Bahan Tambah Mineral additive Foaming Agent

24

g. Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”

Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya yang mengelola beton disebabkan keterbatasan ruang kerja.

2.5.2. Bahan Tambah Mineral additive

Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimasukkan untuk memperbaiki kinerja beton. Bahan tambah mineral ini cenderung bersifat penyemenan. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzolan, fly ash, slag, dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral ini antara lain Cain, 1994:500-508 : 1. Memperbaiki kinerja workability 2. Mengurangi panas hidrasi 3. Mengurangi biaya pekerjaan beton 4. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat 5. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika 6. Mempertinggi usia beton 7. Mempertinggi kekuatan tekan beton 8. Mempertinggi keawetan beton 9. Mengurangi penyusutan 10. Mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton Universitas Sumatera Utara 25

2.5.3. Foaming Agent

Foaming agent adalah bahan tambahan yang digunakan pada pencampuran beton untuk membuat campuran beton lebih mengembang dan memperbesar rongga udara di dalamnya sehingga beton menjadi lebih ringan. Penambahan bahan ini tidak boleh terlalu banyak, karena jika rongga udara yang terdapat di dalam beton terlalu besar atau banyak, maka kekuatan beton dapat menurun. Pada penelitian ini peneliti menggunakan foaming agent produk Meyco fix slf 20 dari BASF. 2.5.4. Fly Ash Fly ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap. Fly Ash berukuran 0,074-0,005 mm. Fly Ash adalah abu terbang yang diperoleh dari pembakaran batubara dengan suhu 1600 o C yang memiliki kandungan komponen silika sebesar 72,2 menurut pengujian dari balai riset dan standarisasi industri Medan. Karena sifatnya menyerupai semen sehingga dapat berfungsi sebagai bahan perekat dan dapat mengurangi penggunaan semen. Menurut ASTM C618 fly ash dibagi menjadi dua kelas yaitu fly ash kelas F dan kelas C. Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut adalah banyaknya kalsium, silika, aluminium dan kadar besi di fly ash tersebut. Walaupun kelas F dan kelas C sangat ketat ditandai untuk digunakan fly ash yang memenuhi spesifikasi ASTM C618, namun istilah ini lebih umum digunakan berdasarkan asal produksi batubara atau kadar CaO. Fly ash kelas F merupakan fly ash yang diproduksi dari pembakaran batubara anthracite atau bituminous, mempunyai sifat pozzolanic dan untuk mendapatkan sifat cementitious harus diberi penambahan quick lime, hydrated lime, atau semen. Fly ash kelas F ini memiliki kadar kapur yang rendah CaO 10. Fly ash kelas C diproduksi dari pembakaran batubara lignite atau sub-bituminous selain Universitas Sumatera Utara 26 mempunyai sifat pozolanic juga mempunyai sifat self-cementing kemampuan untuk mengeras dan menambah kuat apabila bereaksi dengan air dan sifat ini timbul tanpa penambahan kapur. Fly ash kelas C ini mengandung kapur lebih besar dari fly ash kelas F CaO 20. Sehingga fly ash dari PT. SOCI MAS yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan kedalam fly ash kelas F, karena kadar kapur dalam fly ash ini sebesar 4,79 CaO 10. Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat rendah. China memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini sendiri, kalau tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan. Karenanya dapat dikatakan, pemanfaatan abu terbang akan mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan lingkungan, yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan sisa ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen Portland dalam pembuatan beton. Pada penelitian ini, fly ash yang digunakan bersal dari PT.SOCI MAS. Gambar 2.1 Skema mendapatkan fly ash Universitas Sumatera Utara 27 ElectroStatic Precipitator ESP adalah salah satu alternatif penangkap debu dengan effisiensi tinggi mencapai diatas 90 dan rentang partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan electro static precipitator ESP ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16 efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84. Air Heater merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang digunakan untuk menghembusatau meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. ID Fans Induced Draft Fan merupakan alat dari boiler yang berfungsi sebagai penghisap asap yang dikeluarkan dari ruang pembakaran. Gambar 2.2 Fly Ash Universitas Sumatera Utara 28 Dari hasil pengujian di laboratorium karakteristik Fly Ash mengandung unsur: Tabel 2.4. Unsur yang terkandung dalam Fly ash No Parameter Satuan Hasil Metode 1 Silika sebagai SiO 2 72,2 Gravimetri 2 Aluminium sebagai Al 2 O 3 18,8 Perhitungan 3 Besi sebagai Fe 2 O 3 0,79 A A S 4 Kalsium sebagai CaO 4,79 Tritimetri 5 Magnesium sebagai MgO 3,50 Gravimetri 6 Sodium sebagai Na 2 O 0,03 A A S 7 Potasium sebagai K 2 O 0,04 A A S 8 Fosfor sebagai P 2 O 5 0,19 Spektrofotometri 9 Sulfur S 2,12 Gravimetri 10 Mangan mgKg 81,8 A A S Sumber : Laboratorium Penguji, Balai riset dan standarisasi industri Medan

2.5.5. Bottom Ash