beragamnya harga yang harus dibayar oleh penerima raskin, kurangnya timbangan beras, kurang tepatnya sasaran lokasi dan rumah tangga penerima raskin dan
timbulnya dampak program raskin yang menekan harga gabah petani di sentra produsi pada saat panen raya Suryana dan Hermanto, 2003.
Pagu beras miskin raskin tahun 2007 di Sumatera Utara mencapai 72 679 ton, naik dibanding tahun 2006 sebanyak 65 740 ton. Pendistribusian raskin
berlangsung selama 10 bulan, dimulai awal februari 2007 sebanyak 25 kabupatenkota. Untuk Deli Serdang sebanyak 6 879 ton, Serdang Bedagai 3 517
ton, Langkat 7 432 ton, Tanah karo 2 434 ton, Dairi 2 329 ton Pakpak Barat 428 ton, Medan 6 681 ton, Binjai 581 ton, Tebing Tingggi 403 ton, Simalungun 5 026
ton, Tapanuli Utara 1 923 ton, Pematang Siantar 908 ton, Toba Samosir 1 415 ton, Samosir 1 327 ton, Humbang Hasundutan 1 214 ton, Tanjung Balai 696 ton,
Labuhan Batu 4 432 ton, Mandailing Natal 3 255ton, Tapanuli Selatan 5 121, ton, Tapanuli Tengah 2 801 ton, Nias Selatan 3 096 ton, Padang Sidempuan 797 ton,
Sibolga 345 ton dan Asahan 3 794 ton Waspada, 2 Februari 2007.
2.6. Penelitian Sebelumnya
Pendekatan pengelolaan tanaman terpadu ptt yang mensinergikan komponen teknologi yaitu varietas unggul, spesifik lokasi, jumlah bibit 1-2
lobang, jarak tanam rapat, pemupukan dan pemberian air berkala. Tujuannya mengevaluasi prospek pengembangan ptt untuk meningkatkan produksi padi di
Sumatera Utara. Pendekatan ini mengutamakan rasionalisasi penggunaan input Hasilnya selama priode 1996-2000 mengalami peningkatan dengan persentase
yang rendah. Persentase peningkatan produksi lebih besar 2,89 dari pada persentase peningkatan luas panen. Artinya disamping akibat peningkatan luas
Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008
panen, peningkatan produktivitas juga mempunyai kontribusi dalam peningkatan produksi. Peningkatan luas panen berfluktuasi dari tahun ketahun dan yang cukup
menonjol terjadi pada tahun 1998 yaitu 3,28 atau seluas 26 204 ha. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh :
1. Terjadinya pergeseran bulan tanam
2. Rangsangan harga gabah
3. Pemberdayaan lahan tidur.
Peningkatan produktivitas sepuluh tahun terakhir hanya sekitar 0,6 . Sembiring dan Moehar a, 2003 .
Dengan menggunakan sampel 20 tahun 1987-2007 variabel yang digunakan adalah tingkat kebutuhan beras nasional dan tingkat produksi beras,
dengan model diagram alir model simulasi penyediaan kebutuhan beras nasional. Tujuannya sebagai salah satu upaya untuk mengantipasi dan mempridiksi
kebutuhan dan penyediaan beras Dari hasil simulasi terlihat sampai dengan tahun 2004 tidak terjadi defisit beras dalam sistem perberasan nasional, tetapi pada
kenyataannya dalam beberapa tahun terakhir kita telah melakukan impor beras untuk mencukupi kebutuhan beras nasional Akbar, 2002.
Dengan menggunakan sampel 25 tahun 1969-1993 variabel yang digunakan adalah produksi beras neto, ekspor dan impor, perubahan stok Bulug,
konsumsi per kapita, harga gabah, harga urea, pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Analisis model dilakukan dalam tiga tahap tahap pertama dengan
menggunakan fungsi Cobb-Douglas dengan OLS, tahap kedua analisis keseimbangan Cobweb diformulasikan dalam bentuk matriks, tahap ketiga dengan
menggunakan formulasi matriks dari keseimbangan Cobweb. Hasil estimasi parameter dapat diketahui bahwa kenaikan jumlah penawaran sebesar 1 dalam
Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008
jangka pendek akan mengakibatkan penurunan harga sebesar 0,67 atau kenaikan penawaran beras sebesar 10 akan menurunkan harga beras 6,7
sebaliknya kenaikan harga beras sebesar 1 akan meningkatkan penawaran sebesar 0,13 atau kenaikan harga beras sebesar 10 akan meningkatkan
penawaran beras sebesar 13 . Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek beras merupakan komoditas kebutuhan pokok yang tidak elastis terhadap
perubahan harga. Dalam jangka panjang kenaikan harga pupuk sebesar 1 akan
mengakibatkan turunnya penawaran beras sebesar 0,03 . Selain itu kenaikan harga pupuk tersebut juga mengakibatkan kenaikan harga beras sebesar 0,16 .
Bahwa peningkatan pendapatan per kapita sebesar 1 dalam jangka panjang akan mengakibatkan meningkatnya permintaan beras sebesar 0,2 dan
meningkatkan harga beras sebesar 1,48 . Hal ini mencerminkan bahwa dalam jangka panjang beras masih merupakan kebutuhan pokok yang tidak elastis baik
terhadap harga maupun terhadap peningkatan pendapatan perkapita. Hasil analisis lainnya bahwa kenaikan pendapatan per kapita dan pertumbuhan
penduduk tidak mempengaruhi penawaran beras, tetapi keduanya mempengaruhi permintaan beras. Hal ini tercermin dari pengaruh kedua peubah tersebut
terhadap kenaikan harga beras Swastika, 1999. Untuk menganalisis stabilitas system keseimbangan penawaran dan
permintaan beras di Indonesia serta dampak kebijakan harga dalam jangka pendek dan jangka panjang. Analisis ini menggunakan model keseimbangan Cobweb.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikkan pendapatan per kapita dan pertumbuhan penduduk tidak dipengaruhi penawaran beras, tetapi keduanya
mempengaruhi permintaan beras. Hal ini tercermin dari pengaruh kedua variabel
Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008
tersebut terhadap kenaikkan beras. Secara rinci, kenaikkan pendapatan per kapita sebesar 1 dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar
0,01 . Selanjutnya, peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar 0,93 . Pengaruh
peningkatan jumlah penduduk terhadap peningkatan beras lebih tinggi dibandingkan pengaruh peningkatan pendapatan per kapita. Hal ini dapat
disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk itu sendiri sekaligus akan meningkatkan konsumsi beras per kapita, sehingga secara agregat berpengaruh
besar terhadap peningkatan permintaan beras. Dalam jangka panjang harga riil yang diterima petani menurun, dengan
kata lain rasio harga beras terhadap harga pupuk urea samakin kecil, seperti halnya dalam jangka pendek. Pengaruh jangka panjang kenaikan harga pupuk
urea terhap penawaran beras dan harga beras sangat kecil, hal ini disebabkan karena petani tidak responsif terhadap kenaikkan harga pupuk urea yang selama
ini dikontrol pemerintah dan fluktuasi harga beras masih selalu dalam pengawasan pemerintah agar tetap terjangkau oleh konsumen Nuryanti, 2005.
Perhitungan kebutuhan penyediaan pangan provinsi “P” dengan jumlah penduduk 8,5 juta orang, dengan komposisi pangan pokok beras 65 , jagung
30 dan ubikayu 5. Dengan menggunakan angka kebutuhan makan pokok per hari per orang beras 370 gram, jagung 493 gram, dan ubi kayu 833 gram,
maka kebutuhan pangan satu tahun penduduk provinsi “P” setelah ditambah 10 adalah beras 820 600 ton, jagung 504 900 ton dan ubikayu 140 800 ton.
Untuk mencapai swasembada beras di provinsi “P” yang berarti swasembada pangan diperlukan luasan sawah minimal 298 400 ha, sedang luas
sawah yang tersedia 275 615 ha atau kekurangan 22 785 ha. Lahan untuk jagung
Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008
dan ubikayu masing masing kelebihan 6 700 ha dan 170 ha, tetapi masih belum dihitung kebutuhan jagung dan ubi kayu untuk industri pakan ternak
Sumarno, 2006. Permintaan terhadap beras digunakan variabel konsumsi di dalam rumah,
diluar rumah di rumah makan dan hotel, konsumsi makanan hasil industri pengolahan dan kebutuhan untuk cadangan rumah tangga. Dengan metode
bantuan Tabel inputoutput BPS tahun 1990 dan 1995. Data konsumsi beras di dalam rumah diperoleh dari Susenas, kebutuhan beras untuk bahan baku industri
pengolahan diperoleh dari rasio angka transaksi antara konsumsi industri dan konsumsi di dalam rumah. Hasilnya dapat diperkirakan komposisi penggunaan
beras pada tahun 1999 yaitu 79,6 di dalam rumah, 10,8 di luar rumah di rumah makan dan hotel dan 9,6 makanan hasil industri. Secara umum
terdapat kecenderungan penurunan konsumsi beras perkapita di dalam rumah yang diiringi peningkatan konsumsi di luar rumah dan konsumsi produk produk
industri makanan Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan, 2007.
2.7. Kerangka Berfikir