36 yakni yama no pan atau pa npa n yang tinggal diketinggian bukit-bukit di taman.
Kelompok berikutnya adalah shita no pan, yakni panpan yang bekerja di taman dengan arah keluar dari selatan stasiun Asakusa. Kanzaki menganggap mereka
lebih modern dengan menggambarkan mereka mengenakan pakaian barat yang norak, sepatu, dan beberapa memakai kimono yang berkualitas rendah. Kanzaki
juga menguraikan yang lain, kategori yang kurang diinginkan, yang ia sebut dengan three-mat room sanjou no heya yaitu kamar yang hanya berukuran enam
belas meter persegi Kovner 2012:80.
3.1.4 Baishun Setelah Disahkannya Undang-Undang Anti Baishun Jepang
Menurut survei dari kantor perdana menteri, baishun di Jepang beroperasi dalam 5 kategori, yaitu 1. Pejalan kaki geishogata , 2. Hostes di bar dan tempat
berlisensi lainnya yang diatur dalam hukum tentang perusahaan yang mempengaruhi moral publik fuzokueigyougata , 3. Petugas kamar mandi
koshitsu yokujogata , 4. Hostes atau karyawan jenis baru dari tempat hiburan dewasa, seperti kamar mandi pribadi atau panti pijat shin fuzokutengata , 5.
Gadis panggilan hakengata yang datang ke hotel dan diatur melalui telepon Wakabayashi 2003:153-154.
Dalam pertengahan
tahun 1980-an,
kantor perdana
menteri memperkirakan bahwa streetwalkers menyumbang 15 dari pelacur, bar hostes
12, kamar pembantu mandi pribadi 20, hiburan hostes dewasa 11 dan gadis panggilan menyumbang 42 dari semua baishun Wakabayashi 2003:154.
Sejalan dengan kategori yang dibuat oleh kantor perdana menteri, jenis- jenis industri seks di Jepang. Yang terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
37 1.
Soapland Setelah undang-undang anti baishun disahkan pada tahun 1956,
ba ishun tanpa ijin cepat berkembang. Beberapa rumah tua yang paling terkenal di
Yoshiwara menutup rumah bordil mereka, kebanyakan diubah menjadi Toruko Turki atau Toruko buro permandian Turki. Toruko buro adalah pendahulu
soapland. Pada tahun 1955 layanan seks beberapa toruko buro mulai beroperasi. Pada tahun 1984 seorang pemuda Turki memprotes bahwa nama negaranya
ditunjuk untuk fasilitas baishun melalui duta besar Turki. Setelah protes oleh duta besar Turki tersebut, Toruko Buro berubah menjadi soapland. Diruangan soapland
tersedia kamar mandi, kursi, dan tempat tidur. Seorang wanita sering menawarkan pijat telanjang den
gan tubuh mereka payudara, lidah dan pinggang dan “layanan penuh” yang berarti hubungan seksual yang illegal. Pelanggan membayar dimeja
petugas untuk mandi tetapi membayar wanita secara seorangan untuk “layanan Penuh”.
2. Health fashion dan pink salons
Health fashion adalah panti pijat yang menawarkan oral seks. Dan pink salons yang disebut juga pin salo ini tidak dapat didefenisikan sebagai baishun
karena wanita melayani seorang pria dengan lidah dan tidak berada dibawah hukum anti baishun. Sama seperti health fashion , hanya membutuhkan 30 menit
atau satu jam diruang kecil yang berharga 10.000 yen. Tentang pink salons, pelanggan sedang minum minuman beralkohol di salon, lalu wanita datang ke
pelanggan itu lalu ia melayani pelanggan dengan lidahnya di bawah kursi.
Universitas Sumatera Utara
38 3.
Image club Pelanggan tidak puas dengan seks yang didapat dengan mudah. Image
club datang dengan inovasi wanita yang menyamar sebagai perawat dan siswi
sekolah menengah atas untuk menambah kepuasan pelanggan. 4.
Deri-Heru Ini muncul pada akhir tahun 1990-an. Pijat zona sensitif seksual
disebut seikan massage. Mereka beroperasi melalui jasa pengiriman kesehatan. Mereka pergi ke pelanggan di rumah maupun di hotel. Ini tidak mudah
didefenisikan sebagai baishun. Berdasarkan kasus per kasus, beberapa wanita memberikan layanan seks karena negosiasi. Pada masa itu di Jepang “servis”
menggunakan lidah wanita menguntungkan. 5.
Kyubakura dan kyabajo host Kyubakura Kyuba kura
adalah tempat hiburan dan kyabajo tidak selalu berarti pelacur. Klub hostes adalah fitur umum di industri malam Jepang, instansi yang
mempekerjakan staf terutama perempuan dan melayani laki-laki yang mencari minuman dan percakapan yang penuh perhatian. Kyabakura yang paling populer
biasanya set biayanya mencapai 5000-9000 yen. Hostes yang disebut kyabajo umumnya disewa dari penampilan mereka atau kepribadian mereka. Dalam
beberapa kyabakura , pelanggan dapat memeriksa wajah gadis kyabajo itu dipintu masuk. Mereka lalu menyalakan rokok, menuangkan minuman,
menawarkan percakapan yang genit, dan bernyanyi di karoke dalam upaya menjaga pelanggan tetap terhibur. Hostes dapat dilihat sebagai mitra modern dari
geisha, memberikan hiburan untuk upah.
Universitas Sumatera Utara
39 6.
Enjo Kosai baishun remaja di Jepang Jumlah pelacur remaja mulai naik sekitar tahun 1974. Di tahun 1984
jumlahnya mencapai tingkat yang mengkawatirkan dan masih akan terus menaik. Badan Statistik Kepolisian Nasional di tahun 1995 menunjukkan bahwa anak
dibawah umur mencapai 5841 orang perempuan terlibat di klub telepon atau kegiatan yang berhubungan dengan seks. Seperempat dari gadis-gadis itu masih
duduk dibangku sekolah menengah pertama. Sepertiga dari laporan kasus baishun di Jepang adalah remaja siswi
sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Mereka disebut Enjo Kosa i
yang merupakan eufinisme yang digunakan di Jepang untuk baishun gadis remaja. Seorang pria usia pertengahan sekitar 40-50 tahun akan mengencani
gadis yang cukup muda untuk menjadi puterinya. Mereka mengenal satu sama lain melalui terekura klub telepon yang merupakan jenis pink phone yang sangat
populer dikalangan remaja perempuan untuk menambah uang saku. Pria ini mungkin pergi ke restoran dan mengobrol atau pergi ke bioskop maupun ke hotel.
7. Pariwisata seks tur
Beberapa pria Jepang menggunakan wisata seks untuk membeli gadis- gadis remaja dan perempuan di negara-negara berkembang dengan alasan kurang
ajar bahwa mereka membeli wanita untuk membantu kemiskinan di negara berkembang. Jika mereka pergi kesana dengan wisata seks, kerumunan
perempuan berkumpul untuk menjual tubuh mereka di hotel. Almarhum Yayori Matsui, seorang wartawan, mengatakan “jika
mereka benar-benar ingin membantu remaja perempuan dan perempuan tersebut,
Universitas Sumatera Utara
40 ada banyak cara kecuali melacur. Saya ragu apakah pria tersebut dapat
menghormati perempuan yang mereka beli. 8.
Perempuan non-Jepang Meskipun laki-laki Jepang merupakan jumlah terbesar dari wisata seks
asia, sebanyak 150.000 perempuan non-Jepang bekerja di baishun di Jepang, kebanyakan mereka bereasal dari Thailand, Filipina, dan wanita rusia. Mereka
umumnya datang ke Jepang dengan alasan jalan-jalan atau belajar untuk menghindari hukum imigrasi yang kaku di Jepang dan mendapatkan pekerjaan
sebagai pelayan dari kabaret, penari atau pelacur sesuai dengan yang diberikan oleh makelar mereka.
3.2 Penyebab Perubahan Bentuk Baishun di Jepang 3.2.1 Penyebab Munculnya Baishun Tradisional Jepang
Munculnya baishun tradisional di Jepang berasal dari profesi penghibur yang muncul pada zaman Heian. Misalnya, pelacur pertama, disebut yukojofu
secara harafiah berarti gelandangan atau perempuan main-main, shir abyusi penari dan penyanyi wanita dan kugutsu dalang.
Mereka muncul untuk mengharapkan hadiah dari hasil kerja mereka. Seperti dalam kasus yang dibuat Stanley, Yorinaga memanggil asobi dan
kemudian ia menidurinya dan memberinya nasi dan beberapa hadiah bagus lainnya Stanley 2006:26. Di kasus ini asobi tidak memainkan perannya sebagai
penari tetapi membawa peran penarinya demi mendapat hadiah. Kemiskinan pada masa feodal Jepang merupapakan satu alasan
berkembangnya baishun di Jepang. Kaum petani sangat merasakan kemiskinan
Universitas Sumatera Utara