Umur Beton Tipe A “Water-Reducing Admixtures” Tipe B “Retarding Admixtures” Tipe C “Accelerating Admixtures”

14

2.2.8. Beton Mortar

Beton jenis ini merupakan beton yang dibuat dengan bahan dasar semen, pasir dan air. Campuran ketiga bahan ini memperkuat susunan partikel beton sehingga daya rekatnya lebih kuat.

2.2.9. Beton Pracetak

Jenis-jenis beton ini biasanya digunakan jika pekerjaan konstruksi yang dilakukan membutuhkan waktu yang sangat cepat. Kelebihannya adalah beton ini dapat dicetak di tempat lain lalu tinggal dipasang di tempat tujuannya. Namun kekurangannya daya rekat beton ini tidak sekuat pembuatan beton dengan cara konvensional.

2.2.10. Beton Prategang

Beton ini pada dasarnya sama dengan beton bertulang namun perbedaannya kawat baja yang dimasukkan ke dalam campuran beton ditegangkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar gaya tarik beton ini lebih kuat menahan beban berat.

2.3. Umur Beton

Beton memiliki waktu pengikatan sampai akhirnya struktur benar-benar menyatu. Semakin lama umur beton, maka semakin rekat ikatan antar agregat dan pasta semen. Menurut Mulyono 2004, Kuat tekan beton semakin lama semakin naik secara linear sampai umur 28 hari, setelah itu kuat tekan meningkat dengan proporsi yang kecil, maka dari itu secara umum umur beton yang optimal adalah 28 hari.

2.4. Bahan Penyusun Beton

2.4.1. Agregat

Agregat adalah material pada campuran beton yang tidak bereaksi, hanya diikat oleh pasta semen. Agregat merupakan material yang mempengaruhi kekuatan beton. Agregat biasanya berkisar antara 60-80 pada beton. Karena agregat merupakan material yang mempengaruhi kekuatan beton, maka agregat harus memiliki gradasi yang sesuai agar agregat tersebut mampu memasuki rongga-rongga di dalam beton Universitas Sumatera Utara 15 sehingga membuat beton semakin padat dan kuat.Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat buatan pecahan. Agregat alam dan pecahan ini pun dapat dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya gradasi, dan tekstur permukaannya. Selain mudah didapat, agregat tidak bisa sembarang diambil, tetapi harus memiliki hal-hal sebagai berikut : a. Kekuatan yang baik b. Tahan lama c. Tahan cuaca d. Permukaan bebas dari kotoran e. Tidak boleh terjadi reaksi kimia yang tidak dibutuhkan dengan semen Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus. 2.4.1.a. Agregat Halus Agregat halus merupakan material pengisi dalam campuran beton. Ukurannya bervariasi antara 4,75 mm sampai 0,15 mm saringan standar amerika ASTM. Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan 0,075 mm atau bahan – bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Menurut SK SNI S-04-1989-F Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, agregat halus harus memenuhi syarat berikut :  Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan 2,2  Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca  Tidak mengandung lumpur 5  Tidak mengandung zat organis yang terlampau banyak  Modulus kehalusan antara 1,5-3,8 dengan variasi butir sesuai standar gradasi  Agregat halus dari pantai dapat dipakai asalkan dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui. Universitas Sumatera Utara 16 2.4.1.b. Agregat Kasar Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm. Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari butiran yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga- rongga akibat ukuran yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau penggunaan semen yang minimal. Menurut SK SNI S-04-1989-F Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, agregat kasar harus memenuhi syarat berikut :  Butirannya keras dan tidak berpori dengan indeks kekerasan 5  Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca  Tidak mengandung lumpur lebih dari 1  Tidak boleh mengandung zat reaktif terhadap alkali  Butiran yang panjang dan pipih tidak boleh melebihi 20  Modulus kehalusan agregat berkisar pada 6-7,1 dengan variasi butir sesuai standar gradasi  Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 15 jarak terkecil antara bidang-bidang samping cetakan, 13 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau berkas tulangan.

2.4.2. Semen

S emen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Dengan proses waktu dan panas, reaksi kimia akibat campuran air dan semen menghasilkan sifat perkerasan pasta semen. Hal ini membuat semen menjadi salah satu bahan yang paling penting dalam campuran beton. Selain itu semen adalah material dengan harga yang paling tinggi jika dibandingkan dengan material lain, sehingga pemahaman tentang semen sangat dibutuhkan dalam pencampuran beton. Universitas Sumatera Utara 17 Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan senyawa kimia yang berbeda-beda. Secara umum, Mulyono 2004 mengatakan bahwa semen merupakan campuran dari senyawa CaO kapur, SiO 3 silika, Al 2 O 3 alumina dan MgO magnesia serta sedikit alkali. Untuk mengatur waktu ikat semen biasanya ditambahkan dengan CaSO 4 .2H 2 O gipsum. Semen pada umumnya dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Semen non-hidrolik yaitu semen yang tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, tetapi dapat mengeras jika berada di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur. 2. Semen hidrolik mempunyai kemampuan mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh semen hidrolik diantaranya kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak, semen alam, semen portland, dan semen alumina. Adapun sifat-sifat fisik semen yaitu: 1. Kehalusan Butir Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen. Secara umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat mengurangi bleeding kelebihan air yang bersama dengan semen bergerak ke permukaan adukan beton segar, akan tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. 2. Waktu ikatan Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sutu tahap dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu dari pencampuran semen dengan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut waktu ikat awal, dan pada waktu sampai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikat akhir. Pada semen portrland biasanya batasan waktu ikaran semen adalah : Universitas Sumatera Utara 18 1. Waktu ikat awal 60 menit 2. Waktu ikat akhir 480 menit Waktu ikatan awal yang cukup awal diperlukan untuk pekerjaan beton, yaitu waktu transportasi, pencetakan, pemadatan, dan perataan permukaan. 3. Panas hidrasi Silika dan alumina pada semen bereaksi dengan air menjadi media perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini disebut hidrasi. 4. Pengembangan volume lechathelier Pengembangan semen dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beton, karena itu pengembangan beton dibatasi sebesar ± 0,8 A.M Neville, 1995. Akibat perbesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan timbul retak-retak. 2.4.2.a. Semen Portland Portland Cement PC atau semen adalah bahan yang bertindak sebagai bahan pengikat agregat, jika dicampur dengan air semen menjadi pasta. Penemu semen Portland Cement adalah Joseph Aspdin di tahun 1824, seorang tukang batu kebangsaan Inggris. Dinamakan semen Portland, karena awalnya semen dihasilkan mempunyai warna serupa dengan tanah liat alam di Pulau Portland. Menurut SNI 15-2049-2004, Semen Portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Pemakaian semen portland yang disebabkan oleh kondisi tertentu yang dibutuhkan pada pelaksanaan konstruksi di lapangan, membuat para ahli menciptakan berbagai jenis semen portland, diantaranya sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 19 a. Semen Portland Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Jenis ini paling banyak diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi. b. Semen Portland Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidras dengan tingkat sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif garam-garam sulfat. c. Semen Portland Tipe III, semen portland yang memerlukan kekuatan awal yang tinggi. Kekuatan 28 hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai ketika acuan harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus dapat cepat dipakai. d. Semen Portland Tipe IV, semen portland yang penggunaannya diperlukan panas hidrasi yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul harus minimum. Misalnya pada bangunan seperti bendungan gravitasi yang besar. e. Semen Portland Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut. Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis OPC Ordinary Portland Cement atau Tipe I, yaitu semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti konstruksi bangunan yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya. Universitas Sumatera Utara 20

2.4.3. Air

Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air bereaksi dengan semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum. Menurut Tjokrodimulyo,2007, Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gram perliter 2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton asam, zat organik lebih dari 15 gram perliter 3. Tidak mengandung senyawa klorida Cl lebih dari 1 gram perliter 4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram perliter Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur antara semen dan agregat, sehingga air harus bebas dari bahan yang bersifat asam, basa dan minyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi air dalam pembuatan beton adalah sebagai berikut. 1. Ukuran agregat Semakin besar ukuran diameter maksimum agregat, maka semakin sedikit air dan mortar yang dibutuhkan. 2. Bentuk agregat Agregat batu pecah memiliki sudut-sudut memerlukan lebih banyak air dibandingkan dengan agregat dengan bentuk bulat. 3. Gradasi agregat Gradasi agregat yang baik ukuran agregat bervariasi membtuhkan air yang lebih sedikit dibandingkan dengan agregat dengan gradasi buruk ukuran agregat seragam. Universitas Sumatera Utara 21 4. Zat yang terkandung dalam agregat Semakin banyak zat kotoran seperti lanau, tanah liat, lumpur dan sebagainya membuat air yang dibutuhkan semakin banyak. 5. Perbandingan agregat kasar dengan agregat halus Semakin banyak agregat kasar, maka penggunaan air lebih sedikit, sedangkan apabila agregat kasar sedikit, maka penggunaan ait semakin banyak. Air yang digunakan untuk pencampuran pada penelitian ini adalah air PAM dari Laboratorium bahan konstruksi FT USU. Sedangkan untuk perawatan perendaman menggunakan air yang berada di bak perendaman Laboratorium bahan konstruksi FT USU.

2.5. Bahan Tambah

Menurut SK SNI S-18-1990-03, bahan tambah admixture adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. Fungsi bahan tambah ini adalah mengubah sifat-sifat beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya. Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat memperburuk sifat beton. Secara umum bahan tambah yang digunakan beton dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi chemical admixture dan bahan tambah yang bersifat mineral additive.

2.5.1. Bahan Tambah Kimia

Menurut ASTM C.494 dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989, jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pengerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam campuran beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya PB,1989 :12. Universitas Sumatera Utara 22

a. Tipe A “Water-Reducing Admixtures”

Water – Reducing Admixture digunakan antara lain dengan tidak mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau ratio factor air semen fas yang rendah. Atau dengan tidak merubah kadar semen yang digunakan dengan factor air semen yang tetap maka nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan dengan mengubah kadar semen tetapi tidak merubah fas dan slump. Pada kasus pertama dengan mengurangi fas secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya, karena dalam banyak kasus fas yang rendah meningkatkan kuat tekan beton. Pada kasus kedua, tingginya nilai slump yang didapat akan memudahkan penuangan adukan placing atau waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen yang kecil Marther, Bryant,1994

b. Tipe B “Retarding Admixtures”

Retarding Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton, misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau untuk memperpanjang waktu untuk pemadatan, untuk menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar saat pelaksanaan pengecoran.

c. Tipe C “Accelerating Admixtures”

Accelerating Admixture adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan hidrasi dan mempercepat pencapaian kekuatan awal beton. Accelerating Admixture yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Dosis maksimum adalah 2 dari berat semen yang digunakan. Secara umum, kelompok. Bahan tambah ini dibagi tiga kelompok yaitu : Larutan garam organic, Larutan campuran organic dan Material miscellaneous. Universitas Sumatera Utara 23

d. Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixtures”