Perlengkapan Pelindung Diri Tindakan-Tindakan Pencegahan Infeksi

Pemakaian sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain atau ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang terkontaminasi kemudian berpindah ke bagian tubuh yang tidak terkontaminasi, bukan merupakan praktik yang aman. Menurut Doebbeling dan Colleagues 1988 dalam Depkes 2008 menemukan bakteri dalam jumlah yang bermakna pada tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan memakai sarung tangan dan tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain. ProdesurTindakan yang Memerlukan Sarung Tangan a. Menolong persalinan dan kelahiran bayi, menjahit laserasi atau episiotomi b. Mengambil contoh darah c. Menghisap lendir dari jalan nafas bayi baru lahir d. Memegang dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi e. Memegang sampah yang terkontaminasi f. Membersihkan percikan darah atau cairan tubuh. Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika jumlahnya sangat terbatas maka sarung tangan bekas pakai dapat diproses ulang dengan dekontaminasi, cuci dan bilas, disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan ulang, jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin ada robekan atau lubang yang tidak terlihat atau sarung tangan mungkin robek pada saat sedang digunakan JNPK-KR, 2008.

3. Perlengkapan Pelindung Diri

Perlengkapan pelindung diri adalah perlengkapan yang dipakai oleh petugas kesehatan untuk menutupi bagian-bagian tubuh petugas mulai dari kepala hingga telapak kaki. Perlengkapan ini digunakandipakai oleh petugas dengan dua fungsi, Universitas Sumatera Utara yaitu untuk kepentingan pasien dan sekaligus untuk kepentingan petugas sendiri Darmadi, 2008. Alat atau perlengkapan pelindung diri yang digunakan petugas adalah sebagai berikut: a. Sarung tangan Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien dengan pasien lainnya untuk mencegah infeksi silang Tietjen, 2004. b. Masker Masker merupakan alatperlengkapan yang menutup wajah bagian bawah. Harus cukup lebar karena harus menutup hidung, mulut, hingga rahang bawah. Dengan demikian dapat menahan percikan cairanlendir yang keluar dari lubang hidung maupun mulut saat petugas bicara, batuk, maupun bersin. Serta untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan. c. Pelindung Mata Tujuan pemakaian alat ini adalah untuk melindungi mata petugas dari kemungkinan percikan darah atau cairan lainnya dari penderita misalnya saat menolong persalinan normal atau tindakan seksio. Sebagai pelindung mata antara lain: 1 Goggles, mirip kacamata renang dengan tali elastis di belakangnya, merupakan pelindung mata terbaik tetapi mudah berkabut dan sedikit berat. Universitas Sumatera Utara 2 Kacamata dengan lensa normal atau kacamata resep dokter, cukup memadai bila digunakan sebagai pelindung mata. d. Tutup kepala atau Kap Digunakan untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit kepala dan rambut tidak jatuh dan masuk ke dalam luka atau sayatan jaringan pada pasien. e. Apron atau celemek Merupakan alat pelindung pada posisi terluar dan dipasang pada tubuh petugas bagian depan. Terbuat dari bahan karet atau plastik dengan tali penggantung pada leher petugas, serta adanya tali yang diikat ke belakang setinggi pinggang petugas. Penggunaan apron atau celemek untuk mengantisipasi kemungkinan adanya percikan darah atau cairan lainnya dari penderita. Jadi pemakaian apron lebih banyak ditujukan untuk melindungi petugas daripada melindungi penderita. f. Alas Kaki Digunakan untuk melindungi kaki dari perlukaan, bersentuhan dengan cairan yang menetes atau benda yang jatuh. Alas kaki tersebut dapat berupa sepatu botsandal dari bahan kulit atau karet Darmadi, 2008. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan kemudian dilepas tanpa sarung tangan Summers et al. 1992 dalam Depkes 2008.

4. Pengelolaan Cairan Antiseptik

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Intervensi Nyeri Persalinan Kala I Oleh Bidan Praktek Swasta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2014

0 34 68

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

1 35 78

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 31 64

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 1

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 9

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 12

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 2

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 5

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 15