petani dan nelayan yang pada umumnya berada di kawasan ‘bekas’ luar kota; berikutnya okupasi perkantoran, perdagangan serta kegiatan bisnis lainnya; di samping kawasan pegawai, pekerja di pabrik-pabrik serta daerah Kawasan Industri Medan KIM. Di samping sebagai transit produk barang-barang hasil pertanian dan kerajinan menuju ke pasar-pasar yang tersebar di kawasan kota, juga menuju kawasan kota baru lainnya yang berupa pelabuhan, Belawan. 60 Ibid. 61 Ibid. Universitas Sumatera Utara lintas merupakan salah satu masalah yang berskala nasional yang berkembang seirama dengan perkembangan masyarakat. Masalah yang dihadapi dewasa ini adalah masih tingginya angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Berbicara tentang masalah lalu lintas memang sedikit menimbulkan pro dan kontra bukan saja karena permasalahan remeh dan klasik sehinggga timbul satu sikap apatis ketidakpedulian. Namun hal itu sebenarnya kurang beralasan karena kenyataan tidak sedikit kejahatan yang kemudian berimplikasi dan berakumulasi menjadi suatu tindak pidana yang cukup menyita perhatian publik yang berawal dari permasalahan pelanggaran lalu lintas. Masalah lalu lintas merupakan masalah yang sudah tak asing lagi dikalangan masyarat khususnya di Kota Medan, pelanggaran lalu lintas sudah membudaya di kalangan masyarakat, sehingga setiap kali dilakukan operasi tertib lalu lintas oleh Polantas, pasti banyak terjaring kasus pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran lalu lintas yang banyak dilakukan oleh pengguna kendaraan bermotor antara lain mengemudi kendaraan bermotor tanpa dilengkapi surat tanda nomor kendaraan bermotor, atau pun tidak memiliki surat izin mengemudi, melanggar ketentuan rambu-rambu lalu lintas, tidak menggunakan helm standar bagi pengendara sepeda motor, mengemudikan kendaraaan bermotor dengan kecepatan yang melampaui batas dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat kita masih kurang kasadaran hukumnya, padahal aturan-aturan tersebut dibuat demi keamanan dan kenyamanan dan keselamatan masyarakat pada umumnya dan khususnya pengendara kendaraan bermotor. Banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, mulai dari yang ringan hingga yang berat. 62 62 http:beritasumut.comindex.phpyounews36-hukum-a-kriminal5898-2011-satlantas-polresta- medan-tangani-1702-lakalantas , diakses pada tanggal 29 Agustus 2016 pada pukul 12.15 WIB. Pelanggaran ringan yang kerap terjadi dalam permasalahan lalu lintas adalah seperti tidak memakai helm, menerobos lampu merah, tidak memiliki SIM atau STNK , tidak menghidupkan lampu pada siang hari, dan bonceng tiga Universitas Sumatera Utara dianggap sudah membudaya di kalangan masyarakat dan anak-anak sekolah. Pelanggaran lalu lintas seperti itu dianggap sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan, sehingga tiap kali dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang berwenang, maka tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang juga karena pelanggaran tersebut kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Masalah lalu‐lintas merupakan masalah yang dihadapi oleh negara‐negara yang maju dan juga negara‐negara berkembang seperti Indonesia. Namun, di Indonesia, permasalahan yang sering dijumpai pada masa sekarang menjadi lebih parah dan lebih besar dari tahun‐tahun sebelumnya, baik mencakup kecelakaan, kemacetan dan polusi udara serta pelanggaran lalu lintas. 63 Pelanggaran lalu lintas merupakan fenomena sosial dan hukum yang menuntut pengelolaan yang efektif dan efisien agar terjadi tertib berlalu lintas dan kesadaran hukum. 64 63 Arif Budiarto dan Mahmudal, Rekayasa Lalu Lintas, Semarang: UNS Press, 2007, hlm. 3. 64 Dr. Artidjo Alkostar, dalam sambutan Seminar Penelitian Alternatif Pengelolaan Perkara Tilang, Jakarta, 17 Juni 2014. Lebih lanjut dapat dibaca dalam prosiding Seminar Penelitian Alternatif Pengelolaan Perkara Tilang, Jakarta, 17 Juni 2014. Pelanggaran yang kerap terjadi terhadap tata cara berlalu lintas dan berkendaraan antara lain adalah pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan yang harus dijalan kanan dihindari oleh pengemudi kendaraan bermotor, antara lain seperti : Tindakan pengguna jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia karena dalam keadaan tertentu untuk ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat melakukan tindakan memberhentikan arus lalu lintas atau pengguna jalan, memerintahkan pengguna jalan untuk jalan terus, mempercepat arus lalu lintas, memperlambat arus lalu lintas, danatau mengalihkan arah arus lalu lintas , seperti diatur pada Pasal 104 ayat 1, kewajiban ini diatur pada Pasal 104 ayat 3 yang berbunyi : Pengguna Jalan wajib mematuhi perintah yang Universitas Sumatera Utara diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 1. Daerah Kota Medan sendiri meski belum dikatakan tahap mengkhawatirkan Tapi apabila tidak segera ditangani maka akan mengarah kearah Keadaan pelanggaran lalu lintas yang mengkhawatirkan. Dan dampak yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat adalah Tingginya angka kecelakaan di persimpangan atau perempatan maupun di jalan raya, Keselamatan pengendara yang mengunakan jalan menjadi terancam bahkan pejalan kaki yang menyebrang jalan maupun berjalan di trotoar, Kemacetan lalu lintas yang semakin parah dikarenakan para pengendara tidak mematuhi peraturan maupun rambu-rambu lalu lintas, dan Kebiasaan para pengendara yang melanggar lalu lintas sehingga budaya melanggar peraturan lalu lintas 65 Sumber : Data pelanggaran lalu lintas oleh pihak satuan Lalu Lintas POLRESTA Medan . Grafik 1. DATA JUMLAH PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DITANGANI OLEH PIHAK SATUAN LALU LINTAS POLRESTA MEDAN 65 Wawancara dengan AKP Lastiar Siburian, SSi Wakil Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Medan, 4 Juli 2016 pukul.09.30 Wib Universitas Sumatera Utara Dari Grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah kasus pelanggaran Lalu lintas di kota Medan cenderung mengalami naik turun.POLRESTA Medan mencatat bahwa pada tahun terdapat 2010 terdapat 37.018 kasus pelanggaran lalu lintas di Kota Medan Roda 2 : 25.913 kasus, Roda 4 : 11.045 kasus, Roda 6+ : 60 kasus , tahun 2011 terdapat 77.988 kasus Roda 2 : 59.741 kasus, Roda 4 : 18.161 kasus, Roda 6+ : 86 kasus, tahun 2012 terdapat 73.396 kasus Roda 2 : 54.297 kasus, Roda 4 : 17.997 kasus, Roda 6+ : 102 kasus, tahun 2013 terdapat 68.560 kasus Roda 2 : 51.420 kasus, Roda 4 : 17.046 kasus, Roda 6+ : 94 kasus, tahun 2014 terdapat 40.918 kasus Roda 2 : 30.689 kasus, Roda 4 : 10.145 kasus, Roda 6+ : 84 kasus, dan terakhir tahun 2015 terdapat 40.133 kasus Roda 2 : 30.520 kasus, Roda 4 : 9.997 kasus, Roda 6+ : 86 kasus pelanggaran lalu lintas di kota Medan. Jumlah kasus tertinggi yaitu kasus pelanggaran Lalu lintas di kota Medan di tahun 2011 dengan total 59.741 kasus. Tapi data tersebut bukanlah data sesungguhnya jumlah pelanggaran Lalu lintas karena masih banyak pelanggar Lalu lintas di kota Medan yang belum berhasil ditangkap dan didata oleh pihak Kepolisian. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan jelas dinyatakan, setiap pengendara kendaraan bermotor wajib mentaati peraturan lalu-lintas. Peraturan lalu lintas tidak diajarkan secara khusus di sekolah-sekolah. Dalam pembuat Surat Izin Mengemudi SIM pun juga tidak mengharuskan seseorang untuk menguasai peraturan lalu lintas. Dengan demikian sangatlah wajar apabila banyak pengendara kendaraan bermotor yang tidak memahami cara berlalu lintas yang baik di jalan umum. Berbagai bentuk pelanggaran Lalu lintas yang sering ditindak tegas oleh aparat kepolisian adalah 66 1. menerobos lampu merah; : 2. melawan arus lalu-lintas saat macet ; 66 Wawancara dengan AKP Lastiar Siburian, SSi Wakil Kepala Satuan Lalu Lintas Polresta Medan, 4 Juli 2016 pukul.09.30 Wib Universitas Sumatera Utara 3. tidak menyalakan lampu depan; 4. tidak memakai sabuk pengaman; 5. tidak memakai helm SNI; 6. berputar-balik tidak pada tempatnya; 7. tidak bawa SIM STNK; 8. SIM, STNK pajak kedaluwarsa; 9. ngebut atau kebut-kebutan di jalan raya; 10. kendaraan umum yang ugal-ugalan di jalan Sehubungan dengan pelanggaran lalu lintas diatas dalam kenyataannya juga dapat kita lihat pelanggaran yang dilakukan oleh angkutan umum yang mana angkot seringkali melakukan pelanggaran lalu lintas baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja seperti penggunaan SIM bagi sopir angkot sering tidak sesuai dengan peruntukannya misalnya untuk dapat mengemudikan angkutan umum sopir angkot harus mempunyai SIM A umum untuk dapat mengemudikan angkot tersebut dan pada kenyataannya sopir angkot kebanyakan hanya memiliki SIM A biasa, angkot sering menerobos lampu merah, menaikan dan menurunkan penumpang tidak pada tempatnya, kebut-kebutan di jalan raya untuk mengejar penumpang, keadaan mobil yang tidak standar lagi seperti mobil angkot yang dibuat ceper, dan kaca film hitam dan musik yang keras. Selain itu, banyak anak sekolah yang mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm. Padahal helm sangat berguna untuk melindungi kepala kita saat terjadi benturan keras dalam kecelakaan lalu lintas. Kurangnya kesadaran pengguna sepeda motor menggunakan helm masih sangat memprihatinkan, Mereka masih beranggapan bahwa memakai helm itu hanya peraturan saja, tidak sadar bahwa peraturan memakai helm itu dibuat untuk keamanan dan keselamatan si pengendara sendiri. Universitas Sumatera Utara Selain tidak mengenakan helm, banyak pengendara motor yang masih di bawah umur. Apakah mereka sudah memiliki Surat Izin Mengemudi? Bila tidak, ini sama saja sudah melanggar Pasal 77 Ayat 1 UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang menyebutkan bahwa “Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki SIM sesuai dengan jenis kendaraan yang dikemudikan.” Seperti yang dijelaskan pada Pasal 81 Ayat 2 Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan paling rendah sebagai berkut: a. Usia 17 tujuh belas tahun untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C, dan Surta Izin Mengemudi D; b. Usia 20 dua puluh tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I dan; c. Usia 21 dua puluh satu tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.

B. Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran Lalu Lintas Di Kota Medan