79
79
Kesepakatan tentang perjanjian perdamaian tersebut seyogianya dituangkan dalam perjanjian perdamaian. Selanjutnya hubungan antara Debitor
dengan semua Kreditornya tidak lagi diatur dengan ketentuan-ketentuan dalam masing-masing perjanjian bilateral sebelumnya, tetapi diatur dengan syarat-syarat
dan ketentuan dalam Perjanjian Perdamaian itu. Dengan kata lain, syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan dari masing-masing perjanjian bilateral yang telah ada
sebelumnya antara Debitor dengan masing-masing Kreditornya, yang berupa perjanjian utang-piutang perjanjian kredit menjadi tidak berlaku lagi setelah
rencana perdamaian tersebut disepakati yang telah menjadi perjanjian perdamaian dan disahkan oleh Pengadilan Niaga.
94
C. Penyelesaian Utang dalam PKPU yang Dibatalkan
PKPU dapat diakhiri baik atas permintaan Hakim Pengawas, satu atau lebih Kreditor atau atas prakarsa Pengadilan tersebut, dalam hal :
95
1. Debitor, selama waktu PKPU, bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan
pengurusan terhadap hartanya; 2.
Debitor telah merugikan atau telah mencoba merugikan Kreditor nya; 3.
Debitor melakukan pelanggaran ketentuan pasal 240 ayat 1; 4.
Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh Pengadilan pada saat atau setelah PKPU diberikan, atau lalai melaksanakan
tindakan-tindakan yang disyaratkan oleh Pengurus demi kepentingan harta Debitor.
94
Sutan Remi Sjahdeini, Op.cit, hal: 405
95
Mohammad Chidir, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Bandung: Penerbit Mandar Maju ; 1995, Hlm : 142
80
80
5. Selama waktu PKPU, keadaan harta Debitor ternyata tidak lagi memungkinkan
dilanjutkannya PKPU; atau 6.
Keadaan harta Debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap para Kreditor pada waktunya.
Permohonan pengakhiran PKPU harus selesai diperiksa dalam jangka waktu 10 sepuluh hari setelah pengajuan permohonan dan Putusan Pengadilan
harus diucapkan dalam jangka waktu 10 sepuluh hari sejak selesainya pemeriksaan. Putusan Pengadilan harus memuat alasan yang menjadi dasar
Putusan tersebut. Jika PKPU diakhiri berdasarkan ketentuan pasal ini, Debitor harus dinyatakan pailit dalam Putusan yang sama Pasal 255 Undang-Undang
Kepailitan dan PKPU. Setelah Termohon Debitor dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Negeri
Niaga Medan maka ketentuan tentang upaya hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 berlaku mutatis mutandis terhadap
Putusan pernyataan pailit sebagai akibat putusan pengakhiran PKPU Pasal 256 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Putusan pernyataan pailit sebagai akibat
Putusan pengakhiran PKPU harus diumumkan sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat 4 Pasal 257 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Pengadilan
menganggap bahwa sidang permohonan pengakhiran PKPU tidak dapat diselesaikan sebelum tanggal Kreditor didengar, maka Pengadilan wajib
memerintahkan agar Kreditor diberitahu secara tertulis bahwa mereka tidak dapat didengar pada tanggal tersebut. Bila perlu Pengadilan segera menetapkan tanggal
81
81
lain untuk sidang dan dalam hal demikian Kreditor akan dipanggil oleh Pengurus Pasal 258 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.
Apabila Debitor dinyatakan pailit, maka : 1.
Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 44 harus dihitung sejak Putusan PKPU Sementara diucapkan;
2. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh Debitor setelah diberi persetujuan oleh
Pengurus untuk melakukannya harus dianggap sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh Kurator, dan utang harta Debitor yang terjadi selama
berlangsungnya PKPU merupakan utang harta pailit; 3.
Kewajiban Debitor yang timbul selama jangka waktu PKPU tanpa persetujuan Pengurus tidak dapat dibebankan terhadap harta Debitor, kecuali hal tersebut
membawa akibat yang menguntungkan bagi harta Debitor Pasal 262 Undang- Kepailitan dan PKPU.
Suatu PKPU dapat diakhiri atau berakhir dengan berbagai cara dan dalam berbagai tahap, yakni:
1. Diakhiri karena Kesalahan Debitor
Adapun yang menjadi alasan sehingga dapat diakhirinya PKPU ditengah jalan adalah sebagai berikut :
a. Selama berlangsungnya PKPU, Debitor bertindak dengan iktikad tidak
baik dalam mengurus harta-hartanya. b.
Debitor mencoba merugikan Kreditor.
82
82
c. Debitor melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 226 ayat 1,
Kepailitan dan PKPU yakni melakukan kepengurusan harta atau mengalihkan harta tanpa diberikan kewenangan untuk itu oleh pengurus.
d. Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan oleh
Pengadilan Niaga pada saat atau setelah PKPU ataupun lalai dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang disyaratkan oleh para pengurus.
e. Keadaan harta Debitor ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkan
PKPU. f.
Karena keadaan Debitor sudah sedemikian rupa sehingga tidak diharapkan lagi untuk memenuhi kewajibannya kepada para Kreditor.
2. Dicabut karena Keadaan Harta Debitor Sudah Membaik
Konsekuensi hukum dari pengakhiran PKPU dalam kasus ini adalah bahwa kembali keadaan semula seperti sebelum putusan PKPU dijatuhkan.
3. Berakhir karena tercapai perdamaian
Penundaan kewajiban pembayaran utang juga berakhir apabila rencana perdamaian disetujui oleh Kreditor konkuren dan Kreditor separatis serta telah
mempunyai kekuatan tetap inkracht.Lihat Pasal 281 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan. Akibat hukumnya adalah bahwa perdamaian tersebut berlaku dan
masing-masing Debitor konkuren mendapatkan haknya seperti dan sebesar yang ditentukan dalam perdamaian yang bersangkutan.
4. Berakhir karena Rencana Perdamaian Ditolak
Sebagaimana diketahui bahwa pihak Debitor harus mengajukan suatu rencana perdamaian dalam suatu PKPU sebab perdamaian tersebutlah yang menjadi
83
83
tujuan sentral dari seluruh proses PKPU tersebut. Akan tetapi, hak dari pihak Kreditor konkuren pula untuk menerima atau menolak rencana perdamaian
tersebut. 5.
Berakhir karena Perdamaian Tidak Disahkan oleh Pengadilan Niaga Sebagaimana diketahui, sungguhpun pihak Kreditor konkuren sudah
menyetujui suatu rencana perdamaian, rencana perdamaian tersebut harus pula mendapatkan pengesahannya ratifikasi oleh Pengadilan Niaga dalam
sidangnya yang disebut dengan homologis. Dalam sidang homologasi ini, apabila ada alasan-alasan untuk itu, Pengadilan Niaga dapat menolak
pengesahan tersebut.Dalam putusan penolakan pengesahan tersebut dinyatakan pula bahwa Debitor dalam keadaan pailit. Menurut Pasal 285 ayat
4Kepailitan dan PKPU Terhadap putusan Pengadilan Niaga tentang penolakan pengesahan perdamaian tersebut tidak dapat diajukan kasasi ke
Mahkamah Agung, tetapi terhadap pengesahan perdamaian dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung .
6. Berakhir arena Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Dibatalkan
Suatu perdamaian dapat saja dibatalkan.Pembatalan perdamaian dalam hal ini disebabkan pihak Debitor telah lalai dalam melaksanakan perdamaian tersebut.
Hal ini berlaku asas pembuktian terbalik, yakni pihak Debitor yang harus membuktikan bahwa perdamaian tersebut telah dipenuhinya. Pengadilan Niaga
leluasa untuk menentukan apakah masih diberikan kesempatan bagi Debitor untuk melaksanakan isi perdamaian tersebut dalam waktu tidak melebihi satu
bulan.
84
84
7. Berakhir Setelah Masa PKPU Terlampaui.
Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu PKPU berlaku maksimum selama 270 hari sudah termasuk jangka waktu maksimum 45 hari untuk penundaan
sementara kewajiban pembayaran utang.Jangka waktu tersebut bersifat mutlak tidak dapat diperpanjang lagi.
8. Berakhir Karena Tidak Tercapai Perdamaian
Bisa saja terjadi bahwa sampai dengan hari yang ke-270 rencana perdamaian tidak atau belum disetujui oleh pihak Kreditor.Maka dalam hal ini, pengurus
pada hari berakhirnya PKPU maksimum hari yang ke-270 wajib memberitahukan Pengadilan Niaga tentang hal tersebut dan Pengadilan Niaga
harus menyatakan Debitor pailit.Lihat Pasal 230 ayat 1. 9.
Berakhir karena PKPU secara tetap tidak disetujui oleh Kreditor.
96
Proses PKPU dapat juga diakhiri jika setelah jangka waktu maksimum 45 hari, yakni jangka waktu untuk penundaan sementara kewajiban pembayaran utang,
para Kreditor konkuran tidak menyetujui diberikannya PKPU secara tetap. Hal ini, maka PKPU secara tetap tidak terjadi dan Pengadilan Niaga harus
menyatakan pailit. Termohon dalam hal belum melakukan pembayaran sisa down payment
tahap pertama seperti yang telah disetujui antara pihak-pihak, dan kemudian Pemohon telah memperingatkan Termohohon Debitor melalui Surat Referensi
Nomor : 114LFEKPXII2013 tertanggal 20 Desember 2013, namun demikian
96
Munir Fuady, Op.Cit, hlm 205-209
85
85
Termohon Debitor tetap tidak melaksanakan kewajibannya tersebut, hal mana merupakan Termohon telah dinyatakan lalai dalam melaksanakan isi Perjanjian
Perdamaian tertanggal 21 Nopember 2013 yang telah disahkan melalui Putusan Pengadilan Niaga Medan No. 03PKPU2013PN.Niaga.Medan tertanggal 04
Desember 2013, sebagaimana diatur dalam Pasal 291 1 jo. Pasall 170 ayat 1 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. Kemudian Pengadilan Negeri Niaga Medan menunjuk dan mengangkat Tim Kurator dalam proses Kepailitan Termohon
Debitor PT.Erakarya Prima. Akibat Hukum Pernyataan Pailit secara umum Debitor pailit berlakulah
hal-hal sebagai bentuk penyelesaan Utang terhadap Kreditor yaitu :
97
1. Terjadi sitaan umum terhadap harta kekayaan Debitor pailit.
2. Kepailitan ini semata-mata hanya mengenai harta kekayaan saja dan tidak
mengenai diri pribadi si Debitor pailit. 3.
Segala perikatan Debitor pailit yang timbul setelah putusan pailit yang diucapkan tidak dapat dibayar dari harta pailit. Harta pailit diurus dan dikuasai
kurator untuk kepentingan semua para Kreditor dan Debitor. 4.
Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban harta pailit harus diajukan oleh atau terhadap kurator Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan
PKPU
97
Anonim, sesukakita.wordpress.com20120530kepailitan-dan-penundaan-
kewajiban-pembayaran-utang-pkpu, di akses tanggal 5 Oktober 2015
86
86
5. Semua tuntutan atau gugatan yang bertujuan mendapatkan pelunasan dari harta
pailit selama kepailitan harus diajukan dengan laporan untuk pencocokan utang Pasal 27 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
6. Kreditor yang dijamin dengan Hak Gadai, Hak Tanggungan, Hak Hipotik,
Jaminan Fidusia dapat melaksanakan hak agunannya seolah-olah tidak ada kepailitan Pasal 55 ayat1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Pihak
Kreditor yang mempunyai hak menahan barang milik Debitor pailit sampai dibayar tagihannya hak retensi, tidak kehilangan hak untuk menahan barang
Debitor pailit terseburt meskipun ada putusan pailit Pasal 61 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
7. Hak eksekusi Kreditor yang dijamin sebagaimana disebut dalam Pasal 55 ayat
1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU Kreditor separatisKreditor dengan jaminan khusus dan pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam
penguasaan Debitor pailit atau kurator.
87
87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaturan mengenai Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam Hukum
Kepailitan Indonesia terdapat pada Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam Bab
III, yakni mulai dari Pasal 222 hingga Pasal 294. Pada Bab III Undang-undang tersebut diatur mengenai bagaimana penundaan kewajiban pembayaran utang
dilaksanakan di Indonesia, yakni meliputi pihak mana saja yang dapat mengajukan permohonan PKPU, bagaimana dan kapan permohonan dapat
diajukan, tahapan dan jangka waktu pelaksanaan PKPU, akibat hukum dari berlangsungnya proses PKPU, sampai dengan bagaimana Perdamaian dapat
dicapai dalam PKPU. Lembaga PKPU ini memfasilitasi Debitor yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan tengah menghadapi permasalahan dalam
88
88
membayar utang-utangnya untuk dapat menunda kewajiban pembayaran atas utang-utangnya itu guna melakukan perundingan dengan Kreditor dalam
rangka merestrukturisasi utangnya. Restrukturisasi utang ini menjadi alternatif solusi yang dapat ditempuh guna menyelesaikan utang piutang di antara
Kreditor dan Debitor. Adapun dalam hal ini PKPU dalam Hukum Kepailitan Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang memfasilitasi
tercapainya suatu restrukturisasi utang. 2.
Perjanjian perdamaian dalam PKPU dapat dilakukan beberapa kemungkinan diantaranya Debitor membayar utangnya dengan cara menyicil, membayar
utang sebagian sisanya dihapuskan, membayar utang pokok bunga dihapus dan berbagai alternatif yang bisa dihasilkan berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak. Bila hal ini bisa dicapai, tentu akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Bagi Debitor asetnya tidak perlu disita, perusahaan bisa berjalan terus.
Bagi Kreditor piutang dapat dibayar kembali walaupun mungkin tidak sepenuhnya. Perdamaian setelah pernyataan pailit pun masih dimungkinkan,
dengan kata lain, sekalipun Debitor sudah dinyatakan pailit oleh pengadilan, namun peluang bagi Debitor untuk melakukan perdamaian dengan Kreditor
masih tetap terbuka. Hal ini dengan tegas dikemukakan dalam pasal 144 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, Debitor pailit dapat mengajukan suatu
perdamaian kepada semua Kreditor. Di sini tampak, bahwa pembentuk undang-undang mencoba melihat lebih jauh, bahwa upaya perdamaian akan
lebih baik bagi semua pihak daripada harus dinyatakan pailit yang berarti aset harus dijual untuk memenuhi kewajiban Debitor. Hanya saja dalam hal ini,
89
89
pembentuk undang-undang juga memberi batas waktu agar ada kepastian hukum. Dalam Pasal 145 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU disebutkan,
bila Debitor ingin mengajukan perdamaian, harus mengajukan rencana perdamaian sebelum rapat pencocokan piutang.
3. Akibat hukum setelah Debitor dinyatakan lalai dalam memebuhi perjanjian
perdamaian oleh Pengadilan Negeri Niaga Medan yang sebelumnya dimana perjanjian perdamaian tersebut sudah disepakati oleh para pihak dapat dikatan
sudah sesuai dengan peraturan Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Bahwa Pemohon pada pokoknya mendalilkan bahwa berdasarkan Putusan No.
03PKPU2013PN.Niaga.Medan, tertanggal 25 Pebruari 2013, TermohonDebitor telah dinyatakan berada dalam keadaan PKPU. Kemudian
TermohonDebitor telah menawarkan kepada Pemohon skema penyelesaian utang TermohonDebitor dan kemudian para pihak telah menyepakati
perjanjian perdamaian tersebut. Seiring berjalannya waktu, Termohon telah dinyatakan lalai dalam melaksanakan isi Perjanjian Perdamaian tertanggal 21
Nopember 2013 yang telah disahkan melalui Putusan Pengadilan Niaga Medan No. 03PKPU2013PN.Niaga.Medan tertanggal 04 Desember 2013, maka
hakim menyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, juga beralasan dan haruslah dikabulkan. Karena perjanjian perdamaian telah lalai
dipenuhi oleh Debitor maka hakim menyatakan Pailit dengan segala akibat hukumnya. Dengan pernyataan pailit, Debitor pailit demi hukum kehilangan
hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimasukan dalam kepailitan, terhitung sejak tanggal kepailitan itu, termasuk juga untuk
90
90
kepentingan perhitungan hari pernyataan itu sendiri. Tentang harta kepailitan, lebih lanjut dalam Pasal 19 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
menerangkan bahwa harta pailit meliputi semua harta kekayaan Debitor, yang ada pada saat pernyataan pailit diucapkan serta semua kekayaan yang
diperolehnya selama kepailitan. Kendati telah ditegaskan bahwa dengan dijatuhkannya putusan kepailitan harta kekayaan Debitor pailit akan di urus
dan di kuasai oleh Kurator.
B. Saran