Rumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori .1 Tinjauan Pustaka

5 Penulis memilih menganalisis perubahan bentuk baishun dalam sejarah Jepang karena penulis tertarik dengan baishun yang tetap berkembang walaupun telah diberlakukannya undang-undang anti baishun 売 春 防止法 , ba ishun boushi hou tahun 1956. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengambil judul “PERUBAHAN BENTUK BAISHUN DALAM SEJARAH JEPANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Guba dalam Moleong 2007:93 mendefinisikan masalah sebagai suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara 2 faktor atau lebih yang menghasilkan situasi lain yang menyeret mereka dalam hubungan yang rumit yang mereka sendiri sulit memahaminya. Baishun adalah profesi paling tua di dunia. Disetiap negara pasti mengalami masalah terhadap adanya kegiatan baishun. Demikian pula di Jepang, negara dibagian timur yang memiliki norma-norma yang kuat dalam kehidupan bermasyarakat pastilah memiliki masalah dengan baishun dalam bahasa Jepangnya adalah Baishun. Masalah itu yang membuat baishun berubah bentuknya dari zaman ke zaman. Penulis menggunakan teori pendekatan historis sebagai acuan untuk menganalisa perubahan bentuk baishun dalam sejarah Jepang. Berdasarkan penguraian diatas, maka penulis mengangkat permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimana bentuk-bentuk baishun dalam sejarah Jepang? 2. Apa penyebab-penyebab perubahan bentuk baishun dalam sejarah Jepang? Universitas Sumatera Utara 6

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada, perlu adanya ruang lingkup dalam pembatasan masalah tersebut. Hal ini bertujuan agar penelitian ini tidak menjadi luas dan tetap terfokus pada masalah yang ingin diteliti. Dalam analisis ini, penulis hanya fokus pada perubahan dan penyebab perubahan bentuk baishun dalam sejarah Jepang, dan baishun yang diteliti adalah baishun dari wanita. Penulis tidak membahas budak seks yang dibentuk Jepang pada masa penjajahannya yang disebut ianfu. Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan historis sebagai acuan. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Ketika kita mendengar masalah sosial, hal yang terngiang dipikiran kita adalah kemiskinan, waria, pelacur, anak jalanan ataupun tindakan anarkisme. Tangdilintin 2003. Masalah merupakan suatu hambatan yang kita hadapi, jika suatu masalah tidak hanya mengancam atau meresahkan individu dan keluarga, melainkan lebih luas lagi menyangkut jumlah keluarga – keluarga yang lebih banyak, C.Weight Mills menyebutnya sebagai keresahan umum. Menurut Mills 1959 suatu masalah dapat digolongkan sebagai keresahan umum jika masalah itu telah berpengaruh secara luas dan menjadi perdebatan umum. Perbedaan antara masalah personal dengan keresahan umum menurut Mills memperlihatkan dimensi yang menjadi ciri khas masalah sosial yang dapat membedakannya dengan masalah personal. Paling tidak ada 3 dimensi yang dapat dilihat dari Universitas Sumatera Utara 7 penjelasan itu yang memberi ciri sosial kepada suatu masalah sehingga memenuhi kriteria sosial. Pertama, keresahan itu mencerminkan bahwa masalah itu terkait dengan kesadaran moral anggota –anggota masyarakat. Kedua, keresahan umum juga berarti bahwa dalam masyarakat itu telah mulai terbentuk persamaan presepsi terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh adanya masalah. Masalah sosial selalu terkait dengan kestabilan dan keadaan normal masyarakat itu. Selalu terkait dengan nilai-nilai dan harapan luhur bersama masyarakat tersebut. Ketiga, adalah mulai berkembangnya kesadaran bahwa masalah ini tidak dapat diatasi sendiri – sendiri tetapi harus dilakukan dengan menggalang kerjasama diantara anggota – anggota masyarakat yang mengalaminya. Setiap masyarakat di dunia pasti menghadapi masalah sosial. Banyak macam masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. Masalah sosial ini terjadi diakarenakan ketidaksesuaian harapan masyarakat dengan kenyataan yang terjadi. Baishun adalah salah satu masalah sosial di masyarakat. Dan masalah sosial dalam masyarakat membuat baishun di Jepang berubah bentuknya disetiap zaman

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat 1976:1 berfungsi sebagai pendorong proses berpikir deduktif yang bergerak dari bentuk abstrak kedalam bentuk yang nyata. Dalam penelitian suatu kebudayaan masyarakat diperlukan satu atau lebih teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penelitian ini. Dalam hal ini penulis menggunakan teori pendekatan historis. Universitas Sumatera Utara 8 Menurut Koentjaraningrat 1976 :56 pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan tentang pemahaman budaya masyarakat, latar belakang peristiwa sejarah yang melatarbelakangi terbentuknya wujud-wujud kebudayaan serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kebuayaan itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman. Melalui pendekatan historis ini penulis ingin memberikan gambaran dan penjelasan latar belakang perubahan bentuk baishun dalam sejarah Jepang. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merangkum tujuan dari penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk baishun dalam sejarah Jepang 2. Untuk mengetahui penyebab perubahan bentuk baishun dalam sejarah Jepang

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini: 1. Bagi peneliti dan pembaca, dapat menambah wawasan mengenai perubahan bentuk baishun dalam sejarah Jepang. 2. Bagi pembaca, dapat menambah bahan bacaan dan sumber penelitian untuk Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Sumatera Utara 9

1.6 Metode Penelitian