35
beberapa penelitian didapatkan kelompok perokok dengan tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak merokok Susalit, dkk.2001
Nikotin dalam tembakau penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah isapan pertama, seperti zat-zat kimia dalam asap rokok, nikotin diserap oleh
pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah hanya dalam hitungan detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin adrenalin. Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekana-tekanan yang lebih tinggi Sheps, S.G.2005. Setelah merokok dua batang tekanan sistolik maupun diastolik akan
meningkat 10 mmhg. Walaupun terjadi kemajuan yang luar biasa dalam membatasi orang merokok, jutaan manusia masih melakukannya, Dr. Emil Bogen, Profesor
Kesehatan Masyarakat University of Cincinati, dan pengarang banyak kajian ilmiah dan biokoimia sehubungan dengan tembakau, mengungkapkan pendapat bahwa
sirkulasi darah bereaksi terhadap nikotin dengan penyempitan pembuluh darah diikuti dengan kenaikan tekanan darah, Dr.Logan Clending, dalam bukunya, The Human
Body, tembakau mempunyai efek yang cukup besar terhadap penyempitan pembuluh darah, melalui lapisan otot akan menaikkan tekanan darah Sheps, S.G.2005.
c. Stres atau Ketegangan Jiwa
Stres merupakan reaksi fisik dan psikis terhadap perubahan-perubahan yang dialami individu, reaksi fisik antara lain detak jantung cepat, tekanan darah naik
tinggi, dan muncul penyakit psikosomatis seperti tukak lambung, maag, dan migrain.
Roslina : Analisa Determinan Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Tiga Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
36
Reaksi psikis dapat berupa sikap penarikan diri dan mekanisme pertahanan ego, orang yang mengalami stres mempnyai resiko untuk menderita hipertensi sebesar
2,5 kali dibandingkan dengan orang yang tidak stress Supargo, dkk,1989 Prevalensi pada masyarakat kota lebih tinggi dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan Kertohoesodo, S. 1979, hal ini sesuai dengan penelitian Monica, dkk. 1993 di jakarta, mendapatkan prevalensi hipertensi didaerah
perkotaan lebih tinggi yaitu 17 sedangkan dibandingkan pedesaan sebesar 6,3 Darmojo, B. 2001
Stress adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya. Dengan
efektif stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar, stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar Sidabutar, R.P.1990.
Stress positif. Bentuk stress ini membangkitkan gairah dan perasaan memiliki kesempatan bagus, kita mendapatkan suatu keadaan dengan percaya diri.
Stres negatif: stres ini terjadi jika kita merasa tidak berdaya atau dibawah tekanan terus-menerus, mungkin karena kita merasa kesulitan konsentrasi, mungkin karena
tersisih dari lingkungan kita. Meskipun ada perbedaan stres positif dan negatif, secara fisiologis tubuh bereaksi sama terhadap keduanya Sheps, S. G. 2005.
Stres bisa bersifat fisik maupun mental yang menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan cepat.
Kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi dengan meningkatnya
Roslina : Analisa Determinan Hipertensi Esensial Di Wilayah Kerja Tiga Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007, 2008
USU Repository © 2008
37
pengeluaran hormon dan kebutuhan otak terhadap darah akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan tekanan darah Leonard, M.1995
Stres merupakan reksi fisik dan psikis terhadap perubahan-perubahan yang dialami individu, reaksi fisik antara lain detak jantung cepat, tekanan darah tinggi,
dan kemunculan penyakit psikosomatis seperti tukak lambung, sakit maag, dan migraine. Reaksi psikis dapat berupa sikap penarikan diri dan mekanisme pertahanan
ego Tyrer, 1980 Stres berhubungan dengan hipertensi dengan aktivitas saraf simpati yang
beraktivitas, peningkatan saraf simpatis dengan meningkatkan tekanan darah secara intermitten tidak menentu, apabila stres berkepanjangan dapat menyebabkan
tekanan darah menetap tinggi Sidabutar, R. P.1990 Hormon epinefrin adrenalin dan kortisol yang dilepas saat stress akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung pada
beratnya stres dan sejauh mana kita dapat mengatasinya. Pengaruh stres yang akut biasanya hanya sementara namun jika secara teratur menderita stres maka kenaikan
tekanan darah dalam jangka lama akan menyebabkan kerusakan jantung, arteri, otak, ginjal, dan mata Sheps, S.G. 2005.
d. Konsumsi Alkohol.