Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014

(1)

TESIS

Oleh FARIDAH 127032056/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THESIS

By FARIDAH 127032056/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh FARIDAH 127032056/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

NIFAS DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Faridah

Nomor Induk Mahasiswa : 127032056

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 18 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si


(6)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DIMULAI DARI MASA

KEHAMILAN SAMPAI DENGAN MASA NIFAS DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

Faridah 127032056/IKM


(7)

ABSTRAK

Provinsi Aceh menggunakan buku KIA dalam pelayanan antenatal sejak tahun 1997. Cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 8.629 orang atau 83,21%, dan kunjungan (K4) sebesar 6.966 orang atau 70,10% dari jumlah sasaran sebesar 9.973 orang. Salah satu faktor masih rendahnya kunjungan K1 dan K4 karena ibu hamil tidak memanfaatkan buku KIA, sedangkan faktor-faktor yang diduga memengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu pendidikan, minat membaca, persepsi terhadap buku KIA, dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dan keinginan untuk sehat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei observasional dengan metode pengumpulan data melalui pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pidie. Populasi penelitian sebanyak 8.320 orang dan sampel diperoleh sebanyak 181 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian dengan menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie yaitu minat membaca (p=0,001), dan persepsi tentang buku KIA (p=0,028). Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu pendidikan (p=0,978), dukungan keluarga (p=0,910), dukungan tokoh masyarakat (p=0,996), dan keinginan untuk sehat (p=0,992). Minat membaca merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai masa nifas, ibu dengan minat membaca tinggi akan memanfaatkan buku KIA lebih baik dibandingkan ibu dengan minat membaca rendah.

Disarankan pada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang buku KIA kepada ibu hamil sampai masa nifas sehingga lebih banyak atau semua ibu memanfaatkan buku KIA dengan baik pula.


(8)

ABSTRACT

Province of Aceh uses the KIA book in antenatal service since 1997. Visit rate of pregnant woman (K1) is 8.629 persons or 83.21% and visiting (K4) is 6.966 persons or 70.10% of the target number is 9.973 persons. One of factors causes the lower of visiting K1 and K4 is caused by the pregnant woman did not use the KIA book, while factors assumed influence the using of KIA book is education, reading interest, perception of KIA book, family support, society figure support, and desires for health.

This research is a observational survey by cross sectional approach. This research was conducted in regency of Pidie. The population of research is 8.320 ersons and sample is 181 persons. The data used is primary data and secondary data. The data was analyzed by multivariat analysis by multi linier regression test.

The result of research indicates that variables influence the using of KIA boo since the pregnancy up to puerperium in regency of Pidie is reading interest (p=0.000), and perception (p=0.028). While variables has not influence are education (p=0.978), family support (p=0.910), society figure support (p=0.996), and health desire (p=0.992). The reading interest is a variable with the higher influence to the using of KIA book since the pregnant age up to puerperium, the mother with the higher reading interest will use KIA book better than mother with the lower reading interest.

It is suggested to the health operator to provide the pregnant woman with health extension and education about KIA book up to the puerperium so more of mother will use KIA book.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul: “Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014.”

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, selaku Pembimbing I yang penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Pembimbing II dengan ketulusannya memberikan arahan, bimbingan dan nasehat kepada penulis.


(10)

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si dan Drs.Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Tim Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. drg. Mohd. Riza Faisal, MARS, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

9. Orang tua (Alm. Benpeukan Hasan dan Hj. Syaribanun Daud), dan suami (H. Hanafiah, S.Pd), serta anak-anak tercinta (Emma Yulia, Sri Mulyana, Muhammad Hafiz) yang selalu memberikan semangat dan motivasi pada penulis terutama dalam penyusunan tesis ini.

10.Seluruh teman-teman mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi Kesehatan Reproduksi yang telah menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, September 2014 Penulis

Faridah 127032056/IKM


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Faridah berumur 46 tahun dilahirkan di Sigli pada tanggal 18 September 1968. Penulis beragama Islam, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan (Alm) Benpeukan Hasan dan Hj. Syaribanun Daud. Penulis menikah pada tahun 1990 dengan H. Hanafiah, SPd dan dikaruniai tiga orang anak, dua putri dan satu putra.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri I Beurenuen Kabupaten Pidie, tamat tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Beurenuen Kabupaten Pidie tamat tahun 1983, Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Depkes RI Banda Aceh tamat tahun 1987. Selanjutnya penulis ditugaskan sebagai tenaga bakti ± 1 tahun di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie, kemudian menjadi PNS pada tahun 1988. Penulis melanjutkan pendidikan ke Program Pendidikan Bidan (D1 Kebidanan) di Sigli Kabupaten Pidie, tamat tahun 1992. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Program Studi D-III Kebidanan di Banda Aceh tamat tahun 2000. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Pembangunan Bangsa Jurusan Manajemen di Banda Aceh, tamat tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Universitas Abulyatama Banda Aceh tamat tahun 2008. Pada tahun 2012-2014 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada tahun 2002-2011, penulis bekerja sebagai Kasie Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 12

1.3.Tujuan Penelitian ... 13

1.4.Hipotesis Penelitian ... 14

1.5.Manfaat Penelitian ... 14

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1. Konsep Ibu Hamil sampai Nifas ... 16

2.1.1. Ibu Hamil ... 16

2.1.2. Persalinan ... 17

2.1.3. Masa Post Partum ... 20

2.2. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ... 23

2.3. Perubahan Perilaku Individu ... 30

2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Mulai dari Masa Kehamilan sampai dengan Masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 33

2.4.1. Pemanfaatan Buku KIA ... 33

2.4.2. Komponen Predisposisi (Predisposing) ... 38

2.4.3. Komponen Pemungkin (Enabling) ... 44

2.4.4. Komponen Kebutuhan (Need) ... 46

2.5. Model Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan... 49

2.6. Kerangka Teoritis ... 53

2.7. Kerangka Konsep ... 55

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 56

3.1. Jenis Penelitian ... 56

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56


(13)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 56

3.3. Populasi dan Sampel ... 57

3.3.1. Populasi ... 57

3.3.2. Sampel ... 57

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 59

3.4.1. Data Primer ... 59

3.4.2. Data Sekunder ... 60

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 69

3.5.1. Variabel Dependen ... 69

3.5.2. Variabel Independen ... 69

3.6. Metode Pengukuran ... 70

3.6.1. Variabel Dependen ... 70

3.6.2. Variabel Independen ... 70

3.7. Metode Analisis Data ... 72

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 74

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 74

4.1.1. Gambaran Wilayah... 74

4.1.2. Deskripsi Data Pelayanan Antenatal ... 76

4.2. Karakteristik Responden ... 79

4.3. Minat Membaca ... 80

4.4. Persepsi ... 84

4.5. Dukungan Keluarga ... 87

4.6. Dukungan Tokoh Masyarakat ... 89

4.7. Keinginan untuk Sehat ... 92

4.8. Pemanfaatan Buku KIA ... 95

4.9. Uji Regresi Linier Berganda ... 104

4.9.1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R) ... 104

4.9.2. Uji Serempak/Simultan (Uji F) ... 106

4.9.3. Uji Parsial (Uji t) ... 107

4.9.4. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 108

BAB 5. PEMBAHASAN ... 110

5.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 110

5.2. Pengaruh Minat Membaca terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 111

5.3. Pengaruh Persepsi terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 115

5.4. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 116

5.5. Pengaruh Dukungan Tokoh Masyarakat terhadap Pemanfaatan Buku KIA ... 119


(14)

5.6. Pengaruh Keinginan untuk Sehat terhadap Pemanfaatan

Buku KIA ... 121

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 123

6.1. Kesimpulan ... 123

6.2. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Jumlah Sampel di Setiap Puskesmas di Kabupaten Pidie ... 58

3.2. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Minat Membaca ... 61

3.3. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Persepsi ... 62

3.4. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Dukungan Keluarga ... 63

3.5. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Dukungan Tokoh Masyarakat ... 64

3.6. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Keinginan Untuk Sehat. 65 3.7. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Pemanfaatan Buku KIA 66 4.1. Kepemilikan Buku KIA pada Ibu Hamil Sampai Masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2013 ... 77

4.2. Data Kunjungan Ibu Hamil (K1 dan K4) di Kabupaten Pidie Tahun 2013 ... 78

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 79

4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Minat Membaca di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 80

4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Minat Membaca di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 82

4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Persepsi di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 84

4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Persepsi di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 85

4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Dukungan Keluarga di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 87


(16)

4.9. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Dukungan keluarga di

Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 88 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Dukungan

Tokoh Masyarakat di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 89 4.11. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Dukungan Tokoh

Masyarakat di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 91 4.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pemanfaatan

buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 92 4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Pemanfaatan buku

KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 93 4.14. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pemanfaatan

Buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 95 4.15. Distribusi Frekuensi Nilai Deskriptif Variabel Pemanfaatan buku

KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 99 4.16. Hasil Uji Parsial (Uji t) Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Pemanfaatan Buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 105 4.17. Hasil Uji Serempak/Simultan Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Pemanfaatan Buku KIA di Kabupaten Pidie Tahun 2014 ... 106 4.18. Uji Koefisien Determinasi Faktor-Faktor yang Memengaruhi


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 2.1. Model Sistem Kesehatan dari Anderson ... 51 2.2. Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Berdasarkan Teori Anderson ... 52 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 55


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian Sebelum Uji Validitas ... 128

2. Data Uji Validitas Reliabilitas Data Tahap Pertama ... 140

3. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden dan Kuesioner Penelitian Setelah Uji Validitas ... 156

4. Data Uji Validitas Reliabilitas Data Tahap Kedua ... 163

5. Hasil Uji Validitas Reliabilitas Data Tahap Ketiga ... 174

6. Master Data ... 181

7. Output SPSS Data Penelitian ... 192


(19)

ABSTRAK

Provinsi Aceh menggunakan buku KIA dalam pelayanan antenatal sejak tahun 1997. Cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 8.629 orang atau 83,21%, dan kunjungan (K4) sebesar 6.966 orang atau 70,10% dari jumlah sasaran sebesar 9.973 orang. Salah satu faktor masih rendahnya kunjungan K1 dan K4 karena ibu hamil tidak memanfaatkan buku KIA, sedangkan faktor-faktor yang diduga memengaruhi pemanfaatan buku KIA yaitu pendidikan, minat membaca, persepsi terhadap buku KIA, dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, dan keinginan untuk sehat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei observasional dengan metode pengumpulan data melalui pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pidie. Populasi penelitian sebanyak 8.320 orang dan sampel diperoleh sebanyak 181 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian dengan menunjukkan bahwa variabel yang memengaruhi pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie yaitu minat membaca (p=0,001), dan persepsi tentang buku KIA (p=0,028). Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh yaitu pendidikan (p=0,978), dukungan keluarga (p=0,910), dukungan tokoh masyarakat (p=0,996), dan keinginan untuk sehat (p=0,992). Minat membaca merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan buku KIA dimulai dari masa kehamilan sampai masa nifas, ibu dengan minat membaca tinggi akan memanfaatkan buku KIA lebih baik dibandingkan ibu dengan minat membaca rendah.

Disarankan pada tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang buku KIA kepada ibu hamil sampai masa nifas sehingga lebih banyak atau semua ibu memanfaatkan buku KIA dengan baik pula.


(20)

ABSTRACT

Province of Aceh uses the KIA book in antenatal service since 1997. Visit rate of pregnant woman (K1) is 8.629 persons or 83.21% and visiting (K4) is 6.966 persons or 70.10% of the target number is 9.973 persons. One of factors causes the lower of visiting K1 and K4 is caused by the pregnant woman did not use the KIA book, while factors assumed influence the using of KIA book is education, reading interest, perception of KIA book, family support, society figure support, and desires for health.

This research is a observational survey by cross sectional approach. This research was conducted in regency of Pidie. The population of research is 8.320 ersons and sample is 181 persons. The data used is primary data and secondary data. The data was analyzed by multivariat analysis by multi linier regression test.

The result of research indicates that variables influence the using of KIA boo since the pregnancy up to puerperium in regency of Pidie is reading interest (p=0.000), and perception (p=0.028). While variables has not influence are education (p=0.978), family support (p=0.910), society figure support (p=0.996), and health desire (p=0.992). The reading interest is a variable with the higher influence to the using of KIA book since the pregnant age up to puerperium, the mother with the higher reading interest will use KIA book better than mother with the lower reading interest.

It is suggested to the health operator to provide the pregnant woman with health extension and education about KIA book up to the puerperium so more of mother will use KIA book.


(21)

1.1. Latar Belakang

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar di bidang kesehatan. Tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan AKI. Untuk menurunkannya pemerintah telah melaksanakan upaya Safe Motherhood, Keluarga Berencana (KB), Ante Natal Care (ANC), persalinan bersih, dan penanganan nifas), yang kemudian dilanjutkan dengan program Making Pregnancy Safer yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, penanggulangan komplikasi, pencegahan kehamilan tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Saifuddin, 2007).

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (Depkes RI, 2010) penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), dan lain-lain (33%). Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah kurangnya cakupan dan kualitas kesehatan meliputi kurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, serta sistem rujukan kesehatan maternal yang belum mantap juga merupakan penyebab kematianibu (Adri, 2008).

Pentingnya pelayanan ANC disebabkan oleh karena setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) disediakan untuk menjawab kebutuhan ini, yaitu untuk tujuan kemandirian keluarga


(22)

dalam memelihara kesehatan, mencegah serta menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak. Dalam Buku KIA dapat ditemukan catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Catatan yang ada di dalam buku KIA ini akan sangat bermanfaat bagi ibu, anak dan petugas kesehatan sehingga perlu disimpan, dan jangan sampai hilang (Elhooda, 2007).

Buku KIA adalah instrumen pencatatan dan penyuluhan (edukasi) bagi ibu dan keluarganya, juga alat komunikasi antar tenaga kesehatan dan keluarga. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang KIA termasuk gizi, yang dapat membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan dirinya sejak ibu hamil sampai anaknya berumur 5 tahun, dan komunikasi karena tenaga kesehatan dapat memberikan catatan-catatan penting yang dapat dibaca tenaga kesehatan lain dan ibu serta keluarga, misal keluhan, hasil pemeriksaan, catatan persalinan, pelayanan yang diberikan pada ibu/bayi/anak balita hasil pemeriksaan tambahan, dan rujukan (Elhooda, 2007).

Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak, selain itu buku KIA sebagai catatan kesehatan, alat monitoring dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil. Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan anak masih terkendala oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat dari buku KIA dan cara merangsang perkembangan anak dan kurangnya konseling KIA dari petugas kesehatan, sebagian ibu menganggap hal-hal yang berhubungan dengan buku KIA hanya sekedar buku


(23)

catatan pemeriksaan hamil, dimana anggapan tersebut adalah keliru, akan tetapi tidak terjadi perbedaan yang cukup tajam, hal ini disebabkan pengaruh modernisasi di desa sehingga para ibu cukup menyadari pemanfaatan pelayanan KIA (Depkes RI, 2005).

Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih menjadi prioritas untuk ditangani adalah tingginya angka kematian ibu (AKI) yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut menempati urutan tertinggi diantara Negara-negara berkembang lainnya. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 65 kali lebih besar dari Negara Singapore, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina (Anwar, 2010).

Angka kematian ibu di Indonesia menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka kematian ibu tersebut berjalan sangat lamban yaitu menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Selain itu terdapat variasi atau perbedaan yang cukup nyata antara angka kematian ibu di Jawa Bali dan luar Jawa Bali, seperti di Propinsi Jawa Tengah 248, Nusa Tenggara Timur 554, Maluku 796 dan Papua mencapai 1025 per 100.000 kelahiran hidup, Aceh sendiri mempunyai AKI berkisar 224 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini mencerminkan adanya perbedaan dalam segi geografis, demografis, akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta ketersediaan sumber daya manusia. Hasil penelitian di 12 rumah sakit mengenai sebab-sebab kematian ibu bersalin diketahui bahwa 94,4% kematian ibu merupakan akibat langsung kehamilan, komplikasi kehamilan serta persalinan. Penyebab utama kematian ibu bersalin, 80% adalah perdarahan, infeksi dan toksemia (Depkes, 2007).


(24)

Hampir 70% ibu hamil menderita anemia (HB <11 gram%) yang akan menambah resiko terjadinya kematian ibu maternal. Hal ini merupakan indikator masih lemahnya pelayanan program kesehatan ibu dan anak dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya (Prawiroharjo, 2002).

Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklampsia/eklampsia sebanyak 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lain-lain 11%. Separuh dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan. Dua pertiga dari semua kasus perdarahan pascapersalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang diketahui sebelumnya, dua pertiga kematian akibat perdarahan tersebut adalah dari jenis retensio plasenta, dan tidak mungkin memperkirakan ibu mana yang akan mengalami atonia uteri maupun perdarahan (Sufa, 2013).

Kondisi kematian ibu secara keseluruhan diperberat oleh “tiga terlambat” yaitu terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, terlambat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan, terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Selain tiga terlambat, penyebab kematian ibu karena “empat terlalu” yaitu terlalu tua hamil (di atas usia 35 tahun), terlalu muda untuk hamil (di bawah usia 20 tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4), dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun) (Kemenkes RI, 2011).

Kegiatan pokok pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang dilaksanakan oleh bidan dalam menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah pelayanan Antenatal care, pertolongan persalinan deteksi dini faktor resiko


(25)

kehamilan dan peningkatan pelayanan pada Neonatal, kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus (pemantauan selama kehamilan) agar dapat berlangsung dengan baik karena erat kaitannya dengan kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat menjadi resiko yang dapat menyebabkan kematian (Depkes RI, 2006).

Perawatan kehamilan dan persalinan diawali oleh pelayanan antenatal pemeriksaan sejak awal kehamilan). Di Indonesia pelayanan Antenatal merupakan pelayanan dari program kesehatan ibu dan anak (KIA) yang pada dasarnya tersedia bagi semua wanita hamil, dengan biaya yang relatif murah. Namun meskipun biaya pelayanan relatif murah tidak semua wanita hamil memanfaatkan fasilitas pelayanan tersebut kondisi ini menyebabkan banyak kasus yang berisiko tidak dapat terdeteksi dan ditangani (Depkes, 2006).

Bidan sebagai pemberi pelayanan kebidanan merupakan ujung tombak dalam menurunkan AKI Salah satu kontribusi menurunkan AKI adalah dengan memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas (Mufdillah, 2009). Bidan merupakan tenaga kesehatan utama dalam pelayanan antenatal, penolong proses persalinan di desa-desa (Bidan desa), Puskesmas dan Rumah sakit. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mencatat dari sekitar 70 ribu desa di Indonesia, baru sekitar 30 ribu desa yang memiliki bidan. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan penempatan bidan di desa yaitu agar masyarakat mau memanfaatkan jasa bidan dalam pertolongan persalinan (Depkes, 2006). Kenyataannya walaupun hampir semua pemeriksaan antenatal datang pada bidan,


(26)

sebagian besar persalinan masih ditolong oleh dukun (Saraswati, 2002). Istiarti, 1996 Mengemukakan hal yang sama salah satu faktor tingginya angka kematian maternal disebabkan 80% kelahiran masih ditolong oleh dukun.

Upaya menurunkan kematian dan kesakitan ibu menuntut hubungan yang erat antara berbagai tingkatan system pelayanan kesehatan masyarakat yang di mulai dari bidan desa upaya tersebut mencakup berbagai upaya pencegahan deteksi dini komplikasi kehamilan, persalinan aman dan bersih serta rujukan ke fasilitas rujukan yang memadai. Puskesmas adalah unit organisasi pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah (Muninjaya, 2004).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan gerakan sayang ibu (GSI), Strategi Making Pregnancy Safer dan pengadaan buku KIA (Depkes, 2003). Sejak tahun 1993-1994 untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan antenatal, pemerintah melalui kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency

(JICA) guna mengembangkan buku kesehatan ibu dan anak (Jepang sendiri sudah mulai menggunakan buku KIA sejak tahun 1948 dan terbukti mampu menurunkan AKI terendah di dunia saat ini adalah Jepang sebesar 7,1 per 100.000 kelahiran hidup). Setelah proses pengembangan awal selama sepuluh tahun, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), diluncurkan lagi pada tahun 2003 sampai dengan sekarang (Depkes, 2003).


(27)

Buku KIA adalah penggabungan dari sejumlah kartu menuju sehat (KMS) dan Kartu Ibu Hamil yang berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007). Buku KIA diperkenalkan oleh JICA pada tahun 1994 dan diujicoba di salah satu kota di Jawa Tengah perkembangan sangat baik yakni melampaui cakupan propinsi yang telah direncanakan, sehingga Depkes merasa perlu untuk menyusun buku KIA versi Nasional. Pada tahun 2006, hampir semua propinsi menggunakan buku KIA untuk pelayanan antenatal. Pada tahun 2007, pengadaan buku KIA telah mencapai 50% dari perkiraan jumlah ibu hamil atau 2,6 juta ibu hamil (Purwanto, 2009).

Menteri Kesehatan (Menkes) telah mensahkan buku KIA sebagai salah satu program prioritas kesehatan ibu dan anak di Indonesia yang diharapkan buku KIA nantinya bisa menjadi instrumen pencatatan kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga selain itu juga mampu meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA dan gizi di rumah dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284/Menkes/SK/III/2004 Tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Depkes, dan JICA, 2007).

Buku KIA juga diharapkan berdampak positif bagi kesehatan dan perkembangan anak usia dini sejak dalam kandungan ibu sampai berumur 5 tahun. Hal ini dapat meningkatkan jangkauan pelayanan KIA yang berkualitas, mampu berkontribusi terhadap cakupan dan frekuensi kunjungan ibu hamil, serta


(28)

memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA (Anonim, 2008).

Pemanfaatan buku KIA merupakan perilaku kesehatan. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok dan atau masyarakat. Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Green (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin

(enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposisi

(predisposing factors) terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, pendidikan, dan sebagainya, faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, pelayanan tenaga kesehatan, tersedia atau tidaknya tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya, dan faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2010) menggambarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan model sistem kesehatan (health system model). Dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni: karakteristik predisposisi (predisposing), karakteristik pendukung (enabling),


(29)

karakteristik kebutuhan.(need). Dalam penelitian ini komponen predisposisi yang akan diteliti yaitu pendidikan, minat membaca, persepsi terhadap buku KIA komponen pendukung yaitu dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, komponen kebutuhan yaitu keinginan untuk sehat.

Hasil penelitian Hasanbasri dan Emoviana di Kota Sawalunto menunjukkan bahwa 80% petugas kesehatan tidak memanfaatkan buku KIA sebagai materi penyuluhan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Elly (2003) di Bengkulu apabila pemanfaatan diukur dari tanpa melihat jumlah materi maka tingkat pemanfaatannya cukup tinggi (66,7%) dan apabila pemanfaatan diukur dari seluruh materi penyuluhan yang ada (10 materi), maka pemanfaatan masih sangat rendah (2,2%).

Penelitian Lestari (2012) di Kecamatan Ambarawa Periode Januari-Maret 2012 mendapatkan hasil bahwa ibu hamil yang memanfaatkan buku KIA dengan baik mempunyai pengetahuan yang baik pula mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan (42,86%). Sedangkan ibu hamil yang kurang memanfaatkan buku KIA dalam mendapatkan informasi tentang tanda-tanda bahaya kehamilan mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan (75%).

Penelitian Anggraini (2012) di Puskesmas Uteunpulo Kabupaten Nagan Raya menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan (p=0,003<0,05) dan sikap (p=0,018 <0,05) terhadap pemanfaatan buku KIA dalam pelayanan Antenatal care pada masa kehamilan. Semakin baik pengetahuan dan semakin positif sikap ibu hamil maka akan semakin memanfaatkan buku KIA dengan semakin baik pula.


(30)

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sudah mulai menggunakan buku KIA dalam pelayanan antenatal pada tahun 1997. Pemerintah kota Banda Aceh sebagai salah satu Kabupaten Kota di daerah NAD juga telah mengadopsi penggunaan buku KIA pada tahun 2003. Pengamatan Survey awal, dari 26 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Pidie, termasuk rendah cakupan Kl dan K4. Diketahui jumlah cakupan kunjungan ibu hamil (K1) sebesar 8.629 orang atau 83,21%, dan kunjungan (K4) sebesar 6.966 orang atau 70,10% dari jumlah sasaran sebesar 9.973 orang (Dinkes Kabupaten Pidie, 2013).

Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu salah satunya melalui pemberian pelayanan antenatal dengan memanfaatkan buku KIA, Pedoman penggunaan buku KIA dalam praktek penyuluhan/konseling yakni isi (13 materi) yang ada di dalam buku KIA harus dijelaskan kepada ibu. Kegiatan monitoring ibu hamil, yang telah dilakukan melalui Program KIA bersamaan dengan Kunjungan ibu hamil (K1) satu kali, yaitu pada trimester pertama dan pada trimester 2 (K2) satu kali, terakhir 2 kali pada trimester akhir (K3 dan K4) tetapi sejauh ini belum diperoleh gambaran pemanfaatan buku tersebut baik oleh petugas maupun sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu bayi dan ibu anak balita).

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa, materi penyuluhan yang termuat di dalam buku KIA belum dijadikan acuan baku dalam penyuluhan pada setiap ibu hamil. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas diperoleh informasi bahwa penyebab belum dimanfaatkannya buku KIA sebagai


(31)

materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal karena waktu pelayanan yang terbatas, sementara dari hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil di wilayah puskesmas di Kabupaten Pidie diketahui bahwa penyuluhan tidak diberikan secara rinci kepada ibu hamil tetapi disuruh membaca sendiri di rumah kecuali jika ada yang tidak dimengerti boleh ditanyakan pada petugas KIA pada saat kunjungan berikutnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Provinsi Aceh (2010), jumlah. Sasaran ibu hamil sebanyak 113.182 orang dengan cakupan K-l sebanyak 103.436 orang (91,07%), cakupan K4 sebanyak 94.347 orang (83,06%), dan jumlah ibu hamil yang memiliki buku KIA sebanyak 20.086 (17,7%). Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie pada tahun 2012, jumlah sasaran ibu hamil sebanyak 9.973 orang dengan cakupan K-l sebanyak 8.269 orang (83,21%), cakupan K-4 sebanyak 6.966 orang (70,10%), dan jumlah ibu hamil yang memiliki buku KIA sebanyak 8.320 orang (83,73%).Jumlah sasaran ibu bersalin dan ibu nifas 9.488 cakupan KF1 7.929 (83,27%), KF2 7.572 (79,81%) dan KF3 7.394 (77,93%) Laporan Pemantauan wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) Kabupaten Pidie 2013, ibu hamil yang memiliki buku KIA dan yang memanfaatkannya secara rutin sebesar 7.321 orang (73,4%) (Dinkes Kab. Pidie, 2014). Hal ini menunjukkan pencapaian target K-l, K-4 dan Ibu Nifas masih di bawah target yang ditentukan yaitu K1 98%, K4 93% dan Nifas 90% (Depkes RI, 2012).

Hasil studi awal yang peneliti lakukan di 5 klinik bersalin di Kabupaten Pidie, berkaitan tentang buku KIA dan pemanfaatannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang bidan bahwa mereka sudah memberikan buku KIA kepada setiap ibu


(32)

yang melakukan pemeriksaan atau kunjungan ke klinik. Mereka sudah memberikan informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan buku KIA dengan menginstruksikan agar ibu membaca dan membawa setiap kali mereka datang melakukan pemeriksaan. Untuk mengetahui pemanfaatan buku KIA, peneliti melakukan mewawancarai 10 orang ibu nifas yang berkunjung ke Puskesmas Kota Sigli, sebanyak 7 orang ibu hamil membawa buku KIA sejak masa kehamilan, sedangkan 2 orang menyatakan lupa membawanya, 1 orang menyatakan bukunya hilang. Sebanyak 5 orang ibu tidak pernah membaca isi buku KIA tersebut, sehingga pada saat diajukan pertanyaan tentang isi buku KIA ibu kurang mengerti tentang manfaat dari buku KIA pada masa kehamilan sampai ibu nifas. Ibu nifas juga kurang peduli dengan keberadaan buku KIA tersebut sebagai alat untuk memantau perkembangan kehamilan sampai dengan masa nifasnya. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang "Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Masa Kehamilan sampai dengan masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014".

l.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Faktor-faktor yang Memengaruhi pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014".


(33)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor predisposisi (pendidikan, minat membaca, persepsi terhadap buku KIA), faktor pemungkin (dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat) dan faktor kebutuhan (keinginan untuk sehat), terhadap pemanfaatan buku KIA di Kabupaten Pidie tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap pemanfaatan buku KIA dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

2. Untuk mengetahui pengaruh minat membaca terhadap pemanfaatan buku KIA dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014 3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi buku KIA terhadap pemanfaatan buku KIA

dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014 4. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan buku KIA

dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014 5. Untuk mengetahui pengaruh dukungan tokoh masyarakat terhadap pemanfaatan

buku KIA dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

6. Untuk mengetahui pengaruh keinginan untuk sehat terhadap pemanfaatan buku KIA dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014


(34)

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pendidikan terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

2. Ada pengaruh minat membaca terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

3. Ada pengaruh persepsi tentang buku KIA terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

4. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

5. Ada pengaruh dukungan tokoh masyarakat terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

6. Ada pengaruh keinginan untuk sehat terhadap pemanfaatan buku KIA di mulai dari masa kehamilan sampai dengan masa nifas di Kabupaten Pidie tahun 2014

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada pemerintah Kabupaten Pidie untuk menentukan kebijakan dalam standar operasional prosedur (SOP) pada pelaksanaan Penyuluhan agar dapat memanfaatkan Buku KIA dalam pelayanan antenatal oleh bidan.


(35)

2. Sebagai bahan informasi bagi bidan puskesmas, pentingnya Buku KIA dijadikan acuan dalam pelaksanaan program KIA khususnya dalam pemberian pelayanan antenatal kepada ibu hamil dan pelayanan postnatal pada masa nifas.


(36)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Ibu Hamil Sampai Masa Nifas

2.1.1. Ibu Hamil

Ibu hamil (gravida) adalah wanita yang sedang hamil. Keadaan kesehatan ibu hamil sangat memengaruhi kehidupan janin. Untuk melahirkan bayi yang sehat ibu hamil harus mempunyai kesehatan yang optimal (Manuaba, 2010).

Menurut Dorland (2002) wanita hamil (gravida) adalah salah satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, di mana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.

Menurut Manuaba (2010) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:

1. Primigaravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri–cirinya adalah payudara tegang, puting susu runcing, perut tegang menonjol, striase livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen perforatus, vagina sempit, dengan rugae, portio runcing dan tertutup.

2. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi cukup bulan. Ciri–cirinya adalah payudara lembek dan bekas dan menggantung, puting susu tumpul, perut lembek dan menggantung, striase livide dan ablikan, perineum terdapat bekas robekan, vulva terbuka, karunkulemirtiformis, vagina longgar tanpa rugae, portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan–belakang.


(37)

2.1.2. Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal, kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarganya nanti akan selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya dan peran petugas kesehatan (bidan) adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Depkes RI, 2007).

Persalinan adalah proses membuka dan menepisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir, kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada masa kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Tahapan proses persalinan dibagi dalam 4 (empat) kala yaitu:

a. Kala I: berlangsung sejak timbulnya his yang teratur sampai pembukaan serviks lengkap (serviks berdiameter 10 cm), kala I terbagi dalam:

1) Fase laten: terjadi perubahan serviks menjadi tipis dan mulai membuka dari 0 – 2 cm; pada keadaan normal lamanya tak lebih dari 8 jam.

2) Fase aktif: serviks semakin menipis dan dengan makin sering dan makin kuatnya his, maka Pembukaan serviks semakin cepat (3 – 10 cm). Kecepatan pembukaan serviks pada keadaan normal sedikitnya 1 cm per jam.


(38)

b. Kala II: dimulai bila pembukaan serviks telah lengkap (10 cm), his mendorong bayi untuk keluar. Secara refleks ibu akan mulai menekan ketika his berlangsung untuk mengeluarkan bayi. Hal ini akan mempercepat lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi, kala II berakhir dengan lahirnya bayi.

c. Kala III: dimulai sejak lahir nya bayi sampai lahirnya plasenta, biasanya berlangsung kurang dari 30 menit.

d. Kala IV: dimulai sejak lahirnya plasenta sampai dua jam sesudahnya (Depkes RI, 2007).

Tujuan asuhan persalinan adalah untuk memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih serta aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan pelayanan asuhan persalinan. Berdasarkan buku acuan Nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal bahwa kebijakan pelayanan asuhan persalinan adalah sebagai berikut:

a. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani

kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.

c. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.


(39)

Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran Menurut buku acuan Nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ada beberapa kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran yang harus diperhatikan diantaranya:

a. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.

b. Partograf harus dipergunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.

c. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit.

d. Manajemen aktif kala III, termasuk melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan oksitoksin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal.

e. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan.


(40)

f. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan di masase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan melakukan hal ini.

g. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi.

h. Obat-obaatan esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.

2.1.3. Masa Post Partum

Masa post partum disebut juga masa nifas atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Sedangkan Prawirohardjo (2005) menjelaskan bahwa periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Saifuddin, 2004).

Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke empat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, di mana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk


(41)

tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan profesional ikut membentuk respons ibu terhadap bayinya selama masa ini (Prawirohardjo, 2005).

Menurut Prawirohardjo (2005), tujuan asuhan masa nifas: a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Menurut Mansjoer (2010), nifas di bagi dalam 3 periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan.


(42)

Dalam masa nifas terjadi perubahan pada alat-alat kandungan secara fisiologis sehingga alat kandungan tersebut kembali pada keadaan seperti sebelum hamil yang dinamakan dengan involusi uteri yaitu (Manuaba, 2005):

a. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

b. Bekas implantasi uri: plasenta belum mengecil karena kontraksi dan menonjol ke Kavum Uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

c. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. d. Rasa sakit yang disebut after pains (mules-mules) disebabkan kontraksi rahim

biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

e. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas, yaitu:

1) Lochea Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

2) Lochea Serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

3) Lochia Alba: cairan putih, setelah 2 minggu.

4) Lochea Purulenta: terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f. Serviks: Setelah persalinan, bentuk Servik agak menganga seperti corong


(43)

g. Ligament – ligament: ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur pulih kembali.

Perawatan post partum atau perawatan dalam masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi: Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dan lain-lain, Keadaan payudara dan puting susu, dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum, sekret yang keluar (lochia, flour albus), keadaan alat-alat kandungan (serviks, uterus, adnexa) (Hanafiah, 2004).

2.2. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi, dan tumbuh kembang balita.

Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian (Depkes RI dan JICA, 2003).


(44)

Manfaat yang didapatkan dengan penggunaan buku KIA adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu mulai hamil sampai anak berumur lima tahun, dalam hal ini menanggapi kebutuhan maupun keinginan ibu hamil dan balita. Buku KIA juga berfungsi sebagai instrumen pencatatan dan pemantauan, informasi dan komunikasi serta penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan standar pelayanan KIA yang lengkap di tingkat keluarga termasuk rujukannya. Penggunaan buku KIA juga dikaitkan dengan deteksi dini gangguan masalah kesehatan ibu dan anak. Buku KIA berguna untuk meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas dalam rangka mendidik ibu ataupun keluarga tentang perawatan dan pemeliharaan KIA serta masalah gizi di rumah. Upaya tersebut juga dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan KIA berkualitas serta memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan manajemen pelayanan KIA yang lebih efektif (Sistiarini, 2013).

Untuk mewujudkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA). Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah (1) untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan anak (2) alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan paket (standar) pelayanan KIA (3) alat untuk mendeteksi secara dini adanya


(45)

gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak (4) catatan pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya (Depkes RI dan JICA, 2003).

Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI), strategi making pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA). Buku KIA diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Hasil penelitian Anggraini (2012) yang meneliti pemanfaatan buku KIA mendapatkan sebagian besar responden memanfaatkan buku KIA sebanyak 64,5%, sedangkan yang tidak memanfaatkan sebanyak 35,5% Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan seperti buku KIA dapat menunjang partisipasi dan pemanfaatan ibu hamil


(46)

dalam melakukan monitoring dan evaluasi kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan.

Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah terjadinya balita kurang gizi (Hasanbasri dan Ernoviana, 2007).

Ada beberapa aturan mengenai buku KIA, yaitu:

1. Baca buku KIA Buku KIA ini untuk dibaca oleh ibu, suami dan anggota keluarga karena terdapat informasi yang berguna untuk kesehatan ibu dan anak.

2. Bawa buku KIA Buku KIA ini harus dibawa oleh ibu dan keluarga setiap datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Jaga buku KIA Buku KIA harus disimpan karena berisi informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak.

4. Tanya ke petugas kesehatan Ibu dan anggota keluarga dapat bertanya kepada petugas kesehatan jika ada hal-hal yang ingin diketahui tentang masalah kesehatan ibu dan anak (Kemenkes, 2012).

Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13 materi yaitu (1) apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil (2) bagaimana menjaga


(47)

kesehatan ibu hamil (3) bagaimana makan yang baik selama hamil (4) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil (5) apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan (6) apa saja tanda-tanda persalinan (7) apa saja yang dilakukan ibu bersalin (8) apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin (9) apa saja yang dilakukan ibu nifas (10) bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas (11) apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas (12) mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga Berencana (KB) (13) apa saja alat kontrasepsi/cara ber-KB (Depkes, 2005).

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan satu-satunya buku untuk keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk memahami pesan/informasi yang tercantum dalam buku KIA, ibu dan keluarga perlu mendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan.

Dalam penelitian ini yang dibahas pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil sehingga materi penting diketahui ibu hamil dalam buku KIA berdasarkan Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2012) adalah sebagai berikut:

1. Periksa kehamilan secara rutin. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa kehamilannya secara rutin ke petugas kesehatan. Pemeriksaan kehamilan meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, Lila, tekanan darah, imunisasi TT, pemberian tablet penambah darah (tablet Fe), dan kelas ibu hamil. 2. Persiapan bagi ibu bersalin. Buku KIA berisi informasi mengenai persiapan

persalinan yang meliputi biaya persalinan, kendaraan, tempat persalinan yang aman, penolong serta pendamping persalinan, pendonor darah, metode


(48)

kontrasepsi pasca persalinan, dan penempelan stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di rumah ibu hamil.

3. Perawatan sehari-hari selama kehamilan Perawatan sehari-hari selama kehamilan meliputi mandi 2 kali sehari, gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur, memberikan perhatian kepada janin, pola hubungan seksual, mengurangi kerja berat, dan pola istirahat pada ibu hamil.

4. Anjuran makan untuk ibu hamil. Selama hamil ibu harus makan makanan seimbang dengan porsi lebih banyak dari sebelum ibu hamil serta tidak ada pantangan makanan selama hamil. Jika mual, muntah, dan tidak nafsu makan ibu dianjurkan untuk makan makanan ringan. Ibu dilarang untuk minum jamu, minum-minuman keras, merokok, dan minum obat-obatan bebas tanpa resep. 5. Tanda-tanda bahaya kehamilan. Tanda-tanda terjadinya bahaya pada kehamilan

seperti perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala atau kejang, demam atau panas tinggi, air ketuban keluar sebelum waktunya, bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak, muntah terus, tidak mau makan.

6. Masalah lain dalam kehamilan. Selama hamil ibu dapat mengalami beberapa masalah seperti batuk lama, lemah, jantung berdebar debar, muntah terus, tidak mau makan, gatal-gatal dan keluar keputihan.

7. Tanda-tanda bayi akan lahir perut mulas secara teratur, mulas sering dan lama, keluar lender bercampur darah dari jalan lahir dan keluar air ketuban dari jalan lahir.


(49)

8. Proses melahirkan (persalinan) bayi biasanya lahir 12 jam sejak mulas teratur yang pertama, jika terasa sakit tarik nafas panjang lewat hidung lalu keluarkan lewat mulut, jika terasa ingin buang air besar segera beri tahu bidan/dokter supaya akan menyuruh ibu untuk mengedan, begitu bayi lahir letakkan bayi di dada ibu biarkan ia berusaha mencari puting susu ibunya (Inisiasi Menyusui Dini/IMD). 9. Masalah pada persalinan perdarahan lewat jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi

keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan, ibu kejang, air ketuban keruh dan berbau, ibu gelisah, ibu merasa sakit yang hebat.

10.Cara menyusui bayi susui sesering mungkin semua bayi paling sedikit 8 jam sehari, jika bayi tidur lebih dari 3 jam bangunkanlah lalu susui sampai payudara terasa kosong lalu pindah sampai ke payudara sisi yang lain, beri bayi hanya ASI sampai berumur 6 bulan (ASI eksklusif), biasakan cuci tangan dengan sabun bila akan memegang bayi, sesudah buang air besar atau kecil dan sesudah menceboki anak.

11.Perawatan ibu nifas minum 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) segera setelah melahirkan, minum lagi vitamin A pada hari kedua dengan jarak kapsul pertama dan kedua minimal 24 jam, periksa ke bidan/dokter minimal 3 kali, makanlah dengan pola gizi seimbang lebih banyak dari pada saat hamil, istirahat/tidur cukup dan banyak minum supaya banyak keluar ASI, bagi ibu nifas yang memerlukan minumlah 1 tablet tambah darah setiap hari selama 40 hari. 12.Tanda bahaya dan penyakit pada saat nifas perdarahan lewat jalan lahir, keluar


(50)

sakit kepala dan kejang, nyeri atau panas di daerah tungkai, payudara bengkak berwarna kemerahan dan sakit, puting lecet, ibu mengalami depresi (antar lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada bayinya).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan, seperti model kependudukan, model sumberdaya masyarakat, model organisasi dan lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan dalam masing-masing model.

2.3. Perubahan Perilaku Individu

Menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2010), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Respon ini meliputi respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu dan respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh perangsang tertentu. Menurut Taufik (2007), perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung.

Menurut Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour cause), selanjutnya


(51)

menurut Notoatmodjo, Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu: a) faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya; b) faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, adanya pelayanan petugas kesehatan, tersedia tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan; c) faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dari uraian di atas bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, pelayanan petugas kesehatan, menjadi pendorong atau pemungkin seseorang berperilaku. Dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Shoemaker (1971) dalam Notoatmodjo, proses adopsi inovasi itu melalui lima tahap, yaitu: 1)mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3) memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial); dan kalau menyukainya; 5) menerima ide baru


(52)

(adoption). Proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya.

Proses pembuatan keputusan tentang inovasi ini menjadi empat tahap: 1) Individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide baru

(tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan; 2) tahap Persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap

confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari

lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.

Hosland et.al. (1953) dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif memengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus


(53)

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut (perubahan perilaku).

2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku KIA Dimulai Dari Masa Kehamilan Sampai dengan Masa Nifas di Kabupaten Pidie Tahun 2014

2.4.1. Pemanfaatan Buku KIA

Pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil dapat dilihat dari pengetahuan untuk mengetahui apakah buku KIA dibaca dan dipahami oleh hamil, melalui observasi terhadap catatan petugas kesehatan untuk mengetahui apakah buku KIA dibawa waktu berkunjung ke petugas kesehatan.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya menurut Notoatmodjo menyatakan, pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui


(54)

panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang dicakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know); tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension); memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application); penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

d. Analisis (Analysis); analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain

e. Sintesis (Synthesis); sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru.


(55)

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation); evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat

self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.

Pengetahuan KIA yang baik oleh ibu akan mendukung perannya dalam penggunaan buku KIA terkait dengan fungsi buku KIA yaitu fungsi buku KIA sebagai pencatatan status kesehatan ibu, edukasi kepada ibu serta komunikasi antara tenaga kesehatan dengan ibu. Dengan pengetahuan ibu yang baik maka ibu akan menggunakan atau memanfaatkan buku KIA dengan sebaik-baiknya demi menjaga kesehatan ibu dan bayinya (Sistiarini, 2013).

pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap


(56)

periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan. Apabila observasi

itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut, maka hendaknya

observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang relatif sama. Sebelum observasi itu dilaksanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apa yang akan diobservasi dari tingkah laku seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.

Klasifikasi tentang jenis-jenis observasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandangan antara lain :

a. Berdasarkan situasi yang diobservasi

1) Observasi terhadap situasi bebas (free situation), observasi yang dilakukan terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang sedang bermain secara bebas.

2) Observasi terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated situation), yaitu situasi yang telah dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih variabel. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui sifat kepemimpinan sekelompok siswa.


(57)

3) Observasi terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially controlled),

jenis observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi situasi bebas dan situasi yang dimanipulasikan.

b. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi

1) Observasi partisipasi, yaitu apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan subyek yang sedang diobservasi. Misalnya seorang guru bidang studi yang ingin mengetahui bagaimana antusias siswa-siswanya terhadap pelajaran yang diberikan.

2) Observasi non partisipasi, dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi. Misalnya seorang petugas bimbingan ingin mengetahui bagaimana antusias siswa terhadap bimbingan karir.

3) Observasi quasi partisipasi, dalam jenis ini sebagian waktu dalam satu periode observasi pengobservasi ikut melibatkan diri dalam kegiatan yang diobservasi, dan sebagian waktu lainnya ia terlepas dari kegiatan tersebut. Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana aktifitas siswa dalam melaksanakan suatu tugas kelompok.

c. Berdasarkan pencatatan hasil-hasil observasi

1) Observasi berstruktur, aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis. Bentuk catatan yang sistematis yaitu : *daftar cek (checklist), adalah suatu daftar yang memuat catatan tentang sejumlah tingkah laku yang akan diobservasi. Skala


(58)

bertingkat (rating scale), adalah gejala-gejala yang akan diobservasi itu di dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Kelemahan dari observasi berstruktur ini adalah bahwa pengobservasi sangat terikat dengan daftar yang telah tersusun sehingga ia tidak mungkin mengembangkan observasinya dengan aspek-aspek lain yang kebetulan terjadi selama observasi berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, dapat ditempuh dengan cara kombinasi, yaitu menggunakan suatu daftar yang terperinci tentang tingkah laku yang diobservasi, yang dilengkapi dengan blanko untuk mencatat tingkah laku tertentu yang muncul, yang belum terekam dalam daftar.

2) Observasi tak berstruktur, dalam melaksanakan observasi ini pengobservasi tidak menyediakan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang akan diobservasi. Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting dalam suatu periode observasi.

2.4.2. Komponen Predisposisi (Predisposing)

Faktor ini mencakup pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Komponen predisposisi dalam pemanfaatan buku KIA berkaitan dengan pendidikan ibu, minat membaca, dan persepsi ibu tentang buku KIA.

1. Pendidikan

Pendidikan seseorang memengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan. De Partie Santis (1996) dikutip oleh Laurenta (2001) dimana dalam


(59)

penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.

Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktifitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan melaksanakan pekerjaannya (Ravianto, 2009).

Semakin tinggi pendidikan makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangannya sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.

2. Minat Membaca

Menurut Herman Wahadaniah dalam Ratnasari (2011) minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan


(60)

kemauannya sendiri atau dorongan dari luar. Minat membaca juga merupakan perasaan senang seseorang terhadap bacaan karena adanya pemikiran bahwa dengan membaca itu dapat diperoleh kemanfaatan bagi dirinya.

Minat baca merupakan suatu kecenderungan kepemilikan keinginan atau ketertarikan yang kuat dan disertai usaha-usaha yang terus menerus pada diri seseorang terhadap kegiatan membaca yang dilakukan secara terus menerus dan diikuti dengan rasa senang tanpa paksaan, atas kemauannya sendiri atau dorongan dari luar sehingga seseorang tersebut mengerti atau memahami apa yang dibacanya.

Sedangkan menurut Harris dan Sipay (Mujiati, 2001) mengemukakan bahwa minat baca dipengaruhi oleh dua golongan, yaitu golongan faktor personal dan golongan institusional. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri meliputi: (1) usia, (2) jenis kelamin, (3) intelegensi, (4) kemampuan membaca, (5) sikap, (6) kebutuhan psikologis. Faktor institusional yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang meliputi: (1) tersedianya buku-buku, (2)status sosial ekonomi, (3) pengaruh orang tua, teman sebaya dan guru.

Dari pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa minat baca terkandung unsur perhatian, kemauan, dorongan dan rasa senang untuk membaca. Perhatian bisa dilihat dari perhatiannya terhadap kegiatan membaca, mempunyai kemauan yang tinggi untuk membaca, dorongan dan rasa senang yang timbul dari dalam diri maupun dari pengaruh orang lain. Semua itu merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap.


(61)

3. Persepsi terhadap Buku KIA

suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Struktur; memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan


(62)

mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.


(1)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 50 27.6 27.6 27.6

Ya 131 72.4 72.4 100.0

Total 181 100.0 100.0

p23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 62 34.3 34.3 34.3

Ya 119 65.7 65.7 100.0

Total 181 100.0 100.0

p24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 76 42.0 42.0 42.0

Ya 105 58.0 58.0 100.0

Total 181 100.0 100.0

p25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 56 30.9 30.9 30.9

Ya 125 69.1 69.1 100.0

Total 181 100.0 100.0

p26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 54 29.8 29.8 29.8

Ya 127 70.2 70.2 100.0

Total 181 100.0 100.0

p27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 72 39.8 39.8 39.8

Ya 109 60.2 60.2 100.0

Total 181 100.0 100.0

p28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 55 30.4 30.4 30.4

Ya 126 69.6 69.6 100.0


(2)

p29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 64 35.4 35.4 35.4

Ya 117 64.6 64.6 100.0

Total 181 100.0 100.0

p30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 57 31.5 31.5 31.5

Ya 124 68.5 68.5 100.0

Total 181 100.0 100.0

p31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 91 50.3 50.3 50.3

Ya 90 49.7 49.7 100.0

Total 181 100.0 100.0

p32

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 68 37.6 37.6 37.6

Ya 113 62.4 62.4 100.0

Total 181 100.0 100.0

p33

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 58 32.0 32.0 32.0

Ya 123 68.0 68.0 100.0

Total 181 100.0 100.0

p34

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 74 40.9 40.9 40.9

Ya 107 59.1 59.1 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 63 34.8 34.8 34.8

Ya 118 65.2 65.2 100.0

Total 181 100.0 100.0

p36

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 71 39.2 39.2 39.2

Ya 110 60.8 60.8 100.0

Total 181 100.0 100.0

p37

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 77 42.5 42.5 42.5

Ya 104 57.5 57.5 100.0

Total 181 100.0 100.0

p38

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 66 36.5 36.5 36.5

Ya 115 63.5 63.5 100.0

Total 181 100.0 100.0

p39

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 68 37.6 37.6 37.6

Ya 113 62.4 62.4 100.0

Total 181 100.0 100.0

p40

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 55 30.4 30.4 30.4

Ya 126 69.6 69.6 100.0


(4)

p41

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 83 45.9 45.9 45.9

Ya 98 54.1 54.1 100.0

Total 181 100.0 100.0

p42

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 36 19.9 19.9 19.9

Ya 145 80.1 80.1 100.0

Total 181 100.0 100.0

p43

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 57 31.5 31.5 31.5

Ya 124 68.5 68.5 100.0

Total 181 100.0 100.0

p44

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 64 35.4 35.4 35.4

Ya 117 64.6 64.6 100.0

Total 181 100.0 100.0

pemanfaatan buku KIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kurang 54 29.8 29.8 29.8

baik 127 70.2 70.2 100.0

Total 181 100.0 100.0

Regresi Linier Berganda

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 minat membaca . Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=

.050, Probability-of-F-to-remove >= .100).

2 persepsi . Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <=

.050, Probability-of-F-to-remove >= .100). a. Dependent Variable: pemanfaatan buku KIA


(5)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .658a .432 .362 8.563

2 .703b .494 .382 8.470

a. Predictors: (Constant), minat membaca

b. Predictors: (Constant), minat membaca, persepsi

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 938.981 1 938.981 12.806 .000a

Residual 13125.229 179 73.325

Total 14064.210 180

2 Regression 1292.835 2 646.417 9.009 .000b

Residual 12771.375 178 71.749

Total 14064.210 180

a. Predictors: (Constant), minat membaca

b. Predictors: (Constant), minat membaca, persepsi c. Dependent Variable: pemanfaatan buku KIA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.811 5.150 2.099 .037

minat membaca .600 .168 .258 3.579 .000

2 (Constant) 2.346 6.363 .369 .713

minat membaca .577 .166 .249 3.475 .001

persepsi .280 .126 .159 2.221 .028


(6)

Excluded Variablesc

Model Beta In t Sig.

Partial Correlation

Collinearity Statistics Tolerance

1 pendidikan .090a 1.251 .213 .093 .996

persepsi .159a 2.221 .028 .164 .996

dukungan keluarga .115a 1.590 .114 .118 .983

dukungan tokoh masyarakat .066a .906 .366 .068 .996

keinginan untuk sehat .008a .114 .909 .009 .995

2 pendidikan .070b .973 .332 .073 .978

dukungan keluarga .077b 1.034 .303 .077 .910

dukungan tokoh masyarakat .066b .926 .356 .069 .996

keinginan untuk sehat .000b .004 .997 .000 .992

a. Predictors in the Model: (Constant), minat membaca

b. Predictors in the Model: (Constant), minat membaca, persepsi c. Dependent Variable: pemanfaatan buku KIA


Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008

0 31 99

PRAKTIK PERAWATAN MASA NIFAS DI KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA TERKAIT DENGAN FAKTOR SOSIAL Praktik Perawatan Masa Nifas Di Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara Terkait Dengan Faktor Sosial Budaya.

0 3 21

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS IBU MASA NIFAS DENGAN KUALITAS HIDUP IBU MASA NIFAS DI WILAYAH Hubungan Antara Aktivitas Ibu Masa Nifas Dengan Kualitas Hidup Ibu Masa Nifas Di Wilayah Puskesmas Gemolong II Sragen.

0 3 17

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta Di Kabupaten Pidie Dan Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 20

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta Di Kabupaten Pidie Dan Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta Di Kabupaten Pidie Dan Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2015

0 0 11

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta Di Kabupaten Pidie Dan Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2015

0 3 46

CAKUPAN SUPLEMENTASI KAPSUL VITAMIN A PADA IBU MASA NIFAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DI INDONESIA ANALISIS DATA RISKESDAS 2010

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN SUAMI TENTANG TANDA BAHAYA PADA MASA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN NEONATUS DIKABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA BIDAN DESA TENTANG PELAYANAN ANTENATAL DI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2014 THESIS By

0 0 17