76
kali lipat menjadi Rp.300.000,-. Hal ini sudah menjadi hal yang lazim dan hampir semua hotel melakukan hal tersebut.
d. Eldo Sirait
Informan yang satu ini bernama Eldo Sirait. Ia lahir pada tanggal 06 Desember 1978. Eldo Sirait sudah menikah dan mempunyai 2 dua
orang anak. Istrinya boru Hutapea. Eldo bekerja sehari-hari menjadi guide. Ia merupakan tamatan dari Akademi Kepariwisataan Medan pada tahun
2011. Setelah ia selesai kuliah, ia di tempatkan bekerja di Malaysia pada bagian perhotelan. Setelah itu ia kembali ke Indonesia dan menjadi guide
di Bali dan Bintan. Hingga pada akhirnya kembali ke Parapat dan menjadi guide. Eldo Sirait menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris.
Informan merupakan masyarakat asli Kelurahan Parapat.Ia menjadi guide Parapat sudah hampir 2dua tahun.Pada saat peneliti menanyakan
seputar perkembangan pariwisata Parapat ia dengan cepat mengatakan bahwa tidak ada perkembangan. Pemerintah sama sekali tidak
memperhatikan masyarakat. Eldo sebagai guide tidak pernah di undang dalam musyawarah mengenai perkembangan pariwisata. Ia tidak pernah
juga mendapat pelatihan atau arahan dari pemerintah, justru organisasi yang membantunya yaitu OPS Organisasi Perkapalan Sekitar.
e. Simanjuntak
Informan ini bermarga Simanjuntak merupakan bukan penduduk asli Parapat. Ia berasal dari kota Medan. Ia bekerja di Parapat sebagai
penjual mangga dan membuka warung kelontong. Bapak Simanjuntak
77
sudah menikah dan mempunyai 1 satu orang anak. Ia berperawakan kurus dan berusia kurang lebih 43 tahun.
Peneliti cukup mengalami kesulitan dalam mewawancarai informan karena ia sibuk dan pada awalnya tidak mau diwawancarai.
Bapak Simanjuntak mengaku sudah lima tahun berjualan mangga dan kelontong di Parapat. Ia membeli mangga dari Siantar sebanyak 7 tujuh
karung untuk dijual kembali di Parapat. Harga mangga yang di jualnya berkisar Rp 10.000,- sampai dengan Rp 15.000,-. Ia mengaku sering kali
mengalami kerugian karena mangga yang tidak laku akan busuk dan tidak bisa dijual lagi.
f. Andre Sinaga
Informan ini bernama Andre Sinaga. Ia bekerja sebagai penjual souvenir. Andre masih cukup muda dan berusia 35 tahun. Ia sudah
menikah dan mempunyai anak. Andre merupakan penduduk asli Parapat namun istrinya berasal dari Medan.
Kios yang dimiliki Andre berukuran 3 x 4 meter. Ia menjual pakaian, sendal, topi, gantungan kunci, kaca mata dan lain sebagainya.
Harga souvenir yang ada di kios Andre dapat dikatakan cukup mahal. Karna untuk satu kaos oblong saja dipatok harga Rp. 80.000,-. Andre
menjelaskan bahwa Danau Toba sekarang ini sudah tercemar dan sangat kotor. Ditambah lagi dengan hadirnya PT.Aquafarm yang merusak
ekosistem Danau Toba. Selain dari pada itu infrastruktur daerah pun tidak
78
memadai. Jalanan sudah rusak dan berlubang namun tidak di perbaiki oleh Pemerintah.
g. D. Herbet Sinaga
Herber Sinaga merupakan salah satu tokoh adat atau ketua adat yang sangat berpengaruh di Parapat. Beliau sudah berusia 79 tahun. Bapak Herbet
mengaku bahwa pada awalnya yang membangun pariwisata di Parapat adalah Oppung kakeknya. Sehingga sampai pada hari ini ia masih sering di
libatkan dalam rapat musyawarah daerah dalam rangka membicarakan pembangunan pariwisata.
Informan mengaku bahwa ia tidak mengecap pendidikan dengan cukup. Ia bahkan tidak tamat SR Sekolah Rakyat. Tetapi walaupun ia tidak
mendapat pendidikan dengan cukup, ia memiliki wawasan yang sangat luas. Ia menguasai tiga bahasa asing selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Batak
Toba. Bahasa asing yang dikuasainya antara lain Bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jepang.
Proses wawancara dengan Bapak Herbet sangat menyenangkan karena ia suka bercanda, Ia juga sempat menawarkan wawancara dengan peneliti
dengan menggunakan Bahasa Inggris. Sesi wawancara dilakukan di rumah beliau pada pagi hari pukul 10.00 Wib. Beliau mengaku sangat senang karena
kedatangan peneliti untuk meneliti tentang perkembangan pariwisata di Parapat.
h. Parningotan Girsang