Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal.

10 berkala dapat memperlihatkan kemajuan di masyarakat. Masyarakat dengan AKP yang tinggi juga memiliki AKI yang tinggi karena keduanya merefleksikan kondisi hidup yang buruk dan kurang memadainya pelayanan kesehatan yang diberikan WHO, 2001.

2.2 Faktor Risiko Terjadinya Kematian Perinatal.

Banyak faktor yang terkait dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu kematian bayi endogen dan kematian bayi eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian eksogen atau kematian post neonatal adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar Utomo, 1988. Dimana dengan semakin meningkatnya usia bayi, penyebab endogen utamanya berperan pada kematian bayi usia di bawah satu bulan neonatal. Sedangkan penyebab eksogen bertanggung jawab pada sebagian kecil kematian neonatal dan hampir semua kematian bayi usia di atas satu bulan post-neonatal. Mosley and Chen 1988 menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi dan budaya mempengaruhi kelangsungan hidup anak melalui berbagai faktor. Faktor faktor tersebut antara lain adalah faktor ibu, faktor lingkungan, kekurangan gizi, Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 11 trauma dan upaya pencegahan dari individu itu sendiri. Faktor ibu adalah termasuk umur ibu, paritas dan jarak kehamilan, faktor lingkungan yaitu berhubungan dengan media penyebaran penyebab penyakit seperti udara, air, makanan, kulit, tanah, serangga dll. Kekurangan gizi yaitu kekurangan kalori, protein dan kekurangan vitamin dan mineral, sedangkan faktor upaya pencegahan penyakit individu yaitu termasuk imunisasi dan pengobatan Singarimbun, 1988. Masalah kesehatan neonatal tidak dapat dilepaskan dari masalah kesehatan perinatal dimana proses kehamilan, dan persalinan memegang faktor yang amat penting. Faktor risiko adalah kondisi pada ibu hamil yang dapat menyebabkan kemungkinan risiko atau bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan ibu dan bayinya. Adapun ciri-ciri faktor risiko adalah 1 Faktor risikomasalah mempunyai hubungan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi tertentu pada persalinan, 2 Faktor risiko dapat ditemukan dan diamatidipantau selama kehamilan sebelum peristiwa yang diperkirakan terjadi, 3 beberapa faktor risiko pada seorang ibu hamil dapat merupakan suatu mata rantai dalam proses terjadinya komplikasi pada persalinan Rochjati, 2003. 1. Umur ibu Umur berhubungan terhadap proses reproduksi, umur ibu yang dianggap optimal untuk kehamilan adalah antara 20 sampai 30 tahun. Sedangkan dibawah atau Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 12 diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan Martaadisoebrata, 2005. Umur ibu 20 tahun belum cukup matang dalam menghadapi kehidupan sehingga belum siap secara fisik dan mental dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Pada umur tersebut rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik hingga perlu diwaspadai kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan atau gangguan lain kerena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang tua. Sebaliknya jika umur ibu 35 tahun cenderung mengalami perdarahan, hipertensi, obesitas, diabetes, myoma uteri, persalinan lama dan penyakit-penyakit lainnya Depkes RI, 2001. Pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan perkembangan dari organ- organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan memhubungani kehidupan janin dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu Jumiarni, 1993. Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya Draper, 2001. 2. Paritas Paritas merupakan jumlah persalinan yang dialami oleh ibu. Paritas terdiri atas 3 kelompok yaitu: 1 Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 13 paritas, 2 Golongan multipara adalah golongan ibu dengan paritas 2-6 dan 3 Golongan grande multipara adalah golongan ibu dengan paritas 6. Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat. Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko yang tinggi. Grande multi para adalah istilah yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan kelima atau lebih. Kehamilan pada kelompok ini sering disertai penyulit, seperti kelainan letak, perdarahan ante partus, perdarahan post partum dan lain-lain Martaadisoebrata, 2005. Grande multipara kemunduran daya lentur elastisitas jaringan yang sudah berulang kali direnggangkan oleh kehamilan membatasi kemampuan berkerut untuk menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Disamping itu banyak pula dijumpai tidak cukupnya tenaga untuk mengeluarkan janin yang disebut dengan merits uteri. Keadaan ini akan lebih buruk lagi pada kasus dengan jarak kehamilan yang singkat. 3. Jarak Antar Kelahiran Risiko terhadap kematian ibu dan anak meningkat jika jarak antara dua kehamilan 2 tahun atau 4 tahun. Jarak kehamilan yang aman ialah antara 2-4 tahun. Jarak antara dua kehamilan yang 2 tahun berarti tubuh ibu belum kembali ke keadaan normal akibat kehamilan sebelumnya sehingga tubuh ibu akan memikul beban yang lebih berat. Jarak kelahiran anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena adanya kemungkinan pertumbuhan janin yang kurang baik, Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 14 mengalami persalinan yang lama atau perdarahan. Sebaliknya jika jarak kehamilan antara dua kehamilan 4 tahun, disamping usia ibu yang sudah bertambah juga mengakibatkan persalinan berlangsung seperti kehamilan dan persalinan pertama Depkes RI, 2002. Anak yang memiliki jarak kelahiran terlalu dekat 2 tahun atau kurang, akan beresiko terhadap kematian neonatal sebesar 4.4 kali dibandingkan dengan jarak kelahiran lebih dari dua tahun Iswarati, 2007. 4. Riwayat Kesehatan Ibu Kesehatan dan pertumbuhan janin dihubungani oleh kesehatan ibu. Bila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun terancam Depkes RI, 2001. Penyakit yang diderita oleh ibu selama kehamilan terbagi dua, yaitu Penyakit akibat komplikasi yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan, yang terdiri dari: a Diabetes Mellitus; Diabetes mellitus pada ibu dapat menyebabkan bayi mengalami berat badan lahir lebih besar melebihi usia kehamilan karena kadar gula darah dalam tubuh iubu sangat tinggi sehingga memhubungani pertumbuhan janin. Diabetes mellitus pada bayi mengakibatkan hipoglikemia karena ketika di dalam tubuh ibu, janin menyesuaikan jumlah insulin dengan tubuh ibunya tetapi setelah lahir jumlah insulin Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 15 yang telah terbentuk tidak sesuai dengan kadar gula darah dengan tubuh bayi Jumiarni, 1994 b Anemia Anemia atau kurang darah adalah rendahnya kadar hemoglobin Hb dalam sel-sel darah merah,yaitu kurang dari 11gr. Prevalensi anemia pada ibu hamil pada tahun 1995 adalah 51,3 SKRT 1995. Anemia dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun otaknya. Anemia dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal meningkat. Kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah anemia secara luas telah dilaksanakan bagi semua ibu hamil berupa pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama masa kehamilan dan bagi ibu hamil yang menderita anemia Hb 11 gr diberikan pengobatan khusus di puskesmas atau rumah sakit Depkes RI, 2002. Tanda tanda ibu menderita anemia seperti perasaan lesu, sering mengantuk, selaput bagian dalam kelopak mata, bibir dan kuku pucat serta penglihatan berkunang-kunang Depkes RI, 2001. Jika wanita hamil mengidap anemia, pengaruhnyanya dapat terjadi di awal kehamilan, yaitu terhadap hasil pembuahan janin, plasenta, darah. Hasil pembuahan membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk membentuk butir-butir darah merah dan pertumbuhan embrio.pada bulan ke-5 dan ke-6 janin membutuhkan zat besi yang semakin besar. Jika kandungan zat besi ibu kurang maka terjadinya Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 16 abortus, kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir premature serta cacat bawaan tidak dapat dihindari Huliana, 2001. Masalah ditemui adalah rendahnya cakupan pemberian tablet Fe yaitu sekitar 64,4 pada tahun 1998,hal ini di sebabkan tidak mencukupinya persediaan tablet Fe saat pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang saat ini dilakukan adalah mengganti Fe dengan multivitamin dan pemberian tablet Fe pada remaja putri sejak usia sekolah menengah Depkes RI, 2002. Kehilangan fisilogis basal dari tubuh melalui kulit dan alat pencernaan diperkirakan 14mikrogram kilogram berat badan perhari atau sekitar 0,8 miligram bagi wanita dewasa yang berat badannya 55 kilogram. Wanita selain kehilangan zat besi melalui fisologis basal juag terjadi kehilangan zat besi melalui proses menstruasi. Jumlah zat besi yang hilang meliputi 95 wanita menstruasi adalah 1,6 miligram perhari Martianto, 1992. Wanita yang berat badannya 55 kilogram memerlukan tambahan zat besi untuk pembentukan hemoglobin sejumlah 500 miligram,untuk pembentukan janin 290 miligram dan untuk plasenta 25 miligram serta untuk darah yang keluar pada saat melahirkan diperkirakan total kebutuhan zat besi wanita hamil selama 9 bulan 1000 miligram Martianto, 1992. Penyakit akibat komplikasi langsung dengan kehamilan, terdiri dari: a Preeklamsia dan eklamsia Preeklamsia adalah suatu sindroma yang dijumpai pada ibu hamil diatas 20 minggu yang ditandai dengan hipertensi atau proteinuria dengan atau tanpa edema. Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 17 Disebut hipertensi bila tekanan darah ≥ 14090 mmHg atau terjadi kenaikan tekanan systolic ≥ 30 mmHg atau kenaikan tekanan diastolic ≥ 15 mmHg dari ukuran tekanan darah normal. Guna menentukan Preeklamsia maka pengukuran tekanan darah harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval waktu 6 jam atau lebih guna keakuratan hasil pemeriksaan tekanan darah yang diperoleh Tanjung, 2004. Preeklamsia dan eklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan. Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan pada organ ibu yang mengalami preeklamsia dan eklamsia yaitu terjadinya aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin karena kekurangan oksigen Mochtar, 1995. Apabila dijumpai tekanan darah ≥14090 mmHg setelah kehamilan 20 minggu ini dinamakan preeklamsia sedangkan jika dijumpai kejang-kejang pada penderita preeklamsi dan sampai koma ini dinamakan eklamsia Roeshadi, 2006. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia berisiko tinggi mengalami keguguran, gagal ginjal akut, pendarahan otak, pembekuan darah intravaskular, pembengkakan paru-paru, kolaps pada system pembuluh darah, dan eklampsia , yaitu gangguan tahap lanjutan yang ditandai dengan serangan toxemia yang bisa berakibat sangat serius bagi ibu dan bayinya. Pada bayi, preeklampsia dapat mencegah plasenta jalur penyaluran udara dan makanan untuk janin mendapat asupan darah yang cukup, sehingga bayi bisa kekurangan oksigen hypoxia dan makanan. Hal ini dapat menimbulkan rendahnya Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 18 bobot tubuh bayi ketika lahir dan juga menimbulkan masalah lain pada bayi, seperti kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran perinatal death . Tetapi banyak wanita penderita preeklampsia tetap melahirkan bayi yang sehat. Hal ini karena preeklampsia dapat dideteksi lebih awal apabila calon ibu rajin merawat kehamilannya. Berdasarkan penelitian di 6 negara yaitu Argentina, Egypt, India, Peru, South Africa and Vietnam pada tahun 2001–2003 memperlihatkan bahwa angka kelahiran mati 12,5 per 1000 kelahiran dan angka kematian neonatal dini adalah 9,0 per 1000 kelahiran pada kejadian preeklamsi dan eklamsi Ngoc, 2006. b Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta. Perdarahan yang terjadi pada ibu hamil sebelum proses persalinan, dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti placenta previa, solusio plasenta dan lain-lain Wiknjosatro, 2007. c Ketuban Pecah Dini Ketuban Pecah Dini adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah sebelum terjadinya persalinan, yang disebabkan oleh kurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri. Ketuban pecah dini berkaitan dengan penyulit Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009 19 kelahiran, prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis. Pecahnya selaput ketuban jauh sebelum aterm merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal Wiknjosastro, 2007. 5. Riwayat Persalinan Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan perdarahan, abortus, partus prematuritas, kematian janin dalam kandungan, preeklamsiaeklamsia, Ketuban Pecah Dini KPD, kehamilan muda, kelainan letak pada hamil tua, hamil dengan tumor myoma atau kista ovari serta semua persalinan tidak normal yang pernah dialami ibu merupakan risiko tinggi untuk persalinan berikutnya. Keadaan-keadaan tersebut perlu diwaspadai karena kemungkinan ibu akan mendapatkan kesulitan dalam kehamilan dan saat akan melahirkan Princus, 1998.

2.3 Faktor Pelayanan Kesehatan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP) dalam Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi ( AKB) di Kabupaten Langkat tahun 2014

7 116 122

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014

12 122 232

Faktor-Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kematian Perinatal Di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2003

0 39 80

Hubungan Karakteristik Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Manajemen Laktasi Pada Pelayanan Perinatal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Mutia Sari Kabupaten Bengkalis Tahun 2007

0 41 88

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DAN TENAGA NON KESEHATAN DENGAN ANGKA KEMATIAN IBU DI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK BULAN AGUSTUS 2007 – JULI 2008

0 6 2

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kematian Perinatal di Wilayah Kerja Puskesmas Pulokulon II Kabupaten Grobogan Tahun 2009

0 5 81

ANALISIS FAKTOR IBU DAN BAYI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN BATANG TAHUN 2010

0 8 139

pengaruh keterjangkauan pelayanan kesehatan kebidanan di kota padang pada tingkat pelayanan dasar yang didapatkan ibu terhadap kejadian kematian ibu selama tahun 2008.

0 0 6

Dampak Gerakan Sayang Ibu Terhadap Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal Di Kabupaten Manokwari Irian Jaya Barat Periode 2004 - 2007.

1 0 30

HUBUNGAN KUALITAS PENGELOLAAN PEMANTAUAN WILAYAH SETEMPAT KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN ANGKA KEMATIAN IBU DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2009 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 5