k. memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama
wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus. Selain itu penerapan irigasi berselang dapat menekan
laju gas metan.
4.2. Penerapan dengan Sistem Non PTT di Desa Aman Damai
Di Desa Aman Damai, petani yang tidak menerapkan sistem PTT menggunakan varietas yang sama dengan petani yang menerapkan sistem PTT yakni
varietas ciherang. Jarak tanam yang digunakan adalah sistem tegel dengan jarak tanaman 15 x 15. Pupuk yang diberikan pada tanaman padi, pupuk kimia tanpa
menggunakan bahan organik seperti pupuk kandang dan pemanfaatan limbah jerami. Jerami padi yang ada dilahan dikumpul kemudian dibakar. Hal ini dapat merusak
lingkungan. Pembakaran jerami yang dilakukan selama ini, selain lebih praktis, juga dapat mengusir hama dan penyakit endemik, dampak negatifnya dapat menimbulkan
pencemaran udara dan menghilangkan hara dalam jumlah yang cukup banyak. Jerami yang dibakar akan kehilangan N mencapai 93 dan K sebesar 20. Pemupukan yang
selama ini dilakukan petani sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang berlaku umum, bahkan petani menggunakan pupuk dengan takaran tinggi.
Penggunaan air irigasi tidak efesien. Petani cenderung untuk menggenangi lahan sawahnya dari sejak bibit padi ditanam sampai tanaman mendekati waktu
panen. Penggenangan air terus menerus pada tanaman padi dapat menyebabkan kekurangan kadar oksigen dalam tanah sehingga terbentuknya senyawa-senyawa
Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008
USU Repository © 2008
beracun dalam tanah. Keracunan tersebut dapat mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, tanaman kekurangan unsur hara yang dibutuhkan serta menghambat
pertumbuhan anakan, dan mengakibatkan lajunya gas metan yang dapat merusak lapisan ozon.
4.3. Hasil Analisis Penggunaan Pestisida
Pengendalian hama dan penyakit sangat penting dilakukan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Petani melakukan kegiatan
pengendalian hama dan penyakit dengan menyemprotkan pestisida yang sesuai dengan gejala serangan pada tanaman. Penggunaan pestisida yang dipakai petani
terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pestisida yang Digunakan Petani Sistem PTT dan Non PTT
Sistem PTT Non PTT
Jumlah Jumlah
Jenis Apli
Dosis Pemakai- Jenis
Apli Dosis Pemakai Pestisida
kasi Rata-rata an Pesti- Pestisida kasi
Rata-rata an Pesti- kali
mlha sida
kali mlha sida mlha
mlha Firtako
2 60,45
1.330,00 Firtako 2 100,00 1.100,00
Bestok EC 1 79,09
1.740,00 Bestok EC 1
91,82 1.010,00 Solusi
1 636,36 14.000,00 Solusi
1 818,18 9.000,00 Skor
1 81,36
1.790,00 Skor 1
95,45 1.050,00 Amistartop 1
11,36 250,00 Amistartp
1 27,27 300,00
Hopcin 1
5,45 120,00 Hopcin
1 16,36 180,00
Rodiamin 1
6,36 140,00 Rodiamin
1 14,55 160,00
Spontan 1
27,27 300,00 Jumlah
14.660,00 13.100,00
Rata-rata 666,36
1.764,13
Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008
USU Repository © 2008
Petani yang menerapkan sistem pengelolaan tanaman terpadu PTT dengan petani yang tidak menerapkan sistem PTT, menggunakan jenis pestisida yang sama
yakni: Firtako, bestok, solusi, skor, amistartop, hopcin, rodiamin kecuali pestisida spontan yang digunakan petani non PTT. Perbedaannya terletak pada jumlah dosis
yang digunakan. Petani dengan sistem PTT menggunakan pestisida dengan dosisha lebih rendah dibandingkan dengan petani non PTT. Hal ini disebabkan karena petani
dengan sistem PTT dalam mengendalikan hama dan penyakit berdasarkan sistem pengamatan di lapangan, yakni dengan melihat tingkat serangan gejala hama dan
penyakit pada tanaman. Sebaliknya petani non PTT dalam mengendalikan hama dan penyakit tidak berdasarkan pengamatan di lapangan sehingga dosis pestisida yang
digunakan melebihi dosis anjuran pestisida. Dalam mengendalian hama dan penyakit, petani sistem PTT menerapkan konsep PHT yakni menekankan pada penggunaan
yang rasional bila perlu saja. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata penggunaan pestisida dengan
menggunakan uji beda rata-rata. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Analisis Uji Beda Rata-rata Penggunaan Pestisida, Petani yang Menerapkan Sistem PTT dan Petani Non PTT
Rata-rata Penggunaan
No Uraian
n Pestisida ml
Keterangan Per Musim Tanam
1 Petani Sistem PTT
22 666,36
Sig. 0.094 2
Petani Non PTT 11
1.764,13
Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008
USU Repository © 2008
Hasil analisis menunjukkan nilai sig. 0,094 0,05. Dengan nilai ini maka H1 ditolak. Ini berarti tidak ada perbedaan penggunaan pestisida antara petani sistem
PTT dengan petani non PTT. Pemakaian pestisida yang sangat besar berawal dari pelaksanaan program
intensifikasi pertanian yang berorientasi pada peningkatan hasil panen yang sebesar- besarnya, tanpa memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan. Pestisida kimia
dapat dengan cepat menurunkan populasi OPT dengan periode pengendalian residu. Namun akhir-akhir ini disadari bahwa dibalik manfaatnya yang besar bagi
peningkatan produksi pertanian, tersembunyi bahaya yang mengerikan yakni kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan. Petani selama ini tergantung pada
penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Selain harganya mahal, pestisida juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan
kesehatan manusia. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain: hama menjadi kebal resisten, peledakan hama baru resurjensi, penumpukan residu
bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia.
Untuk memenuhi kebutuhan pangan generasi mendatang tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya, maka pertanian harus menguntungkan secara ekonomi dan
berkelanjutan menurut pertimbangan lingkungan. Penggunaan pestisida alami aman bagi lingkungan. Petani sistem PTT dan non PTT menggunakan pestisida kimia yang
sama. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan pestisida organik dipasaran.
Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008
USU Repository © 2008
4.4. Hasil Analisis Penggunaan Pupuk