Tabel 2.4 Tabel Nilai ∆ Kritis Smirnov-Kolmogrov Kamiana, 2011
N derajat kepercayaan
0,20 0,10
0,05 0,01
5 0,45
0,51 0,56
0,67 10
0,32 0,37
0,41 0,49
15 0,27
0,30 0,34
0,40 20
0,23 0,26
0,29 0,36
25 0,21
0,24 0,27
0,32 30
0,19 0,22
0,24 0,29
35 0,18
0,20 0,23
0,27 40
0,17 0,19
0,21 0,25
45 0,16
0,18 0,20
0,24 50
0,15 0,17
0,19 0,23
N 50
2.4.4 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, Lubis 1992. Dalam penelitian ini
Universitas Sumatera Utara
intensitas hujan diturunkan dari data curah hujan harian. Menurut Lubis 1992
intensitas hujan mmjam dapat diturunkan dari data curah hujan harian mm empirik
menggunakan metode mononobe sebagai berikut:
=
2.14 di mana: I = Intensitas curah hujan mmjam.
t = Lamanya curah hujan jam. R
24
= Curah hujan maksimum dalam 24 jam mm.
2.4.5 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ketempat keluar DAS Titik Kontrol
setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Salah satu rumus untuk memperkirakan waktu konsentrasi t
c
adalah rumus yang dikembangkan oleh Kirpich 1940, yang dapat ditulis sebagai berikut:
Tc = 0.00025 L√S
0.8
2.15 di mana: L = Panjang saluran utama dari hulu sampai penguras dalam km.
S = Kemiringan rata-rata saluran utama dalam mm. Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakan menjadi dua
komponen, yaitu: 1. Inlet time t
yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan sampai saluran terdekat.
2. Conduit time t
d
yakni waktu perjalanan dari pertama masuk sampai titik keluaran.
Universitas Sumatera Utara
t
c
= t + t
d
2.16 di mana: t
= 23 x 3,28 x L
s
x n menit. t
d
= L
s
60 V menit. n = Angka kekasaran Manning.
L
s
= Panjang lintasan aliran di dalam saluransungai m.
2.3.6 Koefisien Limpasan
Nilai koefisien limpasan ataupun koefisien pengaliran sangat berpengaruh terhadap debit banjir. Limpasan air hujan yang langsung mengalir di atas permukaan
suatu lahan dapat memberikan aliran yang cepat maupun lambat pada saat menuju suatu saluran drainase dan yang nantinya menuju ke saluran primer atau sungai, hal ini
tergantung dari tata guna lahan yang telah terjadi disekitar saluran tersebut. Nilai koefisien ini juga dapat digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari suatu DAS
Daerah Aliran Sungai yang artinya memiliki kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief 2005 yang menyatakan bahwa angka
koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 – 1, nilai C = 0 menunjukkan bahwa
semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah dan sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan run off.
Perubahan tata guna lahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu DAS.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Nilai Koefisien Limpasan
Sumber: SNI 03-2415—1991
2.5 Debit Banjir 2.5.1 Debit Banjir
Daerah dataran banjir diprediksi berdasarkan debit banjir dengan kala ulang tertentu. Debit banjir dengan kala ulang 100 tahun Q
100
bermakna banjir yang memiliki probabilitas kejadian 0.01 dalam setahun yang akan menggenangi daerah dataran banjir.
Daerah dataran banjir Q
100
tentu jauh lebih besar dari daerah dataran banjir Q
10
. Jenis Daerah
Koefisien Limpasan
Daerah Perdagangan Kota
0.70-0.95 Sekitar Kota
0.50-0.70 Daerah Pemukiman
Satu Rumah 0.30-0.50
Banyak Rumah, terpisah 0.40-0.50
Banyak Rumah, rapat 0.60-0.75
Pemukiman, pinggiran kota 0.25-0.40
Apartemen 0.50-0.70
Daerah Industry Ringan
0.50-0.80 Padat
0.60-0.90 Lapangan, kuburan dan sejenisnya
0.10-0.25 Halaman, jalan kereta api dan sejenisnya
0.20-0.35 Lahan tidak terpelihara
0.10-0.30
Universitas Sumatera Utara