Pengelolaan Cairan Antiseptik Pengelolaan Sampah

2 Kacamata dengan lensa normal atau kacamata resep dokter, cukup memadai bila digunakan sebagai pelindung mata. d. Tutup kepala atau Kap Digunakan untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit kepala dan rambut tidak jatuh dan masuk ke dalam luka atau sayatan jaringan pada pasien. e. Apron atau celemek Merupakan alat pelindung pada posisi terluar dan dipasang pada tubuh petugas bagian depan. Terbuat dari bahan karet atau plastik dengan tali penggantung pada leher petugas, serta adanya tali yang diikat ke belakang setinggi pinggang petugas. Penggunaan apron atau celemek untuk mengantisipasi kemungkinan adanya percikan darah atau cairan lainnya dari penderita. Jadi pemakaian apron lebih banyak ditujukan untuk melindungi petugas daripada melindungi penderita. f. Alas Kaki Digunakan untuk melindungi kaki dari perlukaan, bersentuhan dengan cairan yang menetes atau benda yang jatuh. Alas kaki tersebut dapat berupa sepatu botsandal dari bahan kulit atau karet Darmadi, 2008. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan kemudian dilepas tanpa sarung tangan Summers et al. 1992 dalam Depkes 2008.

4. Pengelolaan Cairan Antiseptik

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena Universitas Sumatera Utara kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan dapat menyebabkan infeksi. Larutan antiseptik digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan disinfektan. Larutan disinfektan digunakan untuk mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang digunakan dalam tindakan medis. Cara mencegah kontaminasi larutan antiseptik dan disinfeksi: a. Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan jika pengenceran diperlukan b. Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil pinggiran wadah larutan yang utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil c. Mengosongkan dan memcuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang d. Menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke dalam larutan antiseptik e. Menyimpan larutan di tempat dingin dan gelap JNPK-KR, 2008.

5. Pemrosesan Alat Bekas Pakai

Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk menurunkan penularan penyakit dari instrumen yang kotor adalah dekontaminasi, pembersihan cuci dan bilas, dan dekontaminasi tingkat tinggi serta sterilisasi. Universitas Sumatera Utara Adapun langkah-langkah dalam pemrosesan alat bekas pakai dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Skema 1. Langkah-langkah Pemrosesan alat bekas pakai, sumber: JNPK-KR, 2008

a. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari bahan lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor. Segera setelah digunakan, DEKONTAMINASI Rendam dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit CUCI DAN BILAS Gunakan deterjen dan sikat. Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam. Metode yang dipilih Metode Alternatif STERILISASI DISINFEKSI TINGKAT TINGGI Otoklaf Panas Kering Rebuskukus Kimiawi DIINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN Peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup yang didisinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka 106kPa 121 ˚C 30 menit jika terbungkus 20 menit jika tidak dibungkus 170 ˚C 60 menit Panci tertutup 20 menit Rendam 20 menit Universitas Sumatera Utara masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5 selama 10 menit. Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Berikut adalah cara membuat larutan klorin: 1 Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5 dari larutan konsentrat berbentuk cair 2 Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5 dari serbuk kering Sumber: JNPK-KR, 2008 Tip dekontaminasi: 1 Gunakan tempat plastik untuk dekontaminasi agar mencegah: a Tumpulnya pisau misal gunting saat bersentuhan dengan kontainer logam. Jumlah bagian air = ������� ���������� ������� ���� ���������� – 1 Contoh : untuk membuat larutan klorin 0,5 dari larutan klorin 5,25 misalkan BAYCLIN® 1. Jumlah bagian air = 5,35 0,5 - 1 = 10,5-1= 9,5 2. Tambahkan 9 bagian pembulatan ke bawah dari 9,5 air ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentrat 5,25 Catatan: air tidak perlu dimasak Jumlah bagian air = ������� ���� ���������� ���������� x 1000 Contoh: untuk membuat larutan klorin 0,5 dari serbuk yang bisa melepaskan klorin seperti kalsium hipoklorida yang mengandung 35 klorin: 1. Gramliter = 0,5 35 x 1000 = 14,3 gramliter 2. Tambahkan 14 gram pembulatan ke bawah dari 14,3 serbuk ke dalam 1 liter air mentah yang bersih Universitas Sumatera Utara b Berkaratnya instrumen karena reaksi kimia elektrolisis yang terjadi antara dua logam yang berbeda misal instrumen dan wadah bila direndam dalam air. 2 Jangan merendam instrumen logam yang tidak 100 baja tahan gores meski dalam air biasa selama beberapa jam karena akan berkarat Tietjen, 2004.

b. Pembersihan cuci dan bilas

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatanperlengkapan yang kotor atau sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika perlengkapan untuk proses sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri. Efektivitas pencucian dalam menghilangkan atau menon-aktifkan mikroorganisme yaitu 50 hanya dengan menggunakan air sedangkan 80 jika pencucian dengan detergen dan bilas. Perlengkapan atau bahan-bahan untuk mencuci peralatan adalah: 1 Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks 2 Sikat boleh menggunakan sikat gigi 3 Tabung suntik minimal ukuran 10 ml; untuk kateter, termasuk kateter penghisap lendir 4 Wadah plastik atau baja antikarat stainless steel 5 Air bersih 6 Sabun atau detergen Tahap-tahap pencucian dan pembilasan: 1 Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan Universitas Sumatera Utara 2 Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi hati-hati bila memegang peralatan yang tajam, seperti gunting dan jarum jahit 3 Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam 4 Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati: a Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa darah dan kotoran b Buka engsel gunting dan klem c Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut peralatan d Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan e Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau detergen f Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih 5 Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain 6 Jika peralatan yang didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi misalkan dalam larutan klorin 0,5 tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang efektif 7 Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai 8 Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama menggunakan air bersih 9 Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan. Universitas Sumatera Utara Untuk mencuci kateter termasuk selang atau pipa plastik penghisap lendir dapat dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini: 1 Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan 2 Lepaskan penutup wadah penampung lendir untuk kateter penghisap lendir 3 Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali atau lebih jika perlu dengan air dan sabun atau detergen. 4 Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih 5 Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan DTT JNPK-KR, 2008.

c. Disinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi

Disinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian terhadap endospora bakteri Hidayat, 2008. Disinfeksi tingkat tinggi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus, mengukus atau kimiawi JNPK-KR, 2008. 1 Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan cara merebus a Dekontaminasi dan bersihkan semua alat yang akan di didisinfeksi tingkat tinggi. b Semua alat harus terendam dalam air. Atur permukaan air sedemikian rupa, sekurangnya 2,5 cm 1 inci air di atas alat. Sebagai tambahan, pastikan semua wadah dan mangkok yang akan direbus telah dipenuhi air. c Tutup rapat panci dan biarkan air mendidih. Universitas Sumatera Utara d Mulai mencatat waktu. Proses DTT waktu dicatat setelah air mendidih e Rebus alat-alat selama 20 menit. f Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat-alat dengan cunam yang telah di DTT lebih dahulu. Jangan biarkan alat-alat terus terendam dalam air, karena sewaktu air mulai dingin, kuman dan partikel-partikel masuk dalam kontainer dan dapat mengontaminasi alat-alat Tietjen,2004. g Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan jika peralatan dalam keadaan lembab maka keadaan disinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga. h Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka JNPK-KR, 2008. 2 Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan pengukusan Disinfeksi tingkat tinggi dengan pengukusan dilakukan dengan alat kukusan yang terdiri dari panci bawah berdiameter ± 31 cm untuk merebus air, tiga panci berlubang-lubang di dasarnya diameter 0,5 cm untuk melewatkan uap ke atas dan air kembali ke bawah dan tutup panci. DTT dengan pengukusan dapat dilakukan dengan cara: a Tempatkan instrumen dan alat-alat di salah satu panci yang ada lubang di dasarnya. Untuk memudahkan pengeluaran panci, jangan isi panci terlalu penuh. b Ulangi proses ini sampai ketiga panci terisi. Letakkan semua panci tersebut di atas panci bawah yang berisi air untuk dididihkan. Siapkan panci kosong tanpa lubang di samping sumber panas. c Tutup panci dan didihkan sampai air mendidih. Universitas Sumatera Utara d Waktu uap mulai keluar di antara panci dan tutup, mulai mencatat waktu atau menulis waktu mulainya DTT. e Kukus selama 20 menit. f Angkat panci atas dan tutup panci berikutnya. Guncangkan panci agar air turun dari panci yang baru diangkat. g Tempatkan panci yang baru diangkat ke atas panci kosong. Ulangi sampai semua panci ditempatkan di atas panci kosong dan tutup panci yang paling atas langkah ini membuat semua alat dingin dan kering tanpa terkontaminasi h Biarkan alat-alat menjadi kering dalam panci 1-2 jam sebelum dipakai. i Dengan menggunakan penjepit yang di DTT, pindahkan alat-alat kering ke dalam kontainer yang kering dan telah di DTT, bertutup rapat Tietjen, 2004. 3 Disinfeksi Tingkat Tinggi dengan bahan kimiawi Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid. Larutan disinfeksi tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah larutan klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit maka peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan disinfeksi tingkat tinggi: a Letakkan peralatan dalam keadaan kering sudah didekontaminasi dan cuci bilas ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan. Jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat mengurangi daya kerja atau efektifitasnya. b Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia. c Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus. Universitas Sumatera Utara d Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadak disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup. e Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat JNPK-KR, 2008. 4 Sterilisasi Sterilisasi adalah tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme bakteri, jamur, parasit, dan virus termasuk bakteri endospora. Cara sterilisasi adalah sebagai berikut: a Sterilisasi dengan merebus dalam air mendidih sampai 100 ˚C 15 -20 menit Hidayat, 2008. b Sterilisasi dengan stoom. Menggunakan uap panas dalam autoclave 106 pada temperatur 121 ˚C selama 30 menit jika insterumen terbungkus dan 20 menit jika tidak terbungkus. c Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi pada temperatur 170 ˚C selama 60 menit. d Sterilisasi dengan bahan kimia dengan menggunakan larutan glutaraldehid 2- 4 selama 10 jam atau menggunakan larutan formaldehid 8 selama 24 jam Tietjen, 2004.

6. Pengelolaan Sampah

Sampah bisa terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sampah yang tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tetapi sebagian besar limbah persalinan dan kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi. Jika tidak ditangani dengan benar, sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk darah, nanah, urin, Universitas Sumatera Utara kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan hati-hati JNPK-KR, 2008. a. Tujuan Pengelolaan Sampah Tujuan pengelolaan sampah adalah: 1 Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan 2 Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan 3 Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya 4 Membuang bahan-bahan berbahaya dengan aman b. Pembuangan sampah terkontaminasi Pembuangan sampah terkontaminasi yang benar meliputi: 1 Menuangkan cairan atau sampah basah ke sistem pembuangan kotoran tertutup 2 Insenirasi pembakaran untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus mikroorganismenya Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan sampah terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume sampah dan memastikan bahwa bahan-bahan tersebut tidak akan dijarah dan dipakai ulang 3 Menguburkan sampah terkontaminasi untuk mencegah ditangani lebih lanjut Penanganan sampah terkontaminasi yang tepat akan meminimalkan penyebaran infeksi pada petugas kesehatan dan masyarakat setempat. Jika memungkinkan, sampah terkontaminasi harus dikumpulkan dan dipindahkan ke tempat pembuangan dalam wadah tertutup dan anti bocor. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah medik: 1 Untuk sampah terkontaminasi, pakailah wadah plastik dengan tutup yang rapat. Sekarang, kantong-kantong plastik yang berwarna digunakan untuk Universitas Sumatera Utara membedakan sampah umum yang tidak terkontaminasi dengan yang terkontaminasi. 2 Tempatkan wadah sampah dekat dengan lokasi terjadinya sampah itu dan mudah dicapai oleh pemakai mengangkat-angkat sampah kemana-mana meningkatkan risiko infeksi pada pembawanya. Terutama penting sekali terhadap benda tajam yang membawa risiko besar kecelakaan perlukaan pada petugas kesehatan. 3 Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah tidak boleh dipakai untuk keperluan lain di klinik. 4 Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua benda-benda tajam. Jika kontainer sudah ¾ penuh, tutup, sumbat atau plester dengan rapat. Pastikan tidak ada bagian benda tajam yang menonjol keluar wadah. Buanglah wadah benda tajam tersebut secara dibakar atau dikubur. 5 Untuk sampah cair, hati-hati tuangkan sampah cair ke wastafel atau ke dalam toilet dan siramlah dengan air untuk membuang sisa sampah, hindari percikan air. Jika sistem pembuangan kotoran tidak tersedia, buanglah sampah cair tersebut dalam lubang tertutup, jangan dibuang ke saluran terbuka. 6 Jika mungkin, gunakan wadah terpisah untuk sampah yang akan dibakar dan yang tidak akan dibakar sebelum dibuang. Langkah ini akan menghindarkan petugas dari memisahkan sampah dengan tangan kemudian. 7 Cuci semua wadah sampah dengan larutan pembersih disinfektan larutan klorin 0,5 + sabun dan bilas teratur dengan air. 8 Gunakan perlengkapan pelindung diri PPD ketika menangani sampah Universitas Sumatera Utara 9 Cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antiseptik berbahan dasar alkohol tanpa air setelah melepaskan sarung tangan apabila menangani sampah Tietjen, 2004. Pengelolaan limbah pelayanan kesehatan yang buruk dapat menimbulkan konsekuensi yang serius terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan Fitria, 2010. Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PENELITIAN

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti Notoatmodjo, 2010. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konsep penelitian Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2014 dengan subjek yang akan diteliti yaitu tentang tindakan cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pemakaian perlengkapan pelindung diri, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai, dan pengelolaan sampah medis adalah sebagai berikut: Skema 2. Kerangka konsep Pelaksanan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Mandiri Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Intervensi Nyeri Persalinan Kala I Oleh Bidan Praktek Swasta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2014

0 34 68

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2010

1 35 78

perilaku bidan dalam penatalaksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten deli serdang medan tahun 2014

0 41 81

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 31 64

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 1

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 9

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 12

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 2

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 5

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Penyebaran Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Agul Kecamatan Medan Barat

0 0 15