14
masyarakat dalam suatu proses pembangunan yang didorong oleh determinasi dan kesadaran tentang keterlibatannya tersebut. Apabila yang
muncul hanya unsur keterlibatan dan tidak didorong oleh determinsi dan kesadaran, hal tersebut tidak masuk dalam kategori partisipasi melainkan
lebih tepat disebut sebagai mobilisasi Soetomo,2010 :438
2.1.2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Menurut ahli ekonomi Mubyanto, partisipasi secara umum berarti esediaan untuk membantu keberhasilan suatu program sesuai denan
emampuan setiap orang tanpa mengorbanan diri sendiri. Sedangkan menurut ahli sosiologi Santoso, partisipas meruaan keterlibata mental
serta kesediaan untuk memberi sumbangan dan rasa tanggun jawab dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dari usaha yang
bersangkutan. Berdasarkan pada tingkat organisasi partisipasi dibedakan menadi
dua, yaitu: a.
Partisipasi yan teroganisasikan, yaitu partisipasi yang terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja dikembangkan
atau dalam proses persiapan. b.
Partisipasi tdak terorganisasikan, yaitu partisipsi yang terjadi karena peristiwa temporer seperti bencana alam dan kebakaran.
Menurut Oakley sebagaimana dalam Jim Ife disebutkan ada perbandingan antara partisipasi sebagai cara dan partisipasi sebagai tujuan.
15
Tabel 2.1. Perbandingan antara partisipasi sebagai cara dan sebagai tujuan
Partisipasi sebagai cara Partisipasi sebagai tujuan
• Berimplikasi pada penggunaan
partisipasi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
ditetapkan sebelumnya. •
Merupakan suatu upaya pemanfaatan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan program atau proyek.
• Penekanan pada mencapai
tujuan dan tidak terlalu pada aktivitas partisipasi itu sendiri.
• Lebih umum dalam program-
program pemerintah, yang pertimbangan utamanya adalah
untuk menggerakkan masyarakat dan melibatkan
mereka dalam meningkatkan efesiensi system penyampaian.
• Partisipasi umumnya jangka
pendek. •
Partisipasi sebagai •
Berupaya memberdayakan rakyat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan mereka sendiri secara lebih berarti.
• Berupaya untuk menjamin
peningkatan peran rakyat dalam inisiatif-inisiatif
pembangunan. •
Fokuspada peningkatan kemampuan rakyat untuk
berpartisipasi bukan sekedar mencapai tujuan-tujuan proyek
yang sudah ditetapkan sebelumnya.
• Pandangan ini relatif kurang
disukai oleh badan-badan pemerintah. Pada prinsipnya
LSM setuju dengan pandangan ini.
• Partisipasi dipandang sebagai
suatu proses jangka panjang.
16
caramerupakan bentuk pasif dari partisipasi.
• Partisipasi sebagai tujuan
relatif lebih aktif dan dinamis.
Partisipasi masyarakat adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan
kepentingannya sendiri. Nelson dalam Ndraha Taliziduhu hal.102 menyebut dua macam partisipasi yaitu partisipasi horizontal dan partisipasi vertikal. Partisipasi
horizontal adalah partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan, sedangkan partisipasi vertikal adalah partisipasi yang dilakukan
oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron, atau antara masyarakat
sebagai keseluruhan dengan pemerintah.
Berkaitan dengan sifat-sifat partisipasi masyarakat, beberapa pakar menyebutkan ada partisipasi otonom yang dilakukan atas kesadaran ataukah
partisipasi yang dimobilisasi mobilized participation. Adanya pembedaan dua sifat tersebut bertumpu pada kerelaan atau keterpaksaan, ini sebagaimana
pendapat Myron Wiener. Namun disisi lain, pendapat berbeda yang tidak melihat sifat sukarela sebagai ukuran ada tidaknya partisipasi masyarakat dikemukakan
Samuel Huntington dan Joan Nelson. Meskipun demikian, kedua sifat partisipasi masyarakat tersebut memiliki konsekwensi yang tidak berbeda, yaitu
mempengaruhi proses penyelenggaraan dan proses pengambilan kebijakan dalam pemerintahan.
17
Dalam konteks mendorong keterlibatan masyarakat dalam sebuah kegiatan, Ife menjelaskan tentang kondisi-kondisi yang mendorong
partisipasi, yaitu sebagai berikut: partisipasi masyarakat akan muncul ketika dirasa isu atau aktivitas tersebut penting; adanya anggapan bahwa
aksi partisipasi mereka akan membuat perubahan; berbagai bentuk partisipasi, apapun tingkatan dan jenisnya, harus diakui dan dihargai;
orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya; dan struktur dan proses partisipasi tidak boleh mengucilkan sehingga
masyarakat itu sendiri yang harus mengontrol struktur dan proses tersebut. Partisipasi dapat merupakan keluaran pembangunan dan dapat juga
merupakan masukan, bahkan masukan yang mutlak diperlukan. Disamping itu partisipasi dapat dianggap sebagai tolak ukur dalam menilai apakah
proyek yang bersangkutan merupakan proyek pembangunan atau bukan. Jika masyarakat yang bersangkutan tidak berkesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek, maka proyek tersebut pada hakikatnya bukanlah proyek pembangunan.
Bentuk-bentuk partisipasi ada 6 enam yaitu antara lain : 1.
Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain contact change sebagai salah satu titik perubahan sosial.
2. Partisipasi dalam memperhatikan atau menyerap dan memberi
tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima menaati, memenuhi, melaksanakan, mengiakan, menerima
dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya.
18
3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk
pengambilan keputusan. Perasaan terlibat dalam perencanaan perlu ditumbuhkan sedini mungkin di dalam masyarakat.
Partisipasi ini disebut juga partisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan politik yang menyangkut nasib
mereka, dan partisipasi dalam hal yang bersifat teknis. 4.
Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan. 5.
Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan.
6. Partisipasi dalam menilai pembangunan, yaitu keterlibatan
masyarakat dalam menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan sejauh mana hasilnya
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Partisipasi masyarakat lokal tidak hanya berupa partisipasi
individu, tetapi juga berupa partisipasi kelompok. Menurut Brandon, salah satu strategi partisipasi adalah dengan mempromosikan bentuk partisipasi
pada dua tingkatan yaitu secara individu dan organisasi kelompok. Karena mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan,
lebih mudah jika mereka berpartisipasi melalui organisasi yang jelas. Jika keenam bentuk partisipasi dikontruksikan secara logis,
ternyata setiap bentuk partisipasi merupakan sekuen proses pembangunan suatu proyek pembangunan mulai dari bentuknya sebagai gagasan sampai
pada bentuknya sebagai bangunan. Partisipasi yang dilakukan sepanjang proses tersebut dinamakan partisipasi profesional, sedangkan partisipasi
19
yang hanya dilakukan pada satu atau beberapa fase saja, dinamakan partisipasi parsial. Jika konsep partisipasi masyarakat ini dikaitkan dengan
konsep kesadaran akan tanggung jawab terhadap hasil pembangunan, maka dapat disimpulkan semakin profesional partisipasi masyarakat
semakin besar rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan, dan demikian juga sebaliknya.
Konsep partisipasi mengandung makna yang amat luas dan arti yang dalam. Dalam proses pembangunan, partisipasi berfungsi sebagai
masukan yaitu fase penerimaan informasi, fase pemberian tanggapan terhadap informasi, fase penerimaan kembali hasil pembangunan, fase
penilaian bangunan. Sebagai masukan, partisipasi berfungsi menumbuhkan kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Sebagai
keluaran, partisipasi dapat berfungsi sebagai keluaran proses stimulasi atau motivasi melalui berbagai upaya.
Partisipasi masyarakat pada dasarnya adalah adanya keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses pengidentifikasian potensi
yang ada di masyarakat , pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
juga keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini akan
membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan dapat semakin memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan.
20
Sebaliknya jika masyarakat tidak banyak dilibatkan dalam berbagai tahapan perubahan dan hanya bersikap pasif dalam setiap perubahan yang
direncanakan oleh pelaku perubahan misalnya, pihak lembaga pemerintah, LSM maupun sektor swasta, masyarakat cenderung akan
menjadi defedent tergantung pada pelaku perubahan. Bila hal ini terjadi secara terus-menerus, maka ketergantungan masyarakat kepada pelaku
perubahan akan semakin meningkat.
2.1.3. Hambatan-hambatan Partisipasi Masyarakat