Yujo Pelacur jalanan Baishun Tradisional 1.

31 Dalam hal ini asobi dan yang lain dapat dianggap sebagai baishun Goodwin 2007:3. Ada 2 teori yang menjelaskan awal mulanya asobi. Teori pertama berpendapat bahwa asobi ditelusuri garis keturunan mereka dari dukun perempuan yang beralih ke usaha sekuler hiburan dan baishun. Teori yang lain berpendapat bahwa tradisi menggabungkan performance dan baishun berasal dari benua asia dan dibawa ke Jepang oleh imigran benua. Wamyosho merupakan sebuah kamus yang memberikan pengucapan dan etimologi istilah yang ditulis dalam aksara cina. Wamyosho berisi 3 istilah untuk perempuan yang memperdagangkan seks, yakni ukarame, asobi dan yahochi. Menurut salah satu sumber, mereka yang berkeliaran disiang hari disebut asobi, sementara mereka yang menunggu sampai waktu malam dan kemudian menawarkan seks terlarang inbon disebut yahochi. Sedangkan ukarame adalah asobi yang dikembangkan, disusun dalam kelompok, diperluas praktek mereka diluar perjamuan resmi, menetap di lokasi tertentu, yang diadopsi metode tanda tangan dan praktek melakukan dan menambahkan layanan seksual sebagai komponen rutin dalam paket hiburan mereka Goodwin 2007:12.

2. Yujo

Pada zaman Edo, Tokugawa mengeluarkan perintah bahwa baishun dibatasi di daerah tertentu yang disebut Yukaku. Pelacur pada zaman edo dikenal dengan Yujo. Mereka ahli dalam tarian, musik, percakapan, dan hiburan lainnya, dan mereka beroperasi ditempat berlisensi seperti, Yoshiwara di Edo, Shimabara di Kyoto, Shinmachi di Osaka, Maruyamu di Nagasaki, dan Furuichi di dekat Ise. Universitas Sumatera Utara 32 Menurut Yuji, seorang wanita terlatih dalam musik dan menari yang tugasnya adalah menghibur dan melayani di perjamuan dan kadang-kadang tidur dengan pelanggan, dia disebut asobime yujo. The founder of japanese foklor Kunio Yanagida mengemukakan teori bahwa teori yujo berasal dari ichiyazuma yang berarti teman tidur semalam, dilakukan oleh miko, seorang wanita yang biasanya melayani dewa sebagai istri dewa di festifal malam dalam rangka mempromosikan kebebasan seksual shinto tidak salam dalam hubungan seks sebagai hal yang rahasia, tetapi menganggap hal berpikiran terbuka dan menyenangkan. Sementara, sejarahwan Sadakiti Kita mengajukan teori sistem mingi korea yang datang ke Jepang. Mingi adalah seorang wanita korea yang perannya sama persis dengan yujo Yuji 2004:1. Dengan mengacu pada pendapat tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa yujo adalah perkembangan dari asobi. Menurut samurai archieve, peringkat yujo dibagi atas 2 periode yakni sebelum tahun 1750 dan setelah tahun 1750. a. Peringkat yujo sebelum tahun 1750 yakni Tayu , Koshi 格 子 , Tubone 局 dan yang terakhir adalah Hashi 端 . b. Peringkat yujo setelah tahun 1750 yakni Oiran 花 魁 , Chusa n Yobida shi 呼出昼 三 , Chusa n 昼三 , Tsukema wa shi 付 , Za shikimochi 座敷 持 , Heya mochi 部屋 持 , Shinzo 新 造 , dan yang terakhir Kamuro 秃 . Universitas Sumatera Utara 33

3. Pelacur jalanan

Pelacur jalanan adalah pelacur illegal yang memperdagangkan seks tidak pada tempat yang disediakan shogun. Di kota- kota pelabuhan, perempuan yang sering menjual seks dikenal dengan Gejo hamba perempuan. Dikota sekitar kompleks candikuil di Konpira, pelacur dikenal dengan chatate onna gadis penyeduh teh, dan shakutori onna gadis penuang minuman. Di Niigata perempuan yang menjual seks sering dijuluki goke janda. Sedangkan shogun menyebut pelacur yang bekerja di perusahaan tetapi tidak di wilayah yang ditentukan sebagai meshi-mori onna pelayan perempuan dan sentaku onna gadis loundry Stanley 2012:13.

4. Geisha dan Kabuki