16
2.4.1.b. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm. Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri
dari butiran yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga- rongga akibat ukuran yang besar, sehingga akan mengurangi
penggunaan semen atau penggunaan semen yang minimal. Menurut SK SNI S-04-1989-F Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A, agregat kasar harus memenuhi syarat berikut : Butirannya keras dan tidak berpori dengan indeks
kekerasan 5 Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca
Tidak mengandung lumpur lebih dari 1 Tidak boleh mengandung zat reaktif terhadap alkali
Butiran yang panjang dan pipih tidak boleh melebihi 20 Modulus kehalusan agregat berkisar pada 6-7,1 dengan
variasi butir sesuai standar gradasi Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 15
jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 13 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau berkas
tulangan.
2.4.2. Semen
S emen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan pengikat
agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen
menghasilkan sifat perkerasan pasta semen. Hal ini membuat semen
menjadi salah satu bahan yang paling penting dalam campuran beton. Selain itu semen adalah material dengan harga yang paling tinggi jika
dibandingkan dengan material lain, sehingga pemahaman tentang semen sangat dibutuhkan dalam pencampuran beton.
Universitas Sumatera Utara
17
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara
butiran agregat. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan senyawa kimia yang berbeda-beda. Secara
umum, Mulyono 2004 mengatakan bahwa semen merupakan campuran dari senyawa CaO kapur, SiO
3
silika, Al
2
O
3
alumina dan MgO magnesia serta sedikit alkali. Untuk mengatur waktu ikat semen biasanya
ditambahkan dengan CaSO
4
.2H
2
O gipsum. Semen pada umumnya dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Semen non-hidrolik yaitu semen yang tidak dapat mengikat dan
mengeras di dalam air, tetapi dapat mengeras jika berada di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
2. Semen hidrolik mempunyai kemampuan mengikat dan mengeras di
dalam air. Contoh semen hidrolik diantaranya kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, dan semen alumina.
Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu: 1.
Kehalusan Butir Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen. Secara
umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat mengurangi bleeding kelebihan air yang bersama dengan semen
bergerak ke permukaan adukan beton segar, akan tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah
terjadinya retak susut. 2.
Waktu ikatan Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sutu tahap
dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari
pencampuran semen dengan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal, dan pada waktu sampai
pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir. Pada semen portrland biasanya batasan waktu ikaran semen adalah :
Universitas Sumatera Utara
18
1. Waktu ikat awal 60 menit
2. Waktu ikat akhir 480 menit
Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton, yaitu waktu transportasi, pencetakan, pemadatan, dan perataan
permukaan. 3.
Panas hidrasi Silika dan alumina pada semen bereaksi dengan air menjadi media
perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini disebut hidrasi.
4. Pengembangan volume lechathelier
Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beton, karena itu pengembangan beton dibatasi sebesar ± 0,8 A.M Neville,
1995. Akibat perbesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan timbul retak-retak.
2.4.2.a. Semen Portland
Portland Cement PC atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen
menjadi pasta. Penemu semen Portland Cement adalah Joseph Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris. Dinamakan
semen Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam di Pulau Portland.
Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland
terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih
bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Pemakaian semen portland yang disebabkan oleh
kondisi tertentu yang dibutuhkan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan, membuat para ahli menciptakan berbagai jenis semen
portland, diantaranya sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
19
a. Semen Portland Tipe I, semen portland yang dalam
penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untuk bangunan-bangunan umum
yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Jenis ini paling banyak diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis
konstruksi. b.
Semen Portland Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas
hidras dengan tingkat sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air
kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif garam-garam sulfat.
c. Semen Portland Tipe III, semen portland yang memerlukan
kekuatan awal yang tinggi. Kekuatan 28 hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai ketika
acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus dapat cepat dipakai.
d. Semen Portland Tipe IV, semen portland yang penggunaannya
diperlukan panas hidrasi yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan dimana kecepatan dan jumlah panas yang
timbul harus minimum. Misalnya pada bangunan seperti bendungan gravitasi yang besar.
e. Semen Portland Tipe V, semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air
laut. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis
OPC Ordinary Portland Cement atau Tipe I, yaitu semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti
konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan,
landasan pacu dan jalan raya.
Universitas Sumatera Utara
20
2.4.3. Air