Produktivitas Beras TINJAUAN PUSTAKA

kerugian ekonomi dan lingkungan akibat dikonversinya lahan sawah produktif. Analisis ekonomi jangka pendek sering lebih mengemukakan walaupun sebenarnya tidak cocok karena pengelolaan lahan menyangkut aspek kelestarian sumberdaya alam Anwar, 1993.

2.4. Produktivitas Beras

Sampai akhir 2002, Sumatera Utara masih merupakan daerah kelima terbesar di Indonesia sebagai penghasil beras. Perestasi ini harus dipertahankan mengingat bagian terbesar dari masyarakat Sumatera Utara mengandalkan usahatani padi sebagian sumber pendapatan utama. Tetapi perkembangan perpadian Sumatera Utara sepuluh tahun terakhir kurang mengembirakan, rata rata peningkatan produktivitas hanya 0,62 tahun, peningkatan produksi lebih parah lagi karena dibarengi oleh terjadinya penurunan luas areal pertanian, sehingga timbul kekuatiran bahwa suatu saat nanti, Sumatera Utara tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pangan sendiri, oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan pengambil kebijakan, namun kondisi diatas telah menjadi kenyataan Sembiring dan Moehar b. 2003. Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisio Spermatophyta Sub-Divisio : Angiospermae Class Monocotyledonae Ordo : Graminales Family Graminae poaceae Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008 Sub- Family : Orysidae Genus : Oryza Linn Species : Oryza sativa L AAK, 1990 Tanaman padi Oryza sativa L. merupakan tanaman semusim termasuk golongan rumput rumputan dengan famili Graminae. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air atau di daerah yang beriklim panas yang lembab Suparyono dan Agus. 1993 Strategi pembangunan pertanian, khususnya bidang pangan akan lebih tepat apabila dikaitkan dengan perubahan perubahan dalam memilih dan memanfaatkan kekuatan dan sumber daya masyarakat secara efisien dan bijaksana untuk mencapai swasembada pangan dalam arti luas Noor, 1996. Dalam hal ini beras di pasar dunia amat tipis hanya 4–7 dari total produksi, jauh lebih kecil dibanding dengan gandum 20 , jagung 15 dan kedelai 30 . Pasarnya jauh dari sempurna karena sekitar 80 ekspor beras dikuasai oleh 6 negara yaitu Thailand, Vietnam, Amerika Serikat, India, Pakistan dan Cina. Beras yang dijual di pasar dunia merupakan sisa konsumsi domestik residual goods. Pasar yang tipis dan oligopolistik ini yang membuat harga beras lebih tidak stabil dari pada gandum, jagung dan kedelai Khudori, 2006. Menurut teori Thomas Maltus jumlah populasi penduduk di suatu negara akan meningkat sangat cepat pada deret ukur atau tingkat geometrik 1, 2, 4, 8, 16, 32 dan seterusnya, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, usaha persediaan pangan hanya akan meningkat menurut arimatik 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya oleh karena lahan yang dimiliki setiap anggota masyarakat semakin lama semakin Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008 sempit maka kontribusi marjinalnya terhadap total produksi pangan akan semakin menurun Todaro, 2000. Di Indonesia peningkatan produksi beras tidak sepesat peningkatan jumlah penduduk, dimana jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah sebesar 219,28 juta jiwa dengan rata rata pertumbuhan penduduk sebesar 1,27 .per tahun. Sedangkan kebutuhan beras penduduk pada tahun 2003 adalah sebesar 29 383 juta ton, dengan tingkat konsumsi beras kapita tahun sebesar 134 kg Rusmarilin dan Asmin, 2005. Di Sumatera Utara beras yang masih merupakan makanan pokok, produksinya tumbuh dengan rata rata 3,21 pada tahun 2001-2004, lebih tinggi dibandingkan dengan priode pada tahun 1997-2000 sebesar 2,04 . Tingginya pertumbuhan produksi beras priode pada tahun 2001-2004 hal ini disebabkan oleh adanya pencetakan sawah baru yang pada kurun waktu tersebut tumbuh sebesar 2,7 dan diikuti kenaikan produktivitas sebesar 1,34 . Sihombing, 2005. Jumlah kebutuhan beras dibandingkan dengan rata rata ketersediaan beras selama lima tahun terakhir adalah sebesar 25.989 juta ton, maka akan terjadi kekurangan beras sebesar 3,394 juta ton beras. Ketidak seimbangan antara kebutuhan beras dengan ketersediaan beras dan dengan tidak diimbangi peningkatan produksi pangan lain mengakibatkan terjadinya peningkatan dan ketergantungan terhadap impor beras Rusmarilin.dan Asmin, 2005. . Dengan mengambil angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,2 maka diperkirakan jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2005 adalah sebesar 12. 297. 405 jiwa. Menurut data Dinas Pertanian Sumatera Utara pada tahun 2004 dengan luas panen 823,210 ha sawah seluas 742,866 ha dan ladang seluas 80,344 ha terdapat surplus beras sebanyak 469,030 ton. Dengan konsumsi rata rata Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008 sebesar 138,63 kgkaptahun, wilayah ini memerlukan beras sebanyak 4,6 ton per hari. Secara nasional angka ini cukup tinggi dan berada diatas konsumsi nasional sebesar 115 kgkaptahun, artinya penduduk Sumatera Utara terlalu banyak memakan beras, walaupun produktivitas rata rata budidaya padi sawah hanya sebesar 86,9 dari potensi nasional, sub sektor ini masih mampu melayani kebutuhan penduduk dan bahkan surplus. Badan Ketahanan PanganSekretariat Dewan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara, 2005. Data Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara menunjukkan, keberhasilan pada sektor tanaman bahan pangan, terutama beras yang menunjukkan adanya perbaikan, baik dari sisi luas panen dan produktivitas. Pada tahun 2001 luasan padi sawah dan ladang tercatat seluas 801.948 ha. Pada tahun 2004 kurun waktu tiga tahun luas panen 823 210 ha sawah 742 866 ha, ladang 80 344 ha berarti ada penambahan luas panen sebesar 2,7 persen, dengan produktivitas rata rata sebesar 42,51 Kwt ha. Angka ini masih jauh di bawah produktivitas rata rata nasional yaitu 46,3 kwtha Sihombing, 2005. Provinsi Sumatera Utara setiap tahun rata rata produksi beras mencapai 2,1 juta ton, itu datang dari berbagai daerah tingkat dua, sementara konsumsi beras adalah 140 kg per kapita per tahun atau mencapai 1,7 juta ton per tahun dan masih ada surplus beras 400 000 ton. Jika dihitung berdasarkan total konsumsi. Sumatera Utara masih surplus sebab dari data Badan Ketahanan Pangan BKP total konsumsi beras hanya 1,9 juta ton sudah termasuk beras yang digunakan untuk kebutuhan industri, bibit dan keperluan lainnya dan masih ada surplus 200 000 ton Waspada, 28 Januari 2006. Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi, pemerintah berdaya upaya untuk mendapatkan jenis padi yang mempunyai sifat baik. Jenis padi Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008 mempunyai sifat baik itu disebut dengan “jenis padi unggul”atau disebut varietas unggul. Caranya adalah dengan mengadakan perkawinan silang antara jenis padi yang satu mempunyai sifat baik dengan jenis padi yang lain mempunyai sifat baik, sehingga didapatkan jenis padi yang mempunyai sifat unggul Sugeng, 2001. Jika ingin meningkatkan produksi dengan tetap menjaga keterjangkauan harga dan menguntugkan petani satu satunya jalan melakukan efisiensi produksi dan tataniaga. Untuk itu ada 4 hal yang harus dilakukan pemerintah. 1. Pembangunan infrastruktur fisik pertanian dan pedesaan harus ditingkatkan. 2. Adopsi bibit unggul yang baru sehingga produktivitas dapat ditingkatkan. 3. Harus ada reforma agraria dengan pemanfaatan lahan tidur dan tidak produktif. 4. Harus dilakukan rekayasa ulang kelembagaan pangan Sugema, 2006.

2.5. Harga Beras