46 preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan persalinan karena system reproduksi
belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya dan BBLR. Sedangkan umur yang terlalu tua artinya hamil diatas 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada
usia terlalu tua antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklamsi dan eklamsi, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan.
Hasil penelitian ini sama dengan pendapat Wiknjosastro 2007 bahwa kematian perinatal cenderung terjadi pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun. Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun karena usia
tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya Drapper, 2001
5.1.2 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami kematian perinatal.
Proporsi ibu dengan paritas 1 dan 4 anak sebesar 33 responden 55,0 dan ibu dengan paritas 2-3 sebesar 27 responden 45,0. Hasil uji statistik Chi-Square
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kematian perinatal sig=0,044, dengan nilai OR = 2,270, artinya ibu dengan paritas 1 dan 4 anak
mempunyai risiko 2,270 kali mengalami kematian perinatal dibandingkan ibu dengan paritas 2-3 anak.
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
47 Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati
2001 bahwa risiko ibu dengan paritas 1 dan 4 anak dengan nilai OR=4,5 yang artinya risiko untuk mengalami kematian perinatal pada paritas 1 dan 4 anak adalah
4,5 kali lebih dibandingkan dengan paritas 2-3 anak. Menurut Manuaba 1998, paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah
dialami oleh ibu. Paritas terbagi atas 3 kelompok; 1 Golongan primipara adalah golongan ibu dengan 0-1 paritas, 2 Golongan multipara adalah golongan ibu dengan
paritas 2-6 dan 3 Golongan grand multipara adalah golongan ibu paritas 6 anak. Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai keempat.
Kehamilan pertama dan setelah kehamilan keempat mempunyai risiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi sering disertai penyulit seperti kelainan letak, perdarahan
ante partus, perdarahan post partum,dan lain-lain Martaadisoebrata, 2005 Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan
anak keempat atau lebih. Pada kehamilan dan persalinan pertama ada kekakuan dari otot sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur
jaringan yang sudah berulang kali diregangkan oleh kehamilan Tjipta, 2002.
5.1.3 Jarak Antar Kelahiran
Proporsi ibu yang mempunyai jarak antar kelahiran 2 atau 4 tahun sebanyak 52 responden 86,7 dan ibu yang mempunyai jarak antar kelahiran 2-4
tahun sebanyak 8 responden 13,3. Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara jarak antar kelahiran dengan kematian perinatal
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
48 sig=0,006, dengan nilai OR = 3,763, artinya ibu dengan jarak antar kelahiran 2
tahun atau 4 tahun mempunyai risiko 3,763 kali mengalami kematian perinatal
dibandingkan ibu dengan jarak antar kelahiran 2-4 tahun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prameswari 2007, semakin lebar jarak antar kelahiran maka semakin kecil risiko kematian perinatal. Jarak
kelahiran yang terlalu cepat dapat mengakibatkan meningkatnya angka kematian perinatal karena kondisi kesehatan ibu belum sepenuhnya pulih akibat persalinan
sebelumnya. Pola pengasuhan asuh, asih dan asah ibu pada tahun –tahun pertama
anaknya sangatlah penting.Apabila seorang ibu belum pulih sempurna dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan masih ada tugas mengasuh anak kecil lainnya maka
kualitas perawatan bayi yang baru dilahirkannya berkurang Ranuh, 2008. Menurut Iswarati 2007 yang mengutip pendapat Ruzicka bahwa jarak
kehamilan yang pendek mempengaruhi kesehatan ibu dan anak selain memberikan risiko kematian anak menjadi tinggi, wanita yang melahirkan berturut-turut dalan
jangka waktu yang pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus membagi perhatiannya kepada dua anak pada waktu yang sama. Selain itu harus
menyapih anak yang besar yang seharusnya harus disusui untuk menyusui anak yang baru lahir.
Salah satu metode yang paling ekonomis dan aman untuk menjaga jarak kehamilan adalah dengan cara memberikan ASI kepada bayi selama mungkin. Lama
pemberian ASI dapat berhubungan terhadap periode tidak haid ibu baru melahirkan
Cut Sri Wahyuni : Hubungan Faktor Ibu Dan Pelayanan Kesehatan Dengan Kematian Perinatal Di Kabupaten Pidie Tahun 2008, 2009
49 yang panjang. Semakin lama ibu memberikan ASI kepada bayinya baik secara
ekslusif ataupun tidak, semakin lama pula periode tidak haid amenorrheic yang akan dialami maka akan semakin lama kehamilan selanjutnya akan terjadi sebagai
akibat ovulasi yang tidak terjadi. Berarti ada tenggang waktu tidak subur setelah melahirkan sedangkan jarak kehamilan yang terlalu panjang juga akan meningkatkan
risiko untuk mengalami kematian perinatal. Hal tersebut terjadi karena setelah lama kehilangan keuntungan biologis dari kehamilan sebelumnya Rahmadewi, 2007.
Salah satu manfaat menyusui menurut Roesli 2000 adalah dapat menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah
dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98 tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96 tidak akan hamil
sampai bayi berusia 12 bulan. Menurut BKKBN 2008 keluarga berencana merupakan upaya pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur PUS dalam mewujudkan keluarga sehat dan harmonis melalui upaya promotif, preventif, pelayanan dan pemulihan termasuk
pengayoman medis terhadap efek samping, komplikasi dan kegagalan alat kontrasepsi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi.
5.1.4 Riwayat Penyakit Ibu