Panen dan Pascapanen Tinjauan Pustaka

f. Pengendalian secara fisik, seperti menggunakan lampu perangkap. g. Eradikasi dan sanitasi: untuk tanaman terserang beratpuso, penanaman berikutnya non padi atau dilakukan berat. h. Penggunaan insektisida secara bijaksana. Pengendalian lain tidak efektif ambang ekonomi: 15 werengrumpun, tidak berdampak negatif terhadap musuh alami wereng coklat, wereng tidak resisten, tidak menimbulkan resulgensi, dan gunakan insektisida tertentu buprofezin, karbamat, insektisida butiran sistemik.

9. Panen dan Pascapanen

Penanganan pascapanen hasil pertanian meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani untuk meningkatkan mutu hasil pertanian agar mempunyai daya simpan dan daya guna lebih tinggi. Selain itu masalah panen dan pasca panen yang sering terabaikan adalah yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan seperti pengembalian jerami untuk dijadikan pupuk organik dan menghindari pembakaran jerami di lahan sawah. 2.2. Landasan Teori Praktek pertanian yang berwawasan lingkungan pertanian berkelanjutan menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan. Untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan adalah mengubah sistem pertanian konvensional yang mempunyai ketergantungan kuat pada masukan energi dari luar usahatani penggunaan pupuk dan Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008 organik dan pestisida sintetik yang tinggi sehingga berdampak terhadap lingkungan. Masalah kelestarian pembangunan pertanian tidak akan pernah terlepas dari masalah- masalah fisik, lingkungan dan sosial ekonomi. Tidak ada sistem pertanian yang lestari apabila secara ekonomi tidak menguntungkan, baik untuk petani sebagai pelaku pembangunan pertanian maupun masyarakat pada umumnya. Tetapi kelestarian secara ekonomi tidak pernah tercapai apabila harus dibayar mahal akibat terjadinya kerusakan lingkungan, yakni kerusakan fisik berupa degradasi lahan yang tidak dapat balik, atau serangan hama, penyakit dan gulma yang tidak terkontrol. Untuk masa yang akan datang, kita memerlukan sistem usaha tani dan teknologi produksi pertanian yang terpadu dengan azas-azas lingkungan yang dapat tetap menjamin kelestarian dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam bagi generasi mendatang. Menurut FAO 1989 pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan dan konservasi sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang. Ciri-ciri pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan: 1. Mampu meningkatkan produksi pertanian dan menjamin keamanan pangan di dalam negeri. 2. Mampu menghasilkan pangan yang terbeli dengan kualitas gizi yang tinggi serta menekan atau meminimumkan kandungan bahan-bahan pencemar kimia maupun bakteri yang membahayakan. Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008 3. Tidak mengurangi dan merusak kesuburan tanah, tidak meningkatkan erosi, dan menekan ketergantungan pada sumberdaya alam yang tidak terbarukan. 4. Mampu mendukung dan menopang kehidupan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan kesempatan kerja, menyediakan penghidupan yang layak dan mantap bagi para petani. 5. Tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat yang bekerja atau hidup di lingkungan pertanian, dan bagi yang mengkonsumsi hasil-hasil pertanian. 6. Melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian dan pedesaan serta melestarikan sumberdaya alam dan keragaman hayati. Memperhatikan kondisi pembangunan pertanian yang sedang berjalan di Indonesia, usaha untuk meningkatkan kebutuhan pangan dilakukan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan untuk memperbaiki kesehatan tanah, perlindungan lingkungan serta produktivitas yang berkelanjutan. Penerapan sistem pertanian alternatif yang berwawasan lingkungan merupakan konsep yang pemasyarakatannya memerlukan waktu yang relatif panjang. Pembangunan pertanian pada umumnya dan khususnya pertanian pangan banyak menghadapi kendala-kendala, diantaranya: a Ketersediaan lahan potensial untuk pertanian semakin terbatas. Lahan yang tersedia sudah semakin banyak yang telah dibuka dan dimanfaatkan untuk pertanian maupun kepentingan yang lain. b Pengalihan fungsi lahan pertanian subur ke lahan bukan pertanian meningkat secara dramatis sehingga luas garapan sawah terlalu sempit. Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008 c Teknologi konservasi sumberdaya tanah tidak dapat diterapkan secara baik, disebabkan karena luas pemilikan lahan terlalu sempit, tekanan penduduk yang besar, kondisi biofisik lahan tidak seragam, biaya investasi konservasi yang mahal. d Dilema irigasi konvensional sebagai andalan pengembangan lahan pertanian tanaman pangan dan lahan produksi banyak yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, di samping sudah jauh berkurang karena ditempati industri, pemukiman dan infrastruktur lainnya. e Kerusakan lahan pertanian makin meningkat, terjadi baik akibat erosi, pemakaian pupuk kimia dan obat kimia secara berlebihan, tidak ada pendauran ulang limbah pertanian. f Terjadinya penyempitan pemilikan lahan akibat luas lahan terbatas, penduduk terus bertambah, di lain pihak sektor pertanian harus menyediakan lapangan kerja terbesar. Kalau diperhatikan lebih mendalam bahwa keberhasilan pembangunan pertanian, terutama sektor tanaman pangan lebih banyak terjadi di lahan sawah. Keberhasilan ini tercapai melalui: a Penggunaan bibit unggul secara meluas. b Penggunaan pupuk kimia terutama N dengan dosis tinggi secara meluas, dan pemberantasan hama penyakit dengan obat kimia. c Pembangunan fasilitas irigasi secara besar-besaran, perluasan lahan sawah, perluasan intensifikasi padi sawah secara monokultur. Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008 d Mengatur produksi secara sentral dengan paket teknologi masukan tinggi. e Pemberian subsidi kepada sarana produksi dan kredit usahatani dalam jumlah besar Sutanto, 2002. Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yang lebih memfokuskan pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan dan Direktorat Jendral Produksi Peternakan telah melaksanakan kegiatan percontohan Program Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu PT di 22 provinsi. Program ini dilaksanakan sejak tahun anggaran 2002 hingga 2004. Kegiatan ini merupakan upaya pengembangan model alih teknologi atau inovasi baru untuk memacu peningkatan produktivitas padi dan sekaligus peningkatan pendapatan petani melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu PTT Deptan, 2002. Pendekatan PTT mengutamakan sinergisme berbagai komponen teknologi dalam suatu paket teknologi agar mampu meningkatkan efisiensi penggunaan input dan sekaligus hasil panen. Pendekatan PTT juga memperhitungkan keterpaduan antara tanaman disatu pihak dan sumberdaya yang ada di pihak lain Las, 2002. Hasil penelitian di 22 provinsi menunjukkan bahwa penerapan model PTT dapat meningkatkan hasil gabah kering panen GKP daripada teknologi petani non PTT sebesar 18 atau sekitar 1,0 tha Zaini, et al, 2002; Budianto, 2003. Vandalisna : Konservasi Lahan Padi Sawah Oryza Sativa, L Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, 2008 USU Repository © 2008

2.3. Kerangka Pemikiran