Kemudian data-data di atas diinput ke dalam rumus metode Rata-rata Aljabar.
n R
n R
R R
R
n i
= +
+ =
3 2
1
dimana: Ri = Curah Hujan Maksimum tiap stasiun mm. n
= Jumlah data Stasiun.
Dengan metode Rata-rata Aljabar maka diperoleh curah hujan regional maksimum
yang dijelaskan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Perhitungan Curah Hujan Regional Harian Maksimum DAS Belawan Tahun
Curah Hujan Harian Maksimum RH
max
mm
RH
max
mm
Belawan Bulu Cina
Pancur Batu
mm mm
mm
1 2005
143 102
190 145.00
2 2006
396 71
159 208.67
3 2007
103 65
219 129.00
4 2008
190 75
83 116.00
5 2009
96 122
87 101.67
6 2010
258 119
107 161.33
7 2011
372 92
108 190.67
8 2012
321 102
134 185.67
9 2013
140 65
118 107.7
10 2014
91 65
96 84.00
Sumber hasil perhitungan
4.2 Perhitungan Koefisien Pengaliran DAS Belawan
Koefisien aliran yang biasa dilambangkan dengan C merupakan dalam upaya mengendalikan banjir, Suripin 2004 mengemukakan faktor utama yang mempengaruhi
nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas hujan. Koefisien ini juga tergantung pada sifat
Universitas Sumatera Utara
dan kondisi tanah. Pengauh koefesien pengalian pada tata guna lahan yang terjadi secara langsung mempengaruhi debit puncak yang terjadi pada suatu DAS.
Tabel 4.6 Zona Tata Guna Lahan DAS Belawan No Zona Penggunaan Lahan
Luasan Area ha 1
Air empang 15.46
2 Air rawa
1273.87 3
Air tawar sungai 1298.93
4 Hutan rimba
4279.09 5
Pasirbukit pasir laut 23.99
6 Perkebunankebun
3845.88 7
Permukiman dan tempat kegiatan 1970.32
8 Sawah
7396.18 9
Semak belukaralang-alang 6665.57
10
Tegalanlading 14993.71
Total 41763
Sumber Peta RBI Medan
Gambar 4.2 Rencana Tata Ruang Kota Medan PEMPROVSU, 2010
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Nilai Koefisien Pengaliran DAS Belawan
Zona Penggunaan Lahan Koefisien
Limpasan © Luasan
Area ha C x A
Air empang 0.2
15.46 3.09
Air rawa 0.15
1273.87 191.08
Air tawar sungai 0.15
1298.93 194.84
Hutan rimba 0.15
4279.09 641.86
Pasirbukit pasir laut 0.15
23.99 3.60
Perkebunankebun 0.4
3845.88 1538.35
Permukiman dan tempat kegiatan 0.9
1970.32 1773.29
Sawah 0.15
7396.18 1109.43
Semak belukaralang-alang 0.2
6665.57 1333.11
Tegalanlading 0.2
14993.71 2998.74
Total 2.65
41763 9787.40
Sumber hasil perhitungan C
rerata
=
.
= 0,234
Dari hasil perhitungan di atas maka nilai koefisien limpasan 0.24 ini dapat diartikan bahwa air hujan yang turun akan melimpas ke permukaan dan mengalir menuju
daerah hilir yang dijelaskan pada Tabel 4.7. Nilai koefisien ini juga dapat digunakan untuk menentukan kondisi fisik dari DAS Belawan yang artinya memiliki kondisi fisik
yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief 2005, yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu indikator
untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 – 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terinterepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah dan
sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan run off.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Kala Ulang DAS Belawan