43 kematian perinatal dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat persalinan. Hasil
penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Riwayat Persalinan dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Riwayat Persalinan
Kasus Kontrol
X
2
PValue OR
CI 95 n
N
Risiko 35
58,3 8
13,3 24,500
9,100 Tidak risiko
25 41,7
52 86,7
0,000 3,684-22,475
Total 60
100.0 60
100.0
4.3.6 Hubungan Kunjungan Antenatal Care dengan Kematian Perinatal
Hubungan kunjungan antenatal care dengan kematian perinatal menunjukkan bahwa pada kelompok kasus kunjungan antenatal care yang tidak lengkap sebesar 53
responden 88,3 dan 7 responden 11,7 kunjungan antenatal care lengkap, ini menunjukkan bahwa pada kelompok kasus mayoritas responden dengan kunjungan
antenatal care yang tidak lengkap K1 dan K44 sedangkan pada kelompok kontrol kunjungan antenatal care yang tidak lengkap sebanyak 26 responden 43,3 dan 34
responden 56,7 kunjungan antenatal care lengkap. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X
2
=25,045 dan p Value adalah
0,000 yang berarti nilai p Value 0,05 menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara kunjungan antenatal care dengan kematian perinatal, nilai OR = 9,901, artinya ibu yang melakukan kunjungan antenatal care tidak lengkap K1 dan K44
mempunyai risiko 9,901 kali untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
44 dengan ibu yang melakukan kunjungan antenatal care lengkap K1 dan K4
≥4. Hasil penelitian dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Kunjungan Antenatal Care dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Kunjungan Antenatal care Kasus
Kontrol X
2
p Value OR
CI 95 N
N
Tidak Lengkap K1 dan K4 4 53
88,3 26 43,3
25,045 0,000
9,901 3,871-
25,325 Lengkap K1dan K4
≥4 7
11,7 34 56,7
Total 60
100.0 60
100.0
4.3.7 Hubungan penolong persalinan terhadap kematian perinatal
Hubungan penolong persalinan terhadap kematian perinatal menunjukkan bahwa kelompok kasus penolong persalinan bukan petugas kesehatan sebanyak 1
responden 1,7 dan penolong persalinan petugas kesehatan sebanyak 59 responden 98,3 sedangkan pada kelompok kontrol seluruh persalinan yaitu 60 responden
100 dilakukan oleh petugas kesehatan. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai X
2
=0,000 dan p Value adalah
1,000 yang berarti nilai p Value 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penolong persalinan dengan kematian perinatal. Hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Pidie Tahun 2008
Penolong Persalinan Kasus
Kontrol X
2
p Value OR
CI 95 n
n
Bukan Petugas Kesehatan 1
1,7 0,000
1,000 2,017
1,683-2,418 Petugas Kesehatan
59 98,3
60 10,00
Total 60
100.0 60
100.0
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
45
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Faktor Ibu dengan Kematian Perinatal 5.1.1 Umur
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia 20 tahun dan 35
tahun dapat menyebabkan kematian perinatal karena pada kehamilan diusia 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil dan mentalnya belum
matang menghadapi kehamilan dan persalinan. Sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang sering menimpa diusia ini. Proporsi ibu pada kelompok umur berisiko 20 tahun atau 35 tahun yang
mengalami kematian perinatal yaitu 47 responden 78,3 sedangkan kelompok umur tidak risiko 20-30 tahun yang mengalami kematian perinatal yaitu 13
responden 21,7. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kematian perinatal sig=0,019, nilai OR = 2,765,
artinya ibu pada kelompok umur 20 atau 35 tahun mempunyai risiko 2,765 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu pada kelompok umur 20-35 tahun.
Sesuai dengan penelitian Rahmawati 2007 bahwa kesehatan reproduksi yang harus menghindari 4 terlalu dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia
ibu, yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia dibawah 20 tahun. Risiko yang mungkin dapat terjadi jika hamil usia dibawah 20 tahun antara lain keguguran,
45
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009