32
pool, boating facilities, hunting safari dengan segala perlengkapannya.
c. Sarana Penunjang Kepariwisataan Supporting Tourism
Superstructure Sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitas yang
diperlukan wisatawan khususnya businnes tourist, yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok dan sarana pelengkap, tetapi
fungsinya yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjungi tersebut.
Termasuk di dalam kelompok ini adalah night club, steambath, casino, souvenir shop, cinema, opera. Sarana semacam ini perlu
diadakan untuk wisatawan, namun tidaklah begitu mutlak pengadaannya, karena tidak semua wisatawan senang dengan
kegiatan tersebut.
2.4. Teori Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Masalah dalam praktek pembangunan dalam 50 tahun terakhir justru telah menjadi serupa dengan sebuah agenda penerapan hegemonik dari
suatu formulasi apriori yang mana objek-objek pembangunan tersebut tidak banyak berbicara dalam mendefenisikan dan merumuskan kontur garis
luar pembangunannya. Agenda semacam ini membuat pembangunan menjadi aktivitas berorientasi hal lainnya dimana para pelaku pembangunan
tidak menyadari bahwa aspek dan praktek pembangunan menyediakan, dan memang seharusnya menyediakankesempatan untuk belajar, pengembangan
diri dan transpormasi diri, baik bagi objek maupun subjek pembangunan.
33
Pada konteks ini, terdapat kebutuhan untuk memikirkan kembali pembangunan sebagai sebuah inisiatif dalam pengembangan diri bagi subjek
dan objek pembangunan, dan etika bukan hanya merupakan suatu perjanjian dalam kepedulian terhadap orang lain, melainkan juga sebuah perjanjian
dalam kepedulian terhadap diri sendiri. Redefinisi dan konstruksi baik dari etika maupun pembangunan merupakan titik awal yang krusial bagi sebuah
pemahaman baru dan penyusunan kembali pembangunan sebagai tanggung jawab manusia bersama, sebagai peluang manusia bersama.
Pembangunan yang dikaji kembali dari titik keuntungan dan praktek pengembangan diri mendesakkan sebuah pergeseran perspektif dalam diri
kita: pergeseran dari pandangan pada pembangunan sebagai perbaikan keadaan orang lain kearah menganggapnya sebagai suatu prakarsa dalam
pengembangan diri. Disini pengembangan diri merujuk baik pada perantara pembangunan maupun subjeknya, yang disebut sasaran dari intervensi.
Meningkatkan atau menggerakkan partisipasi masyarakat diartikan sebagai usaha untuk menggali, menggerakkan dan mengerahkan dana dan
daya dari masyarakat dalam rangka mensukseskan program-program pemerintah. Dalam hal ini diungkapkan bahwa :
1. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam setiap fase proses
pembangunan yang ideal yang membedakan dari pembangunan lain sektoral, regional, dsb. Metode pembangunan masyarakat ini
mendukung wawasan tentang pembangunan terpadu dan partisipatif.
34
2. Partisipasi masyarakat merupakan suatu keluaran sasaran, tujuan
pembangunan itu sendiri. Menggerakkan partisipasi masyarakat sebagai suatu keluaran tidak diartikan sebagai usaha untuk menggali
dana dan daya dari masyarakat, melainkan sebagai usaha untuk menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.
3. Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dapat ditumbuhkan
melalui upaya perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar basic
needs masyarakat dan strategi kelompok sasaran target groups yaitu kelompok miskin.
4. Kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi yang ditumbuhkan
melalui pendekatan dan strategi diatas akan bermakna jika dalam masyarakat tumbuh kesediaan untuk berpartisipasi. Kesediaan
tersebut dapat ditumbuhkan jika program proyek pembangunan mengandung atau menawarkan kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi. Mukerji berpendapat bahwa penggerakan partisipasi masyarakat tidak dimaksudkan sebagai usaha untuk meringankan
beban pemerintah, juga tidak semata-mata untuk mendorong masyarakat untuk menerima teknologi baru, melainkan untuk
mewujudkan bahwa semua aspek pembangunan menyangkut kepentingan dan keinginan mereka. Jadi kesediaan untuk
berpartisipasi dapat ditumbuhkan melalui penerapan demokrasi dalam pembangunan.
35
5. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi yang ditumbuhkan
melalui usaha penerapan demokrasi dalam pembangunan dapat menumbuhkan kemampuan daerah desa untuk berkembang secara
mandiri jika kepada masyarakat diberi kepercayaan untuk memegang peranan desisif atas hal-hal yang menyangkut kepentingan mereka
empowerment. 6.
Prakarsa pemerintah haruslah bersifat tawaran berbentuk aneka alternatif, agar masyarakat tidak merasa seakan-akan dipaksa atau
berada dibawah tekanan atau diasingkan. 7.
Masyarakat haruslah bebas memilih dan memutuskan apa yang dikehendakinya, baik diantara alternatif pemerintah maupun dari
alternatif masyarakat sendiri. 8.
Kepada setiap anggota masyarakat diberi kesempatan yang sama dalam memilih dan menyatakan kehendaknya.
9. Setiap keputusan masyarakat sepanjang mengenai kepentingan
mereka, harus dihormati dan diakui. 10.
Kepada masyarakat diberi kesempatan untuk belajar dari pengalaman, baik dari keberhasilan maupun dari kegagalan program
dan cara yang mereka pilih dan mereka tempuh tersebut learning process.
Secara diagram kondisi diatas dapat dijelaskan pada gambar 2.2. sebagai berikut ini :
36
Gambaran pemikiran dapat digambarkan sebagai bagan 2.2.berikut :
Gambar 2.2 Masyarakat Mandiri
Perbaikan Kondisi Peningkatan Taraf Hidup
Masyarakat
Upaya untuk tujuan lainnya
Upaya untuk mnggerakkan partisipasi masyarakat
Usaha penggalian dana
dari masyarakat Partisipasi sebagai
kemampuan berpartisipasi
Partisipasi masyarakat sebagai dana atau daya
yang dapat disediakan untuk program
pemerintah Demokrasi di
desa otonomi desa Partisipasi Vertikal
Kesediaan Masyarakat untuk berpartisipasi
Enpowerment Orientasi
Vertikal
Kebebasan memilih dan memutuskan
kesempatan yang sama bagi setiap orang
Help Me Phylosophy Kesempatan belajar dari
sukses atau kegagalan
Masyarakat Mandiri
37
Perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dapat menggerakkan partisipasi. Agar perbaikan
kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu :
1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.
2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
mendorong timbulnya jawaban response yang dikehendaki. 3.
Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkahlaku behavior yang dikehendaki secara
berlanjut, misalnya partisipasi horizontal. Selain cara-cara diatas partisipasi masyarakat dapat digerakkan
melalui : 1.
Proyek pembangunan yang dirancang sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.
2. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu
menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 3.
Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan. Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain di Jamaica
berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika: 1.
Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.
2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat
yang bersangkutan.
38
3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi
kepentingan masyarakat setempat. 4.
Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata
berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan.
Dalam partisipasi masyarakat berlaku juga prinsip pertukaran dasar basic exchange principles. Salah seorang pemuka teori pertukaran
exchange theory tersebut adalah Peter M. Blau. Ia mengatakan bahwa semakin banyak manfaat yang diduga akan diperoleh suatu pihak dari
pihak lain melalui kegiatan tertentu, semakin kuat pihak itu akan terlibat dalam kegiatan itu.
Menyangkut partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan Conyers dalam Soetomo 2010:438 mengemukakan adanya
lima cara untuk mewujudkan partisipasi. Kelima cara tersebut adalah 1 survai dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan, 2 memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melaksanaka tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yan
dibutuhkan dalam perencanaan, 3 perencanaan yan bersifat desentralisasi agar lebih mudah memberikan peluang yang semakin besar kepada
masyarakat untuk berpartisipasi, 4 perencanaan melalui pemerintah lokal dan 5 menggunakan strategi pengembangan komunitas community
development.
39
Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk berkembang secara mandiri, terdapat kaitan yang
sangat erat sekali. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya awal masyarakat itu berkembang secara mandiri. Partisipasi
masyarakat dan kemampusn masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri ibarat dua sisi satu mata uang, tidak dapat dipisahkan tetapi dapat
dan perlu dibedakan.
Gambar 2.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan
2.5.Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Obyek Wisata Alam
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena
sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokal
merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah hutan dan lanskap yang merupakan
sumberdaya pariwisatayang dikonsumsi oleh wisatawan berada ditangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir
Penumbuhan kemampuan masyarakat untuk
berkembang secara mandiri
Perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup
masyarakat
Pembangkitan partisipasi
masyarakat.
40
sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu, perubahan-perubahan yang terjadi dikawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan
mereka.
Pengelolaan lingkungan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
pelestarian lingkungan secara edukatif ialah menegakkan keadilan sosial, mengembangkan demokrasi politik dan kebebasan budaya. Tanpa keadilan
sosial social justice nisyaca pengelolaan lingkungan sosial dapat memberdayakan mereka sebagai mitra. Hak-hak untuk mengembangkan
usaha, mengolah sumber daya dan mengelola lingkungannya secara aktif harus dipulihkan. Hak-hak masyarakat atas tempat berlindung, sumber
makanan, sumber mendidik anak-anak, secara integratif maupun arena aktualisi diri harus dihormati. Karena itu tegakan kembali kedaulatan rakyat
political democracy agar mereka dapat ikut serta dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
program-program pembangunan yang menyangkut kepentingan mereka secara langsung atau tidak langsung.
Kemudian yang tidak kalah penting ialah memberikan kebebasan budaya cultural freedom untuk merangsang aktivitas kearah pembaharuan
dalam menanggapi tantangan pembangunan. Berikan keleluasaan kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuan mengatasi kesulitan dan
meningkatkan kesejahteraan dengan mengacu pada kebudayaan mereka sebagai pedoman dalam beradaptasi terhadap lingkungannya secara aktif.
Dengan demikian, masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata menjadi salah satu pemain kunci dalam
41
pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan
lahan pertanian secara tradisional, upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik
bagi wisatawan. Selain itu, masyarakat lokal merupakan ‘pemilik’ langsung atraksi
wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah hutan dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh
wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada ditangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik
mereka. Oleh sebab itu perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.
Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah terlebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan
dan perencanaan. Oleh sebab itu, peran mereka, terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja
Damanik, 2006:23 Secara evolutif, Greenwood melihat bahwa hubungan antara
wisatawan dengan masyarakat lokal menyebabkan terjadinya proses komersialisasi dari keramah tamahan masyarakat lokal. Pada awalnya
wisatawan dipandang sebagai ‘tamu’ dalam pengertian tradisional, yang disambut dengan keramahtamahan tanpa motif ekonomi. Dengan semakin
bertambahnya jumlah wisatawan, maka hubungan berubah terjadi atas dasar
42
pembayaran, yang tidak lain dari proses komersialisasi, dimana masyarakat lokal sudah mulai agresif terhadap wisatawan, mengarah kepada eksploitasi
dalam setiap interaksi, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Dalam hubungan dengan evolusisikap masyarakat terhadap wisatawan, Doxey sudah mengembangkan sebuah kerangka teori yang
disebut irendex irritation index. Model Irendex dari Doxey ini menggambarkan perubahan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan
secara linier. Sikap yang mula-mula positif berubah menjadi semakin negatif seiring dengan pertambahan jumlah wisatawan. Tahapan-tahapan
sikap masyarakat terhadap wisatawan digambarkan sebagai berikut : 1.
Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta harapan. Ini terjadi pada fase-fase awal perkembangan pariwisata pada
suatu daerah tujuan wisata, dan umumnya daerah tujuan wisata tersebut belum mempunyai perencanaan.
2. Aphaty. Masyarakat menerima wisatawan sebagai suatu yang lumrah
dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didominasi oleh hubungan komersialisasi. Perencanaan yang dilakukan pada daerah
tujuan wisata pada fase ini umumnya hanya menekankan pada aspek pemasaran.
3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat
mulai terganggu dengan kehadiran wisatawan. Perencanaan umumnya berusaha meningkatkan prasarana dan sarana, tetapi belum ada usaha
membatasi pertumbuhan.
43
4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidak-
senangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah. Pada fase ini perencana baru menyadari pentingnya perencanaan menyeluruh
Pitana,2005:83 Adanya berbagai kritik terhadap interaksi wisatawan dengan
masyarakat lokal telah disadari oleh berbagai pihak, termasuk organisasi- organisasi pariwisata internasional. Untuk mengurangi berbagai dampak
negatif dan meningkatkan dampak positif, PATA dan WTO telah mengeluarkan kode etik bagi wisatawan. WTO juga sudah mengeluarkan
Kode Etik Pariwisata Global, yang sudah dijadikan resolusi PBB, yaitu resolusi No.37 tahun 2001 tertanggal 26 Oktober 2001, tentang ‘Global
Code of Ethics for Tourism’ Kode etik yang dikeluarkan oleh PATA 2002 adalah sebagai berikut : PATA Traveller’s Code : Sustaining
Indigenous Cultures “ Travel is a passage through other peoples’s lives and other people’s places. Perjalanan adalah menuju ketempat kehidupan
orang lain dan menuju tempat orang lain. 1.
Be Flexible. Are you prepared to accept cultures and practices different from your own?
Jadilah fleksibel. Apakah anda siap menerima budaya dan praktek- praktek yang berbeda dari yang anda alami sendiri?
2. Choose Responsibility, Have you elected to support businesses that
clearly and actively address the cultural and enveronmental concerns of the locale are you visiting?
44
Pilih secara bertanggung jawab, apakah anda memilih untuk mendukung bisnis yang jelas dan secara aktif mengatasi masalah budaya dan
lingkungan dari lokasi yang anda kunjungi? 3.
Do your homework. Have you done any research about the people and place you plan to visit so you may avoid what may innocently offend
them or harm their environment? Kerjakan pekerjaan rumah anda. Sudah kah anda meneliti orang dan
tempat-tempat yang akan anda kunjungi sehingga anda dapat menghindarkan apa yang secara tidak sengaja dapat menyinggung
perasaan atau merugikan lingkungan mereka? 4.
Be Aware. Are you informed of the holidays, holidays and general religious and social customs of the places you visit?
Sadarilah. Apakah anda di informasikan menganai liburan dan kebiasaan keagamaan serta kebiasaan sosial dari tempat-tempat yang anda
kunjungi? 5.
Support local Enterprise. Have you made a commitment to contribute to the local economy by using businesses that economically support the
comunity you are visiting, eating in local restaurant and buying locally made artisan crafts as remembrances of your trip?
Dukunglah usaha lokal. Apakah anda membuat sebuah komitmen untuk memberikan kontribusi terhadap ekonomi lokal dengan menggunakan
usaha yang secara ekonomis mendukung komunitas yang anda kunjungi, makan di restoran lokal dan membeli kerajinan buatan lokal
sebagai kenangan dari perjalanan anda?
45
6. Be Respectfull and observant.Are you willing to respect local lawsthat
may include restrictions of your usage of or accsess to places and things that may harm or otherwise erode the environment or alter or
run counter to the places your visit? Bersikaplah hormat dan jeli. Apakah anda bersedia menghargai
peraturan daerah setempat yang mencakup pembatasan penggunaan atau akses ketempat-tempat yang dapat membahayakan atau merusak
lingkungan atau bertentangan dengan lingkungan pada tempat-tempat yang anda kunjungi? Pitana,2005:86
2.6. Perubahan pada Masyarakat yang Berdomisili pada Daerah Tujuan Wisata