BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AlineakeempatPembukaanUndang-Undang DasarNegara
Republik Indonesia
Tahun1945, secara tegas menggariskan kepada Pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahannya selalu mengacu kepada tujuan utamapendirian Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang meliputi: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanaan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilansosial.Tujuan negara sebagai arahan dan tolak ukur politik hukum nasional menekankan pentingnya
perlindungan Hukum bagi rakyat Indonesia dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebebasan dan keinginan untuk terus
berubah, bergerak dan berinteraksi antara satu dengan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disadari ataupun tidak disadari dalam menjalankan aktivitas tersebut manusia
terkadang dihadapkan kepada berbagai macam resiko perjalanan, antara lain kecelakaan lalu lintas.
Lalu lintas merupakan salah satu sarana komunikasi masyarakat yang memegang peranan vital dalam memperlancar pembangunan yang kita laksanakan. Karena dengan
adanya lalu lintas tersebut, memudahkan akses bagi masyarakat untuk melakukan kegiatannya untuk pemenuhan perekonomiannya. Tanpa adanya lalu lintas, dapat
dibayangkan bagaimana sulitnya kita untuk menuju tempat pekerjaan atau melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan jalan raya. Tidak ada satu pun pekerjaan
yang tidak luput dari penggunaan lalu lintas. Begitu besarnya manfaat lalu lintas dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya transportasi tersebut tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan ke seluruh pelosok tanah air, bahkan
Universitas Sumatera Utara
dari dan ke luar negeri. Disamping itu transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi, namun belum
berkembang, dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya.
1
Jauh sebelum kendaraan bermotor ditemukan, kecelakaan di jalan hanya melibatkan kereta, hewan, dan manusia. Kecelakaan lalu lintas menjadi meningkat secara drastis ketika
ditemukan berbagai jenis kendaraan bermotor. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa arus lalu lintas jalan di kota-kota besar di
Negara Republik Indonesia umumnya dan khususnya di Kota Medan, semakin bertambah padat sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan ekonomi, serta
ditambah dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara otomatis akan timbul problema yang kompleks dalam kaitannya dengan
kecelakaan lalu lintas yang sering menelan korban jiwa dan harta benda.
2
Bertambahnya volume lalu lintas akan menyebabkan kenaikan kecelakaan lalu lintas yang terjadi secara cukup signifikan, dan bertambahnya kecepatan lalu-lintas pada kondisi
tertentu justru akan menurunkan jumlah kecelakaan, namun lebih lanjut peningkatan kecepatan akan menaikkan jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Dari data yang
diperoleh, ternyata pada kecepatan sekitar 40-50 kmjam terjadi kondisi jumlah kecelakaan Kecelakaan lalu lintas merupakan peristiwa
yang tidak diharapkan yang melibatkan paling sedikit satu kendaraan bermotor pada satu ruas jalan dan mengakibatkan kerugian material bahkan sampai menelan korban jiwa. Laju
pertambahan penduduk dan jumlah arus lalu lintas di Kota Medan meningkat secara pesat, sehingga kebutuhan akan prasarana transportasi terus bertambah. Keadaan ini sangat
berpengaruh terhadap tingkat pelayanan yang ada, sehingga jika tidak diimbangi dengan peningkatan prasarana transportasi yang memadai,maka dampak yang diakibatkan adalah
timbulnya masalah-masalah pada lalu lintas, seperti kemacetan dan kecelakaan.
1
C.S.T. Kansil, dkk, Disiplin Berlalu lintas di Jalan Raya, Jakarta : PT Rineka cipta, 1995, hlm. 4.
2
Kompas.com. “Sorotan”. http:www2.kompas.comkompas-cetak040421 sorotan976934.htm, diakses pada tanggal 12 April 2016 pukul 15.30.
Universitas Sumatera Utara
minimal. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, Pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan dan yang terakhir adalah faktor jalan.
Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia dengan kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan, kemudian ban pecah yang mengakibatkan
kendaraan mengalami kecelakaan. Disamping itu masih adafaktor lingkungan, cuaca yang juga bisa berkontribusi terhadap kecelakaan.
3
Pelanggaran lalu lintas dewasa ini semakin memperihatinkan, Kepolisian Daerah Sumatera Utara mencatat sebanyak 1.659 warga yang tewas akibat kecelakaan lalu lintas
sejak Januari hingga pertengahan Desember 2015.Kapolda Sumut, Irjen Pol Ngadino mengatakan, jumlah korban tewas tersebut ditemukan dalam 5.832 kecelakaan lalu lintas
yang terjadi di Sumut sepanjang 2015. Selain korban tewas, jumlah kecelakaan lalu lintas itu juga menyebabkan 2.521 pengguna jalan mengalami luka berat, sedangkan 6.035 orang
lainnya mengalami luka ringan.Adapun kerugian materi yang ditimbulkan dalam 5.832 kecelakaan lalu lintas tersebut mencapai Rp13,5 miliar.
4
Pelanggaran lalu lintas seperti itu dianggap sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan, sehingga tiap kali dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak
yang berwenang, maka tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang juga karena pelanggaran tersebut kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, mulai dari yang ringan hingga yang berat
3
. Pelanggaran ringan yang kerap terjadi dalam permasalahan lalu lintas adalah seperti tidak memakai helm, menerobos lampu merah, tidak
memiliki SIM atau STNK , tidak menghidupkan lampu pada siang hari, dan bonceng tiga dianggap sudah membudaya di kalangan masyarakat dan anak-anak sekolah.
3
Ibid.
4
Republika.com, “Tahun 2015, Tercatat 5.832 Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Sumut”, http:nasional.republika.co.idberitanasionalhukum151228o02tpa313-tahun-2015-tercatat-5832-kasus-
kecelakaan-lalu-lintas-di-sumut , diakses pada tanggal 12 April 2016 pada pukul 15.44 WIB
Universitas Sumatera Utara
Perkara kecelakaan merupakan bagian dari tindak pidana kealpaan yang disebutkan dalam pasal 359 KUHP. Dalam pasal 359 KUHP ditegaskan dengan dua cara bahwa
kematian orang lain adalah akibat dari kelalaian pembuat, yaitu dengan tidak menyebutkan pembuat tetapi kesalahannya kealpaannya. Dalam situasi pengendara kendaraan bermotor,
salah berbuat dan tidak berbuat seakan-akan menjadi satu perbuatan. Kekurangcermatan tidak dapat dicelakan jika pelaku tidak dapat berbuat lain daripada
apa yang telah ia lakukan. Dalam hal ini, penting bahwa pelaksanaannya mengetahui sejauh mana sifat kekurang hati-hatian dapatdikenakan pada pelaku. Dalam kealpaan, kurang
mengindahkan larangan sehingga tidak berhati-hati dalam melakukan sesuatu perbuatan yang obyektif kausal menimbulkan keadaan yang dilarang.
5
Aparat penegak hukum polisi lalu lintas berperan sebagai pencegah politie toezicht dan sebagai penindak politie dwang dalam fungsi politik. Di samping itu polisi lalu lintas
juga melakukan fungsi regeling misalnya, pengaturan tentang kewajiban bagi kendaraan bermotor tertentu untuk melengkapi dengan segitiga pengaman dan fungsi bestuur
khususnya dalam hal perizinan atau begunstiging misalnya, mengeluarkan Surat Izin Mengemudi.
6
Dari latar belakang penulisan tersebut, penulis mengangkat permasalahan dalam skripsi
ini dengan judul Penanggulangan Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas
Mengendarai kendaraan secara kurang hati – hati dan melebihi kecepatan maksimal, tampaknya merupakan suatu perilaku yang bersifat kurang matang. Walau
demikian, kebanyakan pengemudi menyadari akan bahaya yang dihadapi apabila mengendarai kendaraan dengan melebihi kecepatan maksimal tersebut. Akan tetapi di dalam
kenyataannya tidak sedikit pengemudi yang melakukan hal itu, khususnya anak sekolah sehingga dalam pelanggaran lalu lintas tersebut tidak sedikit yang menyebabkan kecelakaan
lalu lintas.
5
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 199.
6
Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah – Masalah Sosial, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989, hlm 58.
Universitas Sumatera Utara
MenurutUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Oleh Kepolisian Republik Indonesia StudiPolresta Medan
B. Rumusan Masalah