mempunyai sifat baik itu disebut dengan “jenis padi unggul”atau disebut varietas unggul. Caranya adalah dengan mengadakan perkawinan silang antara jenis padi
yang satu mempunyai sifat baik dengan jenis padi yang lain mempunyai sifat baik, sehingga didapatkan jenis padi yang mempunyai sifat unggul Sugeng,
2001. Jika ingin meningkatkan produksi dengan tetap menjaga keterjangkauan
harga dan menguntugkan petani satu satunya jalan melakukan efisiensi produksi dan tataniaga. Untuk itu ada 4 hal yang harus dilakukan pemerintah.
1. Pembangunan infrastruktur fisik pertanian dan pedesaan harus ditingkatkan.
2. Adopsi bibit unggul yang baru sehingga produktivitas dapat ditingkatkan.
3. Harus ada reforma agraria dengan pemanfaatan lahan tidur dan tidak
produktif. 4.
Harus dilakukan rekayasa ulang kelembagaan pangan Sugema, 2006.
2.5. Harga Beras
Kebijakan harga pembelian pemerintah hpp bertujuan agar petani padi menerima harga gabah yang layak, sehingga mereka manerima insentif untuk
meningkatkan produktivitas. Sebagai perwujudan dari keberhasilan kepada petani, melalui inpres no. 9 tahun 2002 pemerintah menaikan hpp tersebut dari
Rp 1 500kg menjadi Rp 1 725kg di gudang bulog. Penetapan hpp tersebut berdasarkan pertimbangan agar petani dapat menerima marjin keuntungan
minimal 28 dari harga yang diterima. Marjin keuntungan tersebut dapat dipandang sebagai insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada petani untuk
meningkatkan produktivitas Suryana dan Hermanto, 2003. Disparitas harga gabah dan harga beras yang semakin melebar sejak
kejatuhan Presiden Soeharto menjadi persoalan tersendiri bagi ekonomi
Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008
perberasan, disamping dimensi politiknya yang juga semakin hangat. Laporan Badan Statistik 1 Februari 2006 menyebutkan harga rata rata gabah kering
panen ditingkat petani bulan januari 2006 tercatat Rp. 1 990 per kg, harga rata rata beras kualitas medium di seluruh Indonesia Rp 3 500 per kg dan Rp 4 200
per kg, bahkan lebih tinggi lagi di daerah pedalaman dan yang terisolasi. Harga gabah dan beras tersebut sebenarnya masih berada di atas harga referensi atau
harga pembelian pemerintah hpp, menurut instruksi Presiden no 15 tahun 2005 tentang kebijakan perberasan yang menetapkan untuk gabah kering panen gkp
Rp 1 730 per kg dan untuk beras Rp 3 550 per kg Arifin, 2006. Pergerakan harga beras terlihat dari laporan harian pemantau beras yang
dibuat PT. Food Station Tjipinang Jaya di Jakarta, harga beras IR 64 mutu rendah dari Rp 5 200 kg menjadi Rp 5 350, IR 64 Kualitas II Rp 5 700 dan IR 64
kualitas I Rp. 5 950. Untuk menghindari penyimpangan pola operasi pasar op akan dimodifikasi dengan menerapkan tiga pola, pola pertama operasi pasar beras
dilakukan di pasar grosir atau pasar induk dengan jumlah 50 ton untuk setiap tempat dengan harga Rp. 3 450.kg, pola kedua operasi pasar beras dilakukan di
pasar pasar tradisional dengan jumlah 5 ton untuk setiap tempat sedangkan harga jualnya diatur sendiri antara grosir dan pasar, pola ketiga operasi pasar ditingkat
pengecer kecil atau rumah tangga dengan harga Rp 3 700 kg
kompas,16 Februari 2007.
Bulog Sumut, hingga kini sudah menyalurkan 1.938 ton beras. Dari jumlah itu, sebanyak 838 ton disalurkan ke Medan, 104 ton ke Tebing Tinggi, 69
ton ke Pematang Siantar, 270 ton ke Rantau Prapat Labuhan Batu, 130 ton ke Padang Sidempuan, dan 225 ton ke Gunung Sitoli Kabupaten Nias. Medan
menjadi daerah terbanyak menerima penyaluran beras operasi pasar dari bulog.
Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008
Hal ini berdasarkan survei, menyebutkan konsumen pemakaian beras bulog paling banyak ada di Medan dibanding dengan daerah lain kompas, 22 Januari 2007.
Sebelum tahun 1998 marjin harga gabah dan harga beras hanya berkisar Rp 400 per kg, kini marjin harga gabah dan harga beras telah berada di atas
Rp 1500 per kg bahkan lebih besar untuk daerah terpencil. Jika diperhitungkan faktor inflasi dan upah buruh tani priode 1993–2006, disparitas harga itu bahkan
menunjukkan kesenjangan yang lebih buruk, artinya nilai tambah pengolahan dan perdagangan beras tidak dinikmati petani dan konsumen, tetapi lebih banyak oleh
pedagang, pihak penggilingan padi dan pelaku lain, termasuk Perum Bulog yang memperoleh penugasan pemerintah untuk menjaga stok pangan nasional. Para
ekonom pertanian telah lama yakin stabilitas harga menjadi salah satu dimensi yang penting dalam ketahanan pangan karena dapat menimbulkan konsekuensi
ekonomi, politik dan sosial yang berat Arifin, 2006. Mengingat perekonomian nasional belum sepenuhnya pulih maka program
beras miskin raskin perlu dilanjutkan, namun perlu dikaitkan dengan program pengurangan kemiskinan secara menyeluruh. Dengan demikian program raskin
dapat dikatakan berhasil jika besaran kegiatan itu menurun. Secara operasional, program raskin dapat dipandang sebagai instrumen pelaksanaan dari kebijakan
yang bertujuan untuk menjamin ketersediaaan beras bagi kelompok masyarakat miskin. Selama periode 1998-2003.
Melalui program raskin pemerintah telah menyalurkan sekitar 10 juta ton beras atau rata rata sekitar 1,7 juta ton beras per tahun kepada sekitar 7 juta rumah
tangga miskin dengan harga yang sudah ditetapkan Rp 1 000 kg Namun demikian dalam pelaksanaannya di lapangan program raskin masih menghadapi
berbagai masalah antara lain rendahnya kualitas beras yang didistribusikan,
Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008
beragamnya harga yang harus dibayar oleh penerima raskin, kurangnya timbangan beras, kurang tepatnya sasaran lokasi dan rumah tangga penerima raskin dan
timbulnya dampak program raskin yang menekan harga gabah petani di sentra produsi pada saat panen raya Suryana dan Hermanto, 2003.
Pagu beras miskin raskin tahun 2007 di Sumatera Utara mencapai 72 679 ton, naik dibanding tahun 2006 sebanyak 65 740 ton. Pendistribusian raskin
berlangsung selama 10 bulan, dimulai awal februari 2007 sebanyak 25 kabupatenkota. Untuk Deli Serdang sebanyak 6 879 ton, Serdang Bedagai 3 517
ton, Langkat 7 432 ton, Tanah karo 2 434 ton, Dairi 2 329 ton Pakpak Barat 428 ton, Medan 6 681 ton, Binjai 581 ton, Tebing Tingggi 403 ton, Simalungun 5 026
ton, Tapanuli Utara 1 923 ton, Pematang Siantar 908 ton, Toba Samosir 1 415 ton, Samosir 1 327 ton, Humbang Hasundutan 1 214 ton, Tanjung Balai 696 ton,
Labuhan Batu 4 432 ton, Mandailing Natal 3 255ton, Tapanuli Selatan 5 121, ton, Tapanuli Tengah 2 801 ton, Nias Selatan 3 096 ton, Padang Sidempuan 797 ton,
Sibolga 345 ton dan Asahan 3 794 ton Waspada, 2 Februari 2007.
2.6. Penelitian Sebelumnya