Universitas Sumatera Utara
Pada saat mediasi hakim menawarkan jalan keluar lain kepada kak nina juga suami namun kak nina tetap menolaknya. Setelah mediasi hubungan kak nina dan
suaminya juga tidak membaik, namun suami kak nina tetap menelepon untuk bertanya soal anaknya bukan soal hubungan mereka lagi. Suami kak nina juga
masih datang kerumah orangtua kak nina untuk mengunjungi anaknya. Kak nina tidak bisa menutupi rasa kecewanya kepada suaminya sehingga perasaan juga
masih seperti sebelumnya yang tidak mau kembali kepada suaminya. “Ya di tawarkan jalan keluar dek, Cuma kakak udah gak mau.ya gak
membaik dek. Kalau kayak gini dia telp atau datang Cuma nanya anaknya aja. Kalau ke kakak ya udah gak, atau karena kakak juga yang malas.”
Setelah selesai mediasi kak nina merasa lebih lega karena ia sudah menyampaikan semua yang ia rasakan yang membuat kak nina kesal selama ini
kepada suaminya. Walaupun kak nina sudah sedikit lega namun perasaannya kepada suaminya tetap tidak berubah karena kak nina telah terlanjur kecewa. Oleh
karena itu kak nina tidak mau mencabut gugatannya di Pengadilan Agama Kisaran.
“Ya jadi lebih lega dek, udah kakak bilang semua yang kakak kesal selama ini. Cuma kalau perasaan kakak ke suami kakak ya masi gitu – gitu
aja.Mungkin karena kakak udah terlanjur kecewa.udah keputusan kakak. Kakak enggak mau cabut gugatannya”
4.2 Pembahasan
hasil analisis dan pengamatan peneliti maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut:
Dari empat informan yang telah peneliti wawancarai, peneliti melakukan pembahasan yang di kaitakan dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui proses mediasi yang berlangsung di Pengadilan Agama Kisaran, untuk mengetahui Peranan komunikasi persuasif hakim Pengadilan Agama
Kisaran dalam memediasi masalah perceraian, untuk mengetahui perubahan sikap pasangan suami sitri setelah melakukan proses medias, dan untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
hambatan yang dihadapi hakim Pengadilan Agama Kisaran dalam melakukan mediasi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan di bantu oleh mediator. Seorang hakim yang menjadi mediator tidak boleh memihak, hakim harus bersikap netral dalam
menyelesaikan masalah perceraian. Sehingga masalah dapat di selesaikan dengan jalan damai.
Berdasarkan hasil analisis peneliti menemukan bahwa selama proses mediasi yang di lakukan di Pengadilan Agama Kisaran, mediator berusaha untuk
melakukan pendekatan dengan cara membaca latarbelakang para pihak sebelum memulai mediasi, karena sebelum memasuki ruang mediasi hakim akan di beri
berkas gugatan. Lalu mediator akan mempelajari latar belakang pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal dan masalah yang dihadapi, agar mediator dapat
menyesuaikan cara berkomunikasi kepada mereka. Selain itu mediator juga melihat watak para pihak yang akan dimediasi. Jika telah bisa menyesuaikan diri
maka akan lebih mudah bagi mediator untuk memulai berkomunikasi kepada para pihak yang di mediasi.
Membangun komunikasi dengan orang yang sedang menghadapi masalah tidaklah mudah, sehingga mediator harus memiliki kemampuan untuk membuat
suasana lebih santai namun tetap menjaga kesopanan, karena dalam mediasi ini hanya sharing berbagi cerita tentang apa yang sedang mereka alami. Mediator
membuka pembicaraan dengan menayakan apa yang terjadi kepada para pihak yang di mediasi.
Mediator memberi kesempatan bercerita kepada kedua belah pihak dengan waktu yang sama, namun selama salah satu pihak sedang berbicara yang lain tidak
boleh memotong pembicaraan, agar suasana tetap kondusif. Jika tidak begitu di khawatirkan akan terjadi debat di ruang mediasi yang akan membuat suasana
menjadi rumit. Jika tidak memungkinkan untuk melakukan mediasi bertiga maka mediator membuat keputusan untuk melakukan kaukus kepada para pihak yang
dimediasi.
Universitas Sumatera Utara
Kaukus adalah pertemuan terpisah oleh salah satu pihak pada saat mediasi. Biasanya yang terjadi di pengadilan Agama Kisaran, jika mediator memutuskan
untuk melakukan kaukus maka salah satu pihak menunggu diluar ruang mediasi. Setelah keduanya melakukan pembicaraan secara pribadi maka keduanya
dipanggil keruang mediasi untuk membicarakan dan menyampaikan maksud masing – masing pihak secara bersama – sama.
Hal yang harus di hindari selama proses mediasi adalah bertanya benar atau salah tentang suatu pernyataan ataupun tindakan, karena ini akan menimbulkan
bantahan yang akan sulit diredam karena setiap orang akan mempertahankan pernyataan yang telah dibuat. Berdasarkan hasil wawancara informan tambahan
selama proses mediasi mediator mampu berkomunikasi dengan baik kepada para pihak yang di mediasi, sehingga mereka merasa nyaman untuk menceritakan
masalah yang mereka hadapi kepada mediator. Perasaan tidak nyaman yang tibul di ruang mediasi bukan karena sikap dan cara berkomunikasi mediator namun
karena mereka bertemu dengan pasangannya di ruang mediasi sehingga mereka lebih mudah emosi.
Persuasi merupakan usaha mengubah sikap individu dengan memasukkan ide, pikiran, pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan – pesan komunikatif.
Pesan yang disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontradiksi dan inkonsistensi diantara komponen sikap individu dan diantara sikap
pelakunya sehingga mengganggu kestabilan sikap membuka peluang terjadinya perubahan yang dinginkan. Sama halnya dengan yang terjadi di Pengadilan
Agama Kisaran, dalam proses mediasi para mediator menggunaka komunikasi persuasif kepada para pihak yang di mediasi dengan tujuan merubah sikap sesuai
yang diinginkan oleh mediator tanpa mereka sadari dan tidak ada unsur paksaan. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan bahwa komunikasi yang
terjadi didalam ruang mediasi sama dengan proses curhat, mediator juga menceritakan masalah rumah tangga yang dialami, tugas dan perannya dirumah
atau sekedar bercerita tentang lika – liku selama berumah tangga. Sehingga para pihak yang di mediasi tidak merasa bahwa mereka sedang diintrogasi tentang
perkara yang mereka ajukan. Dengan saling berbagi cerita maka mediator akan
Universitas Sumatera Utara
lebih mudah untuk membangun komunikasi yang baik dengan para pihak yang di mediasi.
Tujuan dari komunikasi persuasif yaitu untuk membuka peluang peubahan sikap yang dinginkan, salah satu teknik yang digunakan dalam komunikasi
persuasif adalah dengan membangikitkan rasa takut Fear Appeals. berdasarkan teori pembelajaran, sebuah elemen kunci dalam pendekatan Hovland, dapat di
prediksikan bahwa seruan rasa takut atau fear appeals yang kuat akan mengakibatkan peningkatan perubahan sikap karena ia akan meningkatkan
ketertarikan dan menghasilkan perhatian dan pemahaman yang lebih besar. Rasa takut yang dimaksud adalah bagaimana mediator membangkitkan rasa
takut tanpa mereka sadari sehingga rasa takut itu dapat memperngaruhi keputusan mereka untuk bercerai. Salah satu cara yang digunakan oleh mediator untuk
membangkitkan rasa takut adalah tentang dampak perceraian bagi anak – anak. Kemampuan seorang mediator sangat dibutuhkan dalam mempersuasi, cara
menyampaikan pesan dana mengemas pesan tanpa ada unsur memaksa dan di sampaikan tanpa disadari oleh para pihak yang di mediasi. Pemberitaan tentang
anak – anak broken home yang akhirnya menjadi pengguna narkoba, pelaku tindakan kriminal, perasaan anak – anak serta psikologis anak yang akan
terganggu karena perceraian. Dengan menyampaikan dampak buruk yang akan dialamai oleh anak,
keluarga dan juga pasangan suami istri yang akan bercerai, mediator ingin para pihak yang di mediasi akan mempertimbangan kembali keputusannya.
Lingkungan sosial dan masyarakat akan memberi penilaian yang kurang baik dengan status sebagai jandaduda. Dalam proses mediasi, mediator juga
mengingatkan kembali tugas dan tanggung jawab masing – masing pihak di dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Dalam komunikasi persuasif terdapat beberapa model proses persuasi yang ada dan yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah model kemungkinan
elaborasi. Model kemungkinan elaborasi memuat dua rute menuju perubahan sikap yaitu rute sentral dan rute eksternal. Rute sentral di pakai ketika penerima
Universitas Sumatera Utara
secara aktif memproses informasi dan terbujuk oleh rasionalitas argument. Rute eksternal dipakai ketika penerima tidak mencurahkan energi kognitif untuk
mengevaluasi argumen dan memproses informasi didalam pesan dan lebih di bimbing oleh isyarat – isyarat eksternal, diantaranya kredibilitas sumber, gaya
dan format pesan, suasana hati penerima dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan bahwa mediator
menggunakan rute sentral yaitu mediator menyampaikan dampak perceraian bagi anak – anak berdasarkan contoh yang ada baik di pemberitaan dan kehidupan
sehari – hari sehingga informasi yang diberikan lebih mudah di terima dan rasional dengan keadaan yang ada, contoh tentang informasi kehidupan rumah
tangga para mediator yang juga mempunya masalah juga diberikan kepada para pihak yang di mediasi agar mereka merasa bahwa tidak hanya mereka yang
mengahadapi masalah rumah tangga seperti itu. Sehingga dengan begitu mereka lebih mudah untuk menerima nasehat dan juga masukan dari mediator.
Rute eksternal dalam mediasi yang digunakan oleh mediator yaitu dengan melihat apakah informasi yang di berikan dan disampaikan dapat diterima dan
dievaluasi oleh para pihak yang dimediasi. Penerimaan dan evaluasi yang di terima oleh para pihak yang dimediasi dibimbing oleh isyarat – isyarat eksternal,
diantaranya kredibilitas sumber, gaya dan format pesan, suasana hati penerima dan sebagainya. Berdasarkan hasil analisis, peneliti menemukan bahwa pihak
yang tergugat dan suami lebih mudah di persuasif karena mereka lebih tenang saat menjalani proses mediasi dan lebih mudah menerima hal – hal yang disampikan
oleh penggugat. Mediator juga memberi nasehat sesuai dengan masalah yang dihadapi dengan mengemas pesan yang tidak menyalahkan salah satu pihak serta
tidak menanyakan tentang kebenaran hal – hal yang telah disampaikan. Para pihak yang dimediasi dan memiliki perkara di pengadilan maka mereka sedang memiliki
suasana hati yang kurang baik dan untuk beberapa orang emosinya memjadi kurang stabil sehingga untuk menghindari masalah baru maka mediator
melakukan kaukus berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah di putuskan oleh mediator.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif untuk mengubah sikap sesuai dengan yang di inginkan. Dalam mediasi, setiap mediator yang memediasi
masalah perceraian selalu berusaha merubah sikap dan keputusan para pihak yang di mediasi tanpa memaksa. Karena dalam mediasi, mediator tidak berhak untuk
membuat keputusan dan menyalahkan salah satu pihak. Berdasarkan hasil analisis, peneliti mengetahui bahwa mediator tidak mengetahui perubahan sikap para pihak
yang telah di mediasi, karena pertemuan yang hanya berlangsung diruang mediasi dan untuk sekali atau dua kali pertemuan. Menurut pengamatan peneliti, mediator
mengetahui perubahan sikap para pihak yang dimediasi jika perkara itu di cabut dan perceraian dibatalkan, lebih dari itu hubungan mereka membaik atau
memburuk mediator tidak mengetahuinya. Hubungan mediator dan para pihak yang di mediasi hanya berlangsung saat mediasi berlangsung.
Dalam teori perubahan sikap, perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen apektif, dan komponen konatif.
Dalam penelitian ini, komponen kognitif memperngaruhi proses mediasi, karena selama proses mediasi para pihak mengetahui masalah apa yang selama ini
mereka hadapi, biasanya banyak terjadi kesalah pahaman dikarenakan sikap mereka yang saling diam dan tidak mengerti keinginan pasangannya. Sampai pada
komponen kognitif ini, perubahan sikap mulai dapat terlihat oleh mediator. Komponen perubahan sikap selanjutnya adalah komponen afektif,
Kompenen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Komponen afektif merupakan sikap suka atau tidak suka terhadap suatu
objek. Para pihak yang di mediasi memberi pendapat kepada mediator tentang perasaan suka atau tidak suka, menerima atau tidak terhadap pesan dan nasehat
yang diberikan, setelah mendengarkan pesan persuasif dari mediator, perubahan yang terlihat yaitu perubahan perasaan, jika awalnya mereka keras terhadap
keputusannya untuk bercerai setelah di mediasi mereka jadi lebih lunak untuk mendengarkan tanggapan dari satu sama lain.
Komponen perubahan sikap yang terakhir adalah komponen konatif. Komponen konatif membuat individu mencapai tahap pengambilan keputusan
atau melakukan sesuatu terhadap suatu objek. Dalam penelitian komponen konatif
Universitas Sumatera Utara
yang dapat terlihat adalah para pasangan yang di mediasi sudah memaafkan kesalahan pasangannya, sudah memutuskan untuk saling bertegur sapa karena
kebanyakan pasangan yang di mediasi sebelumnya mereka diam – diam saja, namun setelah di mediasi mereka sudah mulai berbicara, namun bagi salah satu
mediator perubahan sikap sampai pada tahap konatif hanya bisa di katakan mereka mengalami perubahan jika setelah di mediasi mereka mencabut gugatan
dari pengadilan dan memutuskan untuk berdamai. Perubahan sikap yang terjadi pada informan tambahan yang telah
melakukan mediasi di Pengadilan Agama Kisaran telah mencapai tahap afektif, karena yang terjadi pada informan tambahan I dan informan tambahan II adalah
mereka menjadi semakin membeci suaminya karena sikap yang di tunjukkan selama proses mediasi, dalam hal ini informan memutuskan untuk tidak suka
terhadap suatu objek. Informan tambahan III menunjukkan sikap yang lebih positif karena ia merasa lega telah menyampaikan semua yang ia rasakan kepada
suaminya, meskipun hal ini tidak merubah keputusannya karena ia telah kecewa. Berdasakan keterangan bapak armansyah, di Indonesia mediasi di katakan
berhasil jika gugatan di cabut, beda halnya dengan diluar negeri misalnya jepang, di jepang mediasi dikatakan berhasil jika mereka mencapai kesepatan yang sama,
jika istri menggugat ceria suaminya dan suaminya tidak bersedia untuk cerai namun setelah mereka di mediasi keduanya setuju untuk bercerai, dan
perceraiannya dilakukan secara baik – baik, maka dengan demikian mediasi dikatakan berhasi, berbeda dengan di indonesia walaupun perceraian dilakukan
secara baik – baik maka mediasi tetap dikatakan gagal. Dalam melakukan proses mediasi maka setiap mediator mengalami
hambatan dalam mempersuasif pasangan yang sedang di mediasi. Khususnya dalam menyampaikan pesan yang dimaksudkan kepada para pihak yang
dimediasi. Hambatan yang paling sering di hadapi oleh para mediator selama proses mediasi adalah emosi para pihak yang di mediasi yang kurang bisa di
kendalikan, hal ini menjadi hambatan karena tidak jarang hal ini akan menimbulkan konflik diruang mediasi. Jika hal ini sudah terjadi maka mediator
meminta salah satu pihak yang di mediasi untuk keluar dan menenangkan diri agar proses mediasi bisa tetap kondusif.
Universitas Sumatera Utara
Sikap ingin menang sendiri dari salah satu pihak juga menjadi hambatan bagi mediator, karena dalam mediasi mediator mencoba untuk membantu
menemukan jalan keluar yang tidak merugikan salah satu pihak, namun sikap ingin menang sendiri memberi kesulitan tersendiri bagi mediator. Memotong
pembicaraan juga dapat menjadi hambatan yang dialami oleh mediator, hal ini akan menyebabkan bantahan dan saling berdebat karena mereka merasa benar atas
apa yang mereka sampaikan. Jika hal seperti itu terus terjadi akan sulit bagi mediator untuk berfikir dan menemukan jalan keluar dari masalah mereka.
Proses mediasi perkara perceraian merupakan hal yang cukup rumit karena hal ini menyangkut soal perasaan. Jika perasaan sudah terluka maka akan sulit
sembuhnya, walaupun mereka sudah memafkan tetapi masih saja mereka mengingat masalah yang mereka hadapi. Oleh karena itu, lebih sulit bagi mediator
untuk memediasi perkara perceraian di bandingkan dengan perkara perdata lainnya. Namun, sikap yang masih terbawa perasaan bukan hanya dialami oleh
para pihak yang dimediasi tetapi juga mediator, terlebih jika mediatornya seorang wanita. Karena wanita dikenal lebih menggunakan perasaannya, rasa kesal juga
kerap menghampiri para mediator karena melihat sikap suami yang bertindak keterlaluan kepada istrinya, untuk beberapa mediasi kasus perceraian mediator
juga marah melihat sikap suami yang seperti itu, namun mengingat kemali bahawa ia seorang mediator dan tidak boleh memihak maka mediator mencoba
untuk menekan perasaannya selama mediasi. Ruang mediasi yang kurang memadai juga menjadi hambatan lain bagi para
mediator, karena jika lokasi dan suasana ruang mediasi mendukung maka ketika memasuki ruang mediasi para pihak akan lebih mudah untuk di tenangkan. Hal
lain yang mejadi hambatan bagi para mediator adalah ketika mediasi tidak dihadiri langsung oleh pihaknya melainkan kuasa hukumnya, karena jika pihaknya
langsung yang dimediasi diharapkan akan ada perubahan keputusan setelah mediasi namun jika mediasi di hadiri oleh kuasa hukumnya maka akan sulit bagi
mediator untuk mempersuasi agar merubah keputusan untuk gugatan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam melakukan penelitian mengenai Komunikasi Persuasif hakim Pengadilan Agama Kisaran dalam Memediasi Masalah Perceraian, penelitian ini
menemukan beberapa kesimpulan yakni: 1.
Selama proses mediasi berlangsung para mediator mampu berkomunikasi dengan baik kepada para pihak yang di mediasi, sehingga tercipta suasana
yang cukup santai untuk para pihak yang di mediasi menceritakan masalah yang mereka hadapi. Sebelum memediasi para mediator membaca berkas
yang diterima untuk melihat latar belakang para pihak yang dimediasi baik latar belakang pendidikan, pekerjaan, usia, masalah yang di hadapi dan
lainnya. Di dalam proses mediasi, mediator juga menggunaan teknik kaukus jika di anggap perlu. Mediator memiliki beberapa pertibangan
untuk menggunakan teknik kaukus kepada para pihak yang di mediasi misalnya status sosial yang berbeda di karenakan jabatan seseorang, emosi
yang kurang bisa di redam dan situasi yang kurang mendukung. Mediator memberikan kesempatan bercerita kepada kedua belah pihak dengan
waktu yang sama, namun selama salah satu pihak sedang bercerita yang lain tidak boleh memotong pembicaraan agar suasana tetap kondusif. Hal
ini dilakukan agar suasana tetap kondusif.
2. Komunikasi persuasif mediator dilakukan dengan cara saling berbagi
cerita tentang masalah rumah tangga di hadapi mediator juga perannya di dalam berumah tangga, hal ini akan mempermudah mediator untuk
membangun komunikasi yang baik kepada para pihak yang di mediasi. Jika telah terjalin komunikasi yang baik maka mediator menyampaikan
pesan dan nasehat kepada para pihak yang di mediasi, pesan yang di sampaikan dengan menbangkitkan rasa takut para pihak yang di mediasi