2 Faktor Eksternal :
a.
Masih kurangnya kepekaan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan tugas polantas dalam mencegah pelanggaran lalu lintas yang berpotensi
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
b.
Masyarakat kurang dan tidak memahami, bahkan mengabaikan aturan berlalu lintas atau berkendara di jalan raya.
c.
Banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan yang tidak sesuai dengan peruntukan ataupun kendaraan yang tidak laik jalan.
B. Saran
Dari tulisan tersebut diatas penulis memberikan saran-saran ke berbagai pihak antara lain sebagai berikut :
1. Kiranya adanya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan pihak kepolisian dalam menuntaskan masalah Pelanggaran Lalu
lintas.
2. Agar dana operasional yang dibutuhkan aparat kepolisian dalam menanggulangi
Pelanggaran Lalu lintas dapat ditingkatkan oleh pemerintah.
3. Kepada masyarakat dihimbau agar meningkatkan kesadaran akan pentingnya
keselamatan berlalu lintas dan menjadi pelopor keselamatan berkendara.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM
POSITIF DI INDONESIA
A. Peranan Kepolisian Dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas
1. Aspek Hukum Kepolisian Indonesia
Pengertian Kepolisian menurut Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya di sebut UU Kepolisian adalah
segala sesuatu hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
29
Hubungan antara polisi, hukum dan masyarakat memang sangat erat. Achmad Ali menjelaskan mengenai hubungan antara polisi dengan efektivitas hukum : Kualitas dan
keberdayaan polisi dalam menanggulangi kriminalitas, merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan afektif dan tidaknya ketentuan yang berlaku, khususnya di bidang
kriminalitas yang menjadi tugas pokok kepolisian untuk menindaknya. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah
pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertujuan mengawal keamanan dan ketertiban masyarakat dalam hal ini suatu kondisi dinamis masyarakat
sebagai salah satu prasayarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka terciptanya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban,
dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman yang membangun kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan menanggulangi segalah bentuk pelanggaran
hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.
30
29
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
30
Achmad Ali. 1988. Perubahan Masyarakat, Perubahan Hukum, dan Penemuan Hukum Oleh Hakim. Ujung Pandang : Hasanuddin University Press. Hlm 203 .
Masih berkaitan dengan eksistensi polisi, Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa yang paling besar
Universitas Sumatera Utara
frekuensinya dalam berhubungan secara langsung dengan masyarakat adalah polisi, di bandingkan dengan penegak hukum lainnya.
31
Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: Kewenangan Kepolisian negara Republik Indonesia diatur dalam Undang-Undang
No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menegaskan tugas dan wewenang kepolisian dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 UU
Kepolisian.
32
1. Memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat;
2. Menegakkan hukum;
3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam menjalankan tugas pokoknya, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:
33
1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan
masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan; 2.
Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas di jalan;
3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
6. Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian,
khusus penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
31
Ibid.
32
Pasal 13 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
33
Pasal 14 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan
hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; 8.
Menyelenggaakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian umtuk kepentingan tugas kepolisian;
9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup
dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh
instansi dan atau pihak yang berwenang; 11.
Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta
12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:
34
a. menerima laporan danatau pengaduan;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum; c.
mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d.
mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian; f.
melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
34
Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i. mencari keterangan dan barang bukti;
j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat; l.
memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang- undangan lainnya berwenang:
35
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya; b.
Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c.
Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor; d.
Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik; e.
Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;
f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di
bidang jasa pengamanan; g.
Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional;
35
Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j.
Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional; k.
Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 huruf a dan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
36
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang untuk:
37
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan; c.
Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; d.
Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara; h.
Mengadakan penghentian penyidikan; i.
Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; j.
Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
36
Pasal 15 ayat 3 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
37
Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta
menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf 1 adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut:
38
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. Menghormati hak asasi manusia.
Kepolisian Indonesia dalam melaksakan tugas sebagaimana diamanatkan oleh UU 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia membagi jajarannya untuk
menangani berbagai persoalan di masyarakat salah satunya menangani Lalu Lintas. Polisi yang menangani lalu lintas, yang selanjutnya disebut Polantas Polisi Lalu Lintas adalah
unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakantugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli,pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas,
registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam
masyarakat yang modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat
menghambat dan mematikan proses produktivitas masyarakat. Seperti kecelakaan lalu
38
Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
lintas, kemacetan maupun tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor. Untuk itu polisi lalu lintas juga mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan bahasan
Polri di masa depan yang telah dibahas di atas. Para petugas kepolisian pada tingkat pelaksana menindaklanjuti kebijakan
kebijakan pimpinan terutama yang berkaitan dengan pelayanan di bidang SIM, STNK, BPKB dan penyidikan kecelakaan lalu lintas. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang digagas oleh Departemen Perhubungan, dibuat agar penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan sesuai harapan masyarakat, sejalan dengan
kondisi dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, serta harmoni dengan Undang-undang lainnya.
Yang lebih penting dari hal tersebut adalah bagaimana kita dapat menjawab dan menjalankan amanah yang tertuang didalamnya. Sesuai dengan Pasal 7 ayat 2e
dinyatakan :”bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu : “urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas”.
Selanjutnya, tugas dan fungsi Polri tersebut, diperinci pada pasal 12, meliputi 9 hal yakni :
1. Pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor
2. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
3. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu lintas
danangkutan jalan 4.
Pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan.
5. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas
Universitas Sumatera Utara
6. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganankecelakaan
lalu lintas. 7.
Pendidikan berlalu lintas 8.
Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas 9.
Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas.
2. Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas oleh Kepolisian
Deskripsi perilaku masyarakat terhadap operasi bukti pelanggaran tilang dalam berlalu‐lintas saat ini dibuktikan dengan data tingginya angka pelanggaran lalu‐lintas
merupakan salah satu penyebab tingginya kecelakaan lalu‐lintas yang terjadi. Banyak pengguna jalan yang mengabaikan aturan berlalu‐lintas sehingga menjadi pemicu
kecelakaan. Tindakan yang tegas terhadap pelanggaran lalu‐lintas tanpa kecuali akan merubah tingkah laku pengemudi dalam berlalu‐lintas dan pada gilirannya meningkatkan
keselamatan dalam berlalu‐lintas. Penegakan hukum lalu‐lintas yang masih parsial dirasakan belum efektif dan efisien dalam menekan angka kecelakaan lalu‐lintas dan
dapat memberikan pelayanan prima pada masyarakat.
39
Pelanggaran lalu‐lintas yang berpotensi timbulnya kecelakaan lalu‐lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti;
40
1. penegakan hukumlaw enforcement,
2. kondisisi sarana dan prasarana lalu‐lintas,
3. kualitas individu meliputi: knowledge, skill, attitude sikap mental, menyepelekan
dan kepatuhan seperti jam karet,
39
Dr. Eko Soponyono, S.H.,M.H., Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum Tentang Perilaku Masyarakat Terhadap Hukum Dalam Berlalu Lintas, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian
Hukum Dan Ham Ri, 2013, Hlm. 25.
40
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. Kondisi social budaya seperti ketidakjelasan tentang benar dan salah “the other do
the same “, dilema faktor ekonomi, sosial, kesulitan mencari figur panutan. Terhadap pelanggaran lalu‐lintas, Kepolisian DKI Jaya pernah melakukan berbagai
“Operasi Lalu‐Lintas” yaitu:
41
a. Operasi Ketupat, digelar dalam rangka mendukung kelancaran kegiatan umat
Islam dalam rangka merayakan hari Idul Ftri dan Idul Adha dan sudah menjadi issue nasional tentang “mudik lebaran”;
b. Operasi Lilin, digelar dalam rangka mendukung umat nasrani merayakan Hari
Natal dan Tahun Baru dan issue yang muncul terror dan pengerusakan gereja; c.
Operasi Zebra, digelar dalam rangka penindakan segala bentuk pelanggaran yang menggangu keamanan dan ketertiban, kelancaran dan bahkan keselamatan
berlalu‐lintas di jalan raya; d.
Operasi Simpatik, digelar dalam rangka menciptakan kondisi bila bertepatan dengan event nasional seperti, Pemilu, ada tamu Negara Asing dalam skala
besar, seperti Pertemuan ASEAN, OPEC, ASEAN GAMES. Operasi ini lebih bersifat teguran dan himbauan untuk patuh pada hukum;
e. BackupBantuan dilakukan dalam rangka mendukung fungsi serse apabila terjadi
arus narkoba, terorisme dan pencurian kendaraan bermotorcuranmor; f.
Operasi Kawasan, dilakukan dalam rangka mendukung wibawa pemerintah dan kesadaran hukum masyarakat di kawasan tertentu, contoh di jalan protocol utama.
Dalam hal upaya menanggulangi pelanggaran lalu lintas karena mereka tidak cukup umur untuk memiliki SIM Surat Izin Mengemudi, maka aparat dalam hal ini
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
polisi lalu lintas harus melakukan upaya-upaya. Seperti yang dikemukakan oleh E.H. Sutherland dan Cressey ada dua metode yang digunakan yaitu:
42
1. Upaya Preventif
Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada
mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali, sebagaimana semboyan dalam kriminologi yaitu usaha-usaha untuk memperbaiki penjahat
perlu diperhatikan dan diarahkan agar tidak terjadi lagi kejahatan ulangan. Sangat beralasan bila upaya preventif diutamakan karena upaya preventif dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa suatu keahlian khusus dan ekonomi. 2.
Upaya Represif Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional
yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan
perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan
masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat .
B. Jenis-jenis Pelanggaran Lalu Lintas
Suatu perbuatan dapat disebut pelanggaran apabila perbuatan-perbuatan yang sifatnya melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah adanya undang-undang wet yang
menentukan demikian.
43
42
Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Bandung: PT. Eresco , 1995, hlm. 95.
43
Sutrisno, Pembagian Perbuatan Pidana dalam Kejahatan dan Pelanggaran, dalam
http:www.el-gezwa09.co.cc201002pembagian-perbuatan-pidana-dalam.html,diakses
pada 31 Juli 2016 pada pukul 13.04 WIB.
Masyarakat baru menyadarai hal tersebut merupakan tindak pidana
Universitas Sumatera Utara
karena perbuatan tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict delik undang-undang.
44
Kata “Lalu lintas” dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah lintas adalah berjalan bolak-balik, hilir mudik dan perjalanan dijalan dan sebagainya, serta perhubungan
antara sebuah tempat tinggal dan lainnya dengan jalan pelayaran, udara, darat, dan sebagainya.
45
a. Pelanggaran Terhadap Kelengkapan Menggunakan Kendaraan Bermotor.
Sedangkan pengertian Lalu lintas dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tantang Lalu lintas dan Angkutan Jalan yaitu gerak kendaraan dan
orang diruang lalu lintas jalan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian lalu lintas dalam arti luas adalah hubungan antara manusia dengan ataupun tanpa disertai alat penggerak dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai ruang geraknya.
Seperti dipahami bahwa sebenarnya seorang pengemudi kendaraan bermotor tidak menginginkan terjadinya gangguan kendaraan selama perjalannan. Apakah gangguan
ringan, seperti mogok sampai gangguan yang terberat. Selain si pengemudi tersebut yang akan mengalami keterlambatan sampai ketujuan, gangguan tersebut dapat juga
mengakibatkan timbulnya pelanggaran atau kemacetan lalu lintas.
Perbuatan-perbuatan dalam bentuk pelanggaran menurut Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dapat dibagi menjadi :
Kelengkapan di dalam menggunakan kendaraan bermotor sangatlah penting, disamping untuk melindungi pengguna kendaraan, penumpang kendaraan, maupun pengguna jalan
dan kendaraan bermotor lainnya dari bahaya kecelakaan yang tidak diinginkan . Undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan telah mengatur berbagai ketentuan
mengenai kelengkapan-kelengkapan bagi pengguna kendaraan bermotor dalam
44
C.S.T.Kansil, Christine Kansil, Memahami Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan UU No 10 tahun 2004, Jakarta : Pradya Paramita, 2007, hlm 38
45
Poerwadarmita. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 1984. Hlm 555
Universitas Sumatera Utara
berkendara di jalan, adapun kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan dalam hal kelengkapan menggunakan kendaraan bermotor di dalam Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan antara lain kewajiban menggunakan helm bagi pengguna kendaraan roda dua, dan kewajiban kelengkapan bagi kendaraan
roda empat atau lebih. Kewajiban penggunaan helm bagi pengguna kendaraan roda dua dimaksudkan untuk melindungi anggota tubuh yang penting, yaitu kepala dari
pengendara ataupun penumpang dari benturan apabila terjadi suatu kecelakaan, kewajiban ini tertulis pada Pasal 57 ayat 1 sampai 4 yaitu :
46
a sabuk keselamatan;
Ayat 1: Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor.
Ayat 2: Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.
Ayat 3: Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas:
b ban cadangan;
c segitiga pengaman;
d dongkrak;
e pembuka roda;
f helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda
empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dan peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas.
46
Pasal 57 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Universitas Sumatera Utara
Ayat 4: Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur dengan peraturan
pemerintah. Berkendaraan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas
47
diatur pada Pasal 58, yaitu: Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di jalan dilarang memasang
perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas. Kendaraan bermotor juga diwajibkan untuk memasang tanda nomor kendaraan bermotor yang
ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berfungsi untuk menandai kepemilikan yang sah dari kendaraan bermotor rersebut, seperti diatur pada
Pasal 68 ayat 1 yang menyebutkan : Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor.
48
Bagi pengguna kendaraan bermotor juga diwajibkan untuk memiliki Surat Izin Mengemudi SIM, yaitu surat yang menandakan bahwa pengendara telah
mendapatkan izin untuk mengemudi suatu kendaraan tertentu, seperti telah diatur pada Pasal 77 ayat 1 yaitu : Setiap orang yangmengemudikan Kendaraan Bermotor
di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.
49
Persyaratan teknis bagi kendaraan sepeda motor yang layak jalan meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan
kedalaman alur ban seperti diatur dalam Pasal 48 ayat 2 dan 3 kewajibannya diatur dalam Pasal 106 ayat 3 yaitu: Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan
47
Lihat penjelasan UU 22 Tahun 2009 pasal 58,yang dimaksud dengan perlengkapan, atau benda lain pada kendaraan yang dapat membahayakan keselamatan lalu lintas, antara lain pemasangan bumper tanduk dan
lampu menyilaukan.
48
Ibid, hlm 38
49
Ibid, hlm 42
Universitas Sumatera Utara
Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.
50
a. Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan
Bermotor; Pengemudi kendaraan bermotor juga wajib untuk memiliki Surat Tanda Kendaraan
Bermotor STNK atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia seperti diatur dalam Pasal 106 ayat 5 yaitu :
Ayat 5 : Pada saat diadakan pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:
b. Surat Izin Mengemudi;
c. bukti lulus uji berkala; danatau
d. tanda bukti lain yang sah.
51
Adanya kewajiban bagi pengemudi dan penumpang kendaraan beroda empat atau lebih untuk memakai sabuk keselamatan diatur pada Pasal 106 ayat 6 dan ayat 7
yang berisi: Ayat 6:
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di Jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk
keselamatan.
52
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di Jalan dan penumpang yang duduk di
Ayat 7 :
50
Ibid, hlm 59
51
Ibid.
52
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia..
53
Kewajiban bagi pengendara dan penumpang sepeda motor untuk memakai helm Standar Nasional Indonesia diatur pada Pasal 106 ayat 8 yaitu :Setiap orang yang
mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang Sepeda Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia.
54
b. Pelanggaran Terhadap Tata Cara Berlalu Lintas dan Berkendaraan
Pelanggaran yang kerap terjadi terhadap tata cara berlalu lintas dan berkendaraan antara lain adalah pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan
yang harus dijalan kanan dihindari oleh pengemudi kendaraan bermotor, antara lain seperti : Tindakan pengguna jalan yang tidak mematuhi perintah yang diberikan oleh
petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia karena dalam keadaan tertentu untuk ketertiban dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia dapat melakukan tindakan memberhentikan arus lalu lintas atau pengguna jalan, memerintahkan pengguna jalan untuk jalan terus, mempercepat arus
lalu lintas, memperlambat arus lalu lintas, danatau mengalihkan arah arus lalu lintas , seperti diatur pada Pasal 104 ayat 1, kewajiban ini diatur pada Pasal 104 ayat 3
yang berbunyi : Pengguna Jalan wajib mematuhi perintah yang diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Setiap pengemudi kendaraan bermotor di jalan juga wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi seperti diatur pada Pasal 106 ayat
1: Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.
53
Ibid.
54
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban setiap pengemudi kendaraan bermotor untuk mengutamakn keselamatan pejalan kaki dan pesepeda disebutkan pada Pasal 106 ayat 2: Setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda.
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan seperti yang diatur dalam Pasal 106 ayat 4 yaitu :
a Rambu perintah atau rambu larangan.
b Marka jalan.
c Alat pemberi isyarat lalu lintas.
d Gerakan lalu lintas.
e Berhenti dan parkir
Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tanpa kereta samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 satu orang, larangan ini diatur pada Pasal 106
ayat 9, pengemudi kendaraan bermotor juga wajib menghidupkan lampu pada malam hari dan juga dalam kondisi tertentu Pasal 107 ayat 1, kewajiban
menghidupkan lampu pada siang hari diberlakukan terhadap pengemudi sepeda motor seperti diatur pada Pasal 107 ayat 2, pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau
berbalik arah wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau
isyarat tangan seperti yang diatur pada Pasal 112 ayat 1,ketentuan ini juga berlaku terhadap kendaraan yang akan berpindah lajur atau bergerak kesamping Pasal 112
ayat 2. Pada saat berhenti atau parkir dalam keadaan darurat, setiap pengemudi kendaraan
bermotor wajib memasang segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain, ketentuan ini diatur pada Pasal 121 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
Bagi pengendara kendaraan tidak bermotor dilarang dengan sengaja membiarkan kendaraannya ditarik oleh kendaraan bermotor dengan kecepatan yang dapat
membahayakan keselamatan, mengangkut atau menarik benda yang dapat merintangi atau membahayakan pengguna jalan lain dan menggunakan jalur jalan kendaraan
bermotor jika telah disediakan jalur jalan khusus bagi kendaraan tidak bermotor, ketentuan ini diatur pada Pasal 122 huruf a, b, dan c.
c. Pelanggaran Terhadap Fungsi Jalan dan Rambu Lalu Lintas
Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu
lintas, alat penerangan jalan, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan
penyandang cacat dan fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan jalan seperti yang disebutkan pada Pasal 25
ayat 1.
C. Sanksi Hukuman Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas