56
56
D. Berakhirnya PKPU
Menurut Pasal 255 ayat 1 Undang-undang Kepailitan, penundaan kewajiban pembayaran utang dapat diakhiri, atas permintaan Hakim Pengawas,
satu atau lebih Kreditor, atau atas prakarsa Pengadilan dalam hal: 1.
Debitor, selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang, bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya;
2. Debitor telah merugikan atau telah mencoba merugikan Kreditornya;
3. Debitor melakukan pelanggaran ketentuan Pasal 240 ayat 1 Undang-undang
Kepailitan; 4.
Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh Pengadilan saat atau setelah penundaan kewajiban pembayaran utang
diberikan, atau lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang disyaratkan oleh pengurus demi kepentingan harta Debitor;
5. Selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang, keadaan harta Debitor
ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya penundaan kewajiban pembayaran utang; atau
6. Keadaan Debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya
terhadap Kreditor pada waktunya. Hal PKPU diakhiri berdasarkan alasan-alasan diatas, maka demi hukum,
Debitor harus dinyatakan pailit dalam putusan yang sama. Pasal 11 sampai dengan
57
57
Pasal 14 Undang-undang Kepailitan dan PKPU berlaku mutatis mutandis terhadap putusan pernyataan pailit sebagai akibat putusan pengakhiran PKPU. Putusan
pernyataan pailit sebagai akibat putusan pengakhiran PKPU harus diumumkan sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat 4 Undang-undang Kepailitan dan PKPU.
Selama waktu PKPU, Debitor bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya, dan selama waktu PKPU ternyata
keadaan harta Debitor tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU, maka pengurus wajib mengajukan permohonan pengakhiran PKPU. Pemohon, Debitor,
dan pengurus harus didengar pada tanggal yang telah ditetapkan oleh Pengadilan setelah dipanggil sebagaimana mestinya.
Permohonan pengakhiran PKPU tersebut harus selesai diperiksa dalam jangka waktu 10 sepuluh hari setelah pengajuan permohonan tersebut dan
putusan pengadilan harus diucapkan dalam jangka waktu 10 sepuluh hari sejak selesainya pemeriksaan. Putusan pengadilan harus memuat alasan yang menjadi
dasar putusan tersebut. Apabila Debitor dinyatakan pailit, maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 44 Undang-
Undang Kepailitan dan PKPU harus dihitung sejak putusan PKPU sementara diucapkan;
2. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh Debitor setelah diberi persetujuan oleh
pengurus untuk melakukannya harus dianggap sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh Kurator, dan utang harta Debitor yang terjadi selama
berlangsungnya PKPU merupakan utang harta pailit;
58
58
3. Kewajiban Debitor yang timbul selama jangka waktu PKPU tanpa persetujuan
oleh pengurus tidak dapat dibebankan terhadap harta Debitor kecuali hal tersebut membawa akibat yang menguntungkan bagi harta Debitor.
Permohonan PKPU diajukan dalam waktu 2 dua bulan setelah berakhirnya PKPU sebelumnya, maka ketentuan diatas berlaku pula bagi jangka
waktu PKPU berikutnya.
59
59
BAB III PEMBATALAN PERJANJIAN PERDAMAIAN YANG DISAHKAN
DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG PKPU.
A. Perjanjian Perdamaian dalam PKPU