Kelalaian PT Sebagai Debitor untuk Memenuhi Perjanjian Perdamaian

72 72 BAB IV AKIBAT HUKUM ATAS KELALAIAN PT SEBAGAI DEBITOR UNTUK MEMENUHI PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG PKPU

A. Kelalaian PT Sebagai Debitor untuk Memenuhi Perjanjian Perdamaian

dalam PKPU Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maksud dan tujuan diajukannya PKPU baik oleh Debitor maupun Kreditor adalah untuk memberikan kesempatan bagi Debitor mengajukan perdamaian. Hukum kepailitan terdapat 2 dua macam perdamaian, yaitu perdamaian yang diajukan dalam proses kepailitan dan perdamaian dalam proses PKPU. 92 Perdamaian dalam PKPU harus diajukan sebelum Debitor dinyatakan pailit. Bila Debitor dalam proses PKPU menawarkan perdamaian dan ditolak oleh Kreditor, maka perdamaian tersebut tidak dapat ditawarkan lagi dalam proses kepailitan. Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menentukan bahwa Debitor berhak untuk mengajukan suatu perdamaian kepada Kreditor, bersamaan pada waktu PKPU diajukan atau setelah permohonan tersebut diajukan. Ketentuan tersebut termuat pada Pasal 265 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Pada Bab 92 Sunarmi, Op.Cit, hlm:219. 73 73 III Bagian Kedua Undang-undang Kepailitan dan PKPU diatur mengenai perdamaian dalam PKPU. Seperti pada kasus antara PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk selanjutnya disebut Pemohon, dan PT. Erakarya Prima selanjutnya disebut Termohon Debitor, serta PT. Bringin Sejahtera Arta Makmur BSAM, selanjutnya disebut Kreditor Lain, sebelumnya berdasarkan Putusan No. 03PKPU2013PN. Niaga. Medan, tertanggal 25 Pebruari 2013, Pengadilan Niaga Medan telah menyatakan TermohonDebitor berada dalam keadaan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara PKPU Sementara. Selama proses PKPU tersebut, TermohonDebitor telah mengajukan beberapa kali rencana perdamaian di mana dalam rencana perdamaian terakhir tertanggal 14 Nopember 2013, TermohonDebitor telah menawarkan kepada Pemohon skema penyelesaian utang TermohonDebitor. Proposal Rencana Perdamaian tanggal 14 Nopember 2013 telah disetujui oleh Pemohon dan Kreditor Lain pada rapat pemungutan suara tanggal 21 Nopember 2013 di mana persetujuan tersebut telah dituangkan dalam Perjanjian Perdamaian tanggal 21 Nopember 2013 di mana persetujuan tersebut telah dituangkan dalam Perjanjian Perdamaian tanggal 21 Nopember 2013 yang pada pokoknya mengatur bahwa TermohonDebitor, Pemohon dan Kreditor Lain berjanji dan mengikatkan diri untuk memenuhi dan mematuhi seluruh isi Proposal Rencana Perdamaian tanggal 14 Nopember 2013 selanjutnya disebut Perjanjian Perdamaian . Namun demikian TermohonDebitor telah lalai melakukan sisa pembayaran kepada Pemohon sebagaimana yang telah dijanjikan oleh 74 74 TermohonDebitor kepada Pemohon melalui surat pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh kuasa hukumnya pada tanggal 4 desember 2013 yaitu pembayaran sebesar Rp. 7.500.000.000,- tujuh miliyar lima ratus juta rupiah tanggal 12 desember 2013 dan sebesar Rp. 21.500.000.000,- paling lambat tanggal 16 desember 2013. hal ini disebabkan oleh karena kedua bilyet giro yang diserahkan TermohonDebitor kepada Pemohon pada saat akan dicairkan oleh Pemohon ternyata tidak dapat dicairkan. Bahwa oleh karena itu, maka Pemohon dengan ini memohon kepada Pengadilan Niaga Medan untuk menyatakan TermohonDebitor pailit dengan segala akibat hukumnya. Seperti yang diketahui, Kreditor dapat menuntut pembatalan suatu perdamaian yang telah disahkan apabila Debitor lalai memenuhi isi perdamaian tersebut. Debitor wajib membuktikan bahwa perdamaian telah dipenuhi. Pengadilan berwenang memberikan kelonggaran kepada Debitor untuk memenuhi kewajibannya paling lama 30 tiga puluh hari setelah putusan pemberian kelonggaran tersebut diucapkan. Putusan Pengadilan yang membatalkan perdamaian, Debitor juga harus dinyatakan pailit. Putusan pernyataan pailit yang diputuskan berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285, 286, atau 291 Undang-undang Kepailitan, tidak dapat ditawarkan suatu perdamaian.

B. Akibat hukum atas kelalaian PT sebagai Debitor untuk memenuhi