24
24
Perbedaan antara PKPU dengan kepailitan juga terdapat dalam bidang prosedur yang harus ditempuh. Peraturan prosedur pada PKPU kurang luas
dibandingkan dengan peraturan prosedur dalam kepailitan.
33
Pengaturan mengenai PKPU ini sendiri dalam Hukum Kepailitan Indonesia terdapat pada Undang-
Undang Kepailitan dan PKPU dalam Bab III, yakni mulai dari Pasal 222 hingga Pasal 294. Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Bab III tentang PKPU, dapat
diketahui bahwa pengajuan PKPU dapat dilakukan sebelum pengajuan permohonan pernyataan pailit terhadap seorang Debitor ataupun pada waktu
permohonan pernyataan pailit sedang diperiksa oleh pengadilan niaga.
34
PKPU diajukan sebelum pengajuan permohonan pernyataan pailit, maka terhadap Debitor tidak dapat diajukan permohonan pernyataan pailit. Adapun
apabila PKPU diajukan setelah permohonan pernyataan pailit diajukan, yakni ketika proses pemeriksaan pengadilan niaga terhadap permohonan pernyataan
pailit masih berlangsung, maka pemeriksaan permohonan pernyataan pailit itu harus dihentikan.
Hal tersebut disebabkan karena terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan penundaan
kewajiban pembayaran utang diperiksa pada saat yang bersamaan, permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang harus diputuskan terlebih dahulu.
35
A. Persyaratan pengajuan PKPU oleh PT sebagai debitor
33
Ibid., hlm. 202.
34
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm 327.
35
Indonesia, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-Undang No.34 tahun 2007, LN No.131 Tahun 2004, TLN No. 4443 , Ps. 229 ayat
3.
25
25
Persyaratan yang paling utama dalam hal pengajuan permohonan PKPU sebagaimana tercantum dalam pasal 222 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan
PKPU adalah Debitor tersebut memiliki lebih dari 1 satu Kreditor. Pengajuan permohonan PKPU itu sendiri dapat dilakukan oleh Debitor maupun Kreditor. Hal
ini merupakan perubahan yang terjadi pada peraturan perundang-undangan kepailitan yang baru, di mana pada Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 pada Pasal
213
36
dinyatakan bahwa yang dapat mengajukan permohonan PKPU adalah Debitor. Syarat bagi Kreditor untuk dapat mengajukan PKPU itu sendiri, menurut
Pasal 222 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU adalah apabila Kreditor tersebut memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan membayar
utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Sedangkan bagi Debitor untuk dapat mengajukan PKPU bukan hanya setelah tidak dapat melanjutkan
pembayaran utang-utangnya, Tetapi juga apabila Debitor memperkirakan tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya itu ketika nantinya utang-utang itu
jatuh waktu dan dapat ditagih seperti yang tertuan Pasal 222 ayat 2 Undang- Undang Kepailitan dan PKPU.
37
Adapun terhadap Debitor yang merupakan Bank, Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan
Maka apabila isi dari Pasal 222 ayat 2 dan ayat 3 disimak dengan baik, maka terlihat bahwa terdapat perbedaan mengenai syarat
dapat diajukannya PKPU oleh Debitor dan oleh Kreditor.
36
Pasal 213 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 menyatakan bahwa “Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang sebagaimana dimaksud Pasal 212 harus diajukan Debitor
kepada Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dengan ditandatangani olehnya dan oleh penasihat hukumnya, dan disertai daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, beserta surat-surat
bukti selayaknya.”
37
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hlm 331.
26
26
Penyelesaian, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, dan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik terdapat
persyaratan khusus perihal pihak yang dapat mengajukan permohonan PKPU. Dalam hal ini, pihak yang dapat mengajukan permohonan PKPU atas lembaga-
lembaga tersebut adalah sama dengan pihak yang mengajukan permohonan pailit terhadap lembaga itu. Pasal 223 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU secara
rinci menyatakan bahwa: “Dalam hal Debitor adalah Bank, Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, dan Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik maka yang dapat mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran
utang adalah lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3, ayat 4, dan ayat 5.
38
” Debitor yang merupakan sebuah bank, pengajuan permohonan PKPU
harus dilakukan oleh Bank Indonesia. Adapun dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, pihak yang berwenang untuk mengajukan permohonan PKPU adalah Badan Pengawas Pasar Modal. Sedangkan dalam hal
Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik,
permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan.
39
Dasarnya Pasal 224 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU memuat ketentuan mengenai persyaratan administratif pengajuan permohonan PKPU, baik
38
Indonesia, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-Undang No.34 tahun 2007, LN No.131 Tahun 2004, TLN No. 4443 , Pasal. 223.
39
Hartono, Sri Rejeki. Kapita Selekta Hukum Perusahaan Bandung: Mandar Maju, 2001, hlm : 94
27
27
bagi pemohon yang merupakan Debitor itu sendiri maupun pemohon yang merupakan Kreditor. Pasal 224 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
mengatur bahwa dalam hal pengajuan permohonan PKPU yang dilakukan oleh Debitor maupun Kreditor, permohonan tersebut haruslah pula ditandatangani oleh
kuasa hukumnya advokat. Advokat memegang peranan penting dalam membantu pihak-pihak yang hendak mengajukan permohonan PKPU. Adapun
ketentuan pasal tersebut berbunyi sebagai berikut ”Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 harus
diajukan kepada Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dengan ditandatangani oleh pemohon dan oleh advokatnya”.
40
Pengajuan permohonan PKPU sebagaimana disebutkan sebelumnya pun harus dilakukan dengan mengindahkan ketentuan yang terdapat pada Pasal 3
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Dengan demikian maka, selain harus ditandatangani oleh advokat dari pemohon, pengajuan permohonan PKPU harus
ditujukan kepada Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum Debitor Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan
dan PKPU. Adapun apabila Debitor telah meninggalkan wilayah Negara Republik Indonesia, maka Pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas
permohonan pernyataan pailit maupun PKPU adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum terakhir Debitor, sehingga dengan
demikian pengajuan permohonan PKPU harus ditujukan kepada Pengadian Niaga yang daerah hukumnya meliputi tempat hukum terakhir Debitor Pasal 3 ayat 2
40
Indonesia, Opcit., Pasal. 224 ayat 1.
28
28
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Debitor yang merupakan persero suatu firma, maka pengajuan permohonan PKPU harus ditujukan kepada Pengadilan
Niaga yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Namun, apabila Debitor
tidak berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia, pengajuan
permohonan PKPU dapat ditujukan kepada Pengadilan Niaga yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat Debitor menjalankan
profesi atau usahanya di wilayah negara Republik Indonesia Pasal 3 ayat 4 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Guna mengetahui kedudukan dari suatu
badan hukum itu sendiri dalam hal penentuan Pengadilan Niaga mana yang memiliki kompetensi relatif maka pemohon dapat mengacu pada keterangan yang
terdapat dalam anggaran dasar terbaru dari badan hukum tersebut.
41
Lebih lanjut diatur bahwa apabila permohonan tersebut diajukan oleh Debitor maka permohonan PKPU itu harus disertai dengan daftar yang memuat
sifat, jumlah piutang, dan utang Debitor beserta surat bukti secukupnya Pasal 224 ayat 2 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU
.
Adapun terhadap permohonan PKPU yang diajukan oleh seorang Kreditor, maka daftar yang memuat sifat,
jumlah piutang, dan utang Debitor beserta surat bukti secukupnya itu diserahkan oleh Debitor pada saat persidangan. Agar Debitor dapat menyerahkan daftar
sebagaimana yang telah disebutkan maka dalam hal pemohon PKPU adalah Kreditor, Pengadilan akan memanggil Debitor melalui juru sita dengan surat kilat
41
Suyatno, Pemanfaatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Sebagai Upaya Mencegah Kepailitan. Jakarta: Kencana Media Prenada Group, 2012, hlm : 102
29
29
tercatat paling lambat 7 tujuh hari sebelum sidang Pasal 224 ayat 3 jo. ayat 4 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.
Bagi Debitor yang merupakan sebuah Perseroan Terbatas, maka permohonan PKPU atas prakarsanya sendiri hanya dapat diajukan setelah
mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham, dengan kuorum kehadiran dan sahnya keputusan sama dengan yang diperlukan untuk mengajukan
permohonan pailit. Hal tersebut dinyatakan dalam bagian Penjelasan dari Pasal 224 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Adapun berdasarkan Pasal 89
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas diatur bahwa permohonan agar suatu PT dinyatakan pailit harus dilakukan berdasarkan
persetujuan RUPS dengan kuorum kehadiran adalah paling sedikit ¾ tiga perempat bagian dari jumlah seluruh saham dan keputusan adalah sah jika
disetujui paling sedikit ¾ tiga per empat bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan. Hal kuorum tersebut tidak terpenuhi maka dapat diadakan RUPS
kedua. RUPS kedua sah dan berhak mengambil keputusan jika dalam rapat paling sedikit
2 3
dua pertiga bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan adalah sah jika disetujui oleh paling
sedikit ¾ tiga perempat bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan, kecuali dasar menentukan kuorum kehadiran danatau ketentuan tentang persyaratan
pengambilan keputusan RUPS yang lebih besar.
42
Putusan dari permohonan PKPU itu sendiri memiliki sifat yang didahulukan daripada permohonan pernyataan pailit. Maksud dari hal tersebut
42
Elijana. PKPU dan Akor: Dalam Rangkuman Lokakarya Terbatas Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya dengan Tema Penyempurnaan Undang-Undang Kepailitan
Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2003, hlm : 87
30
30
adalah manakala terdapat permohonan pailit dan PKPU terhadap Debitor yang sama dan dalam satu waktu, maka permohonan PKPU haruslah diputus terlebih
dahulu. Hal tersebut merupakan ketentuan yang tertuang dalam Pasal 229 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Agar permohonan PKPU dapat diputus
terlebih dahulu maka terdapat persyaratan lanjutan mengenai pengajuan permohonan PKPU yang telah didahului dengan pengajuan permohonan pailit
kepada Debitor yang bersangkutan, yakni harus diajukan pada sidang pertama pemeriksaan permohonan pernyataan pailit. Ketentuan tersebut diatur pada Pasal
229 ayat 4 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menyatakan bahwa: Permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang yang diajukan setelah
adanya permohonan pernyataan pailit yang diajukan terhadap Debitor, agar dapat diputus terlebih dahulu sebagaimana dimaksud pada ayat 3, wajib diajukan pada
sidang pertama pemeriksaan permohonan pernyataan pailit.
43
Syarat admnistratif dari pengajuan permohonan PKPU yang diajukan setelah adanya permohonan pernyataan pailit adalah permohonan PKPU tersebut
harus diajukan paling lambat pada sidang pertama pemeriksaan perkara pailit yang sedang berjalan itu.
B. Prosedur PKPU oleh PT sebagai debitor menurut Undang-Undang