Geisha dan Kabuki Baishun Tradisional 1.

33

3. Pelacur jalanan

Pelacur jalanan adalah pelacur illegal yang memperdagangkan seks tidak pada tempat yang disediakan shogun. Di kota- kota pelabuhan, perempuan yang sering menjual seks dikenal dengan Gejo hamba perempuan. Dikota sekitar kompleks candikuil di Konpira, pelacur dikenal dengan chatate onna gadis penyeduh teh, dan shakutori onna gadis penuang minuman. Di Niigata perempuan yang menjual seks sering dijuluki goke janda. Sedangkan shogun menyebut pelacur yang bekerja di perusahaan tetapi tidak di wilayah yang ditentukan sebagai meshi-mori onna pelayan perempuan dan sentaku onna gadis loundry Stanley 2012:13.

4. Geisha dan Kabuki

Cobb dalam Maharani menyebutkan bahwa Geisha dapat diartikan terpisah menurut bentuk huruf kanjinya, yang berasal dari kantai kanji huruf kanji dari masa Edo yaitu gei dan sha . Gei brarti kemahiran atau penampilan. Sha berarti orang, jadi geisha berarti orang yang menampilkan atau memamerkan keterampilan atau kemahiran mereka. Sistem geisha timbul disekitar pertengahan periode Edo 1600-1868 dimasa feodal Jepang ini para samurai dan bangsawan memerlukan selingan dari tugas mereka sehingga mencari hiburan Maharani 2005:13. Namun, geisha yang bekerja di Fukagawa okabasho, serta kabupaten yang lebih kecil seperti Yotsuya dan Ryogoku, yang melakukan apapun untuk mencari nafkah, dan mereka terkenal karena berhubungan seks dengan klien Stanley 2012:67. Onmitsu Mawari, seorang inspektur rahasia shogun khawatir dengan meningkatnya popularitas perempuan yang bekerja sebagai geisha atas inisiatif sendiri. Dia melaporkan bahwa pekerjaan utama mereka mengajar Universitas Sumatera Utara 34 bernyanyi dan belajar shamisen, tetapi mereka akan menambah penghasilan mereka dengan keluar untuk menghibur di kapal dan di kedai teh dan kadang- kadang terlibat seks gelap dengan klien mereka. Ka buki adalah kesenian tradisional Jepang yang berbentuk drama klasik yang bertahan sampai saat ini masih digemari oleh rakyat Jepang. Kesenian ini muncul sebagai kesenian rakyat kota terutama kelas para pengrajin dan pedagang pada zaman Edo dalam pemerintahan Shogun Tokugawa Renariah 2008:1. Tarian Okuni disebut Kabuki Odori, yang menggambarkan suatu kemegahan yang menjadi amat populer, tetapi di sisi lain para pemainnya melayani para pria penggemarnya sehingga terjadi baishun, sebagai akibat dari hal tersebut maka pada tahun 1629 Tokugawa melarang pertunjukkan kabuki wanita penghibur yang disebut Onna kabuki, karena shogun khawatir akan pengaruh sosial yang lebih buruk, dan sebagai pengganti dari Onna kabuki adalah wakashu kabuki Renariah 2008:7

3.1.2 Karayuki-san