Akibat hukum atas kelalaian PT sebagai Debitor untuk memenuhi

74 74 TermohonDebitor kepada Pemohon melalui surat pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh kuasa hukumnya pada tanggal 4 desember 2013 yaitu pembayaran sebesar Rp. 7.500.000.000,- tujuh miliyar lima ratus juta rupiah tanggal 12 desember 2013 dan sebesar Rp. 21.500.000.000,- paling lambat tanggal 16 desember 2013. hal ini disebabkan oleh karena kedua bilyet giro yang diserahkan TermohonDebitor kepada Pemohon pada saat akan dicairkan oleh Pemohon ternyata tidak dapat dicairkan. Bahwa oleh karena itu, maka Pemohon dengan ini memohon kepada Pengadilan Niaga Medan untuk menyatakan TermohonDebitor pailit dengan segala akibat hukumnya. Seperti yang diketahui, Kreditor dapat menuntut pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan apabila Debitor lalai memenuhi isi perdamaian tersebut. Debitor wajib membuktikan bahwa perdamaian telah dipenuhi. Pengadilan berwenang memberikan kelonggaran kepada Debitor untuk memenuhi kewajibannya paling lama 30 tiga puluh hari setelah putusan pemberian kelonggaran tersebut diucapkan. Putusan Pengadilan yang membatalkan perdamaian, Debitor juga harus dinyatakan pailit. Putusan pernyataan pailit yang diputuskan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285, 286, atau 291 Undang-undang Kepailitan, tidak dapat ditawarkan suatu perdamaian.

B. Akibat hukum atas kelalaian PT sebagai Debitor untuk memenuhi

perjanjian perdamaian dalam PKPU Perdamaian dalam rangka PKPU mengikat semua Kreditor konkuren tanpa kecuali, baik Kreditor yang telah menyetujui maupun yang tidak menyetujui 75 75 rencana perdamaian itu. Rencana perdamaian itu, bahkan mengikat pula mereka yang tidak hadir atau diwakili dalam sidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Berakhirnya PKPU karena adanya putusan tentang pengesahan perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka terangkat pula penangguhan hak-hak Kreditor separatis 93 Hal ini TermohonDebitor telah menawarkan kepada Pemohon skema penyelesaian utang TermohonDebitor sebagai berikut selanjutnya disebut “Revisi Keempat Final Proposal Rencana” sebagai bentuk perjanjian perdamaian yaitu : . 1. Down Payment sebesar Rp. 92.450.000.000,- wajib dibayar oleh TermohonDebitor kepada Pemohon dengan jadwal pembayaran sebagai berikut : a. Tahap pertama sebesar Rp. 30.000.000.000,- dibayarkan sebelum Perjanjian Perdamaian disahkan Homologasi oleh Pengadilan Negeri Medan ; b. Tahap kedua sebesar Rp. 30.000.000.000,- dibayarkan pada bulan ke-3 setelah Perjanjian Perdamaian disahkan oleh Pengadilan Negeri Medan ; c. Tahap ketiga sebesar Rp. 15.000.000.000,- dibayarkan pada bulan ke-6 setelah Perjanjian Perdamaian disahkan oleh Pengadilan Niaga Medan ; dan d. Tahap keempat sebesar Rp. 17.450.000.000,- dibayarkan pada bulan ke-13 setelah Perjanjian Perdamaian disahkan oleh Pengadilan Niaga Medan ; 93 Sutan Remi Sjahdeini, Op.Cit, hal :399 76 76 e. Sisa pokok sebesar Rp. 119.550.000.000,- dibayar dengan cara angsuran sebanyak 35 kali ; f. Bunga tertunggak sebesar Rp. 40. 203.539.548,- akan dibayar mulai dari bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-48 ; Bahwa terhadap Revisi Keempat Final Proposal Rencana Perdamaian tanggal 14 Nopember 2013 telah disetujui oleh Pemohon dan Kreditor Lain pada rapat pemungutan suara tanggal 21 Nopember 2013 di mana persetujuan tersebut telah dituangkan dalam Perjanjian Perdamaian tanggal 21 Nopember 2013 yang pada pokoknya mengatur bahwa TermohonDebitor, Pemohon dan Kreditor Lain berjanji dan mengikatkan diri untuk memenuhi dan mematuhi seluruh isi dari Revisi Keempat Final Proposal Rencana Perdamaian tanggal 14 Nopember 2013. Namun demikian pada tanggal 4 Desember 2013 tepatnya sebelum sidang pembacaan putusan disahkan atau tidak disahkannya perdamaian, Kuasa Hukum TermohonDebitor telah membuat dan menyerahkan Surat Pernyataan tertanggal 4 Desember 2013 kepada Pemohon yang pada pokoknya menyatakan bahwa khusus untuk pembayaran Down Payment Tahap Pertama sebesar Rp. 30.000.000.000,- yang seyogyanya dibayarkan sebelum Perjanjian Perdamaian disahkan Homologasi oleh Pengadilan Niaga Medan, akan dibayarkan sebagai berikut : 1. Bahwa pada tanggal 4 Desember 2013 TermohonDebitor akan melakukan pembayaran tunai sebesar Rp. 1.000.000.000,- dengan cara transfer kepada 77 77 Pemohon di Rekening Titipan Divisi PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk dengan Nomor Rekening : 0206.01.003910.30.7 ; 2. Bahwa sampai dengan tanggal 12 Desember 2013 TermohonDebitor akan menyetorkan Rp. 7.500.000.000,- kepada Pemohon ; 3. Bahwa sampai dengan tanggal 16 Desember 2013 TermohonDebitor akan menyetorkan Rp. 21.500.000.000,- kepada Pemohon ; 4. Bahwa untuk menjamin pembayaran sejumlah Rp. 7.500.000.000,- dan Rp. 21.500.000.000,- tersebut kepada Pemohon, maka TermohonDebitor menyerahkan 2 lembar Bilyet kepada Pemohon masing-masing denga nilai tercantum yaitu Rp. 7.500.000.000,- dan Rp. 21.500.000.000,- ; Bahwa dengan adanya pernyataan dan penyerahan 2 lembar bilyet giro sebagaimana tersebut diatas maka Pemohon telah meyetujui disahkannya Perjanjian Perdamaian tanggal 21 Nopember 2013, selanjutnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan melalui Putusan No. 03PKPU2013PN.Niaga.Mdn, tanggal 4 Desember 2013 telah mengesahkan Perjanjian Perdamaian tanggal 21 Nopember 2013 yang telah ditandatangani oleh TermohonDebitor, Pemohon dan Kreditor Lain dimana dengan telah ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian tersebut, maka TermohonDebitor, Pemohon dan Kreditor Lain wajib tunduk dan mematuhi serta melaksanakan isi Perjanjian Perdamaian tanggal 21 Nopember 2013 tersebut ; Namun demikian TermohonDebitor telah lalai melakukan sisa pembayaran down payment tahap pertama sebesar Rp. 29.000.000.000,- dua puluh Sembilan miliyar rupiah kepada Pemohon sebagaimana yang telah 78 78 dijanjikan oleh TermohonDebitor kepada Pemohon melalui Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Kuasa Hukumnya pada tanggal 4 Desember 2013 yaitu pembayaran sebesar Rp. 7.500.000.000,- tujuh miliyar lima ratus juta rupiah tanggal 12 Desember 2013 dan sebesar Rp. 21.500.000.000,- paling lambat tanggal 16 Desember 2013. Hal ini disebabkan oleh karena kedua bilyet giro yang diserahkan TermohonDebitor kepada Pemohon pada saat akan dicairkan oleh Pemohon ternyata tidak dapat dicairkan. Adanya hal ini Pasal 170 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU mengatur Kreditor dapat menurut pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan apabila Debitor lalai memenuhi isi perdamaian tersebut.” Bahwa dari uraian di atas terbukti bahwa TermohohnDebitor telah lalai dalam melaksanakan isi Perjanjian Perdamaian tanggal 21 November 2013 yang telah disahkan melalui Putusan Pengadilan Niaga medan No. 03PKPU2013PN.Niaga.Medan, tanggal 4 Desember 2013. Dengan demikian TermohonDebitor telah lalai dalam melaksanakan isi Perjanjian Perdamaian tanggal 21 November 2013 yang telah disahkan melalui Putusan Pengadilan Niaga medan No. 03PKPU2013PN. Niaga. Medan. Tanggal 4 desember 2013. Bahwa berdasarkan pasal 291 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, dalam Putusan Pengadilan yang membatalkan perdamaian, Debitor juga harus dinyatakan pailit. Hal ini diatur pada Pasal 291 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU mengatur sebagai berikut “ dalam putusan Pengadilan yang membatalkan perdamaian, Debitor juga harus dinyatakan pailit.” 79 79 Kesepakatan tentang perjanjian perdamaian tersebut seyogianya dituangkan dalam perjanjian perdamaian. Selanjutnya hubungan antara Debitor dengan semua Kreditornya tidak lagi diatur dengan ketentuan-ketentuan dalam masing-masing perjanjian bilateral sebelumnya, tetapi diatur dengan syarat-syarat dan ketentuan dalam Perjanjian Perdamaian itu. Dengan kata lain, syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan dari masing-masing perjanjian bilateral yang telah ada sebelumnya antara Debitor dengan masing-masing Kreditornya, yang berupa perjanjian utang-piutang perjanjian kredit menjadi tidak berlaku lagi setelah rencana perdamaian tersebut disepakati yang telah menjadi perjanjian perdamaian dan disahkan oleh Pengadilan Niaga. 94

C. Penyelesaian Utang dalam PKPU yang Dibatalkan